30 : 1 4 3 [END]

Comincia dall'inizio
                                    

"Gak bol—"

"Mama, Ubin ikut Om Seokjin boleh ya?" kini anak kecil itu meminta pada sang Ibu seraya menumpukan tangannya di paha Ibunya dan menopang kedua dagunya, menatap wanita itu penuh harap.

"Iya boleh." jawab kakak sepupunya seraya terkikik gemas, membuat Seokjin melirik ke arahnya dengan tajam karena berani-beraninya dia mengiyakan tanpa persetujuan dirinya.

"Yes!" seru Soobin senang. Kemudian ia melirik pada Seokjin. "Om, Mama bilang Ubin boleh ikut katanya. Ayo!"

Seokjin membuang nafas, melirik kakak sepupunya dan Bundanya yang hanya tertawa kecil tanpa merasa bersalah. Ayolah, Seokjin mau kencan seharian ini. Kencannya tidak akan berjalan dengan baik jika keponakannya ikut. Seokjin tidak bisa membayangkan bagaimana Soobin ada di antara dirinya dan Jisoo seharian ini. Pasti akan sangat merepotkan, dan anak kecil itu banyak mau. Jika tidak di turuti akan rewel dan berakhir menangis.

"Gak bisa, Ubin. Om Seokjin mau pergi jauh, banyak penjahat, banyak monsternya," kata Seokjin seraya berjongkok, menyamakan tingginya dengan sang keponakan. Ia berusaha membuat Soobin percaya dengan omong kosongnya. "Anak kecil gak boleh ikut, soalnya itu bahaya. Ubin mainnya di rumah aja, sama Mama dan Nenek biar aman. Oke?"

Soobin menggeleng dengan bibirnya yang sedikit maju. "Gak mau! Ubin gak takut kok sama monstelr," balas anak itu, cara pengucapannya huruf R-nya masih belum fasih. "Kata Mama, anak laki-laki gak boleh penakut."

"That's my son!"

Seokjin mendengus, mendelik pada kakak sepupunya yang masih menertawakannya.

"Tapi, Ubin masih kecil. Gak boleh ikut."

"Emang kenapa?" tanya Soobin dengan tatapan polosnya.

"Ya gak boleh. Ubin mainnya dirumah aja, nanti pulangnya Om Seokjin bawain mainan buat Ubin. Oke? Tos dulu dong." Seokjin mengangkat tangannya, menunggu Soobin meresponnya dengan menepuk tangannya.

Namun hal itu tak terjadi, karena Soobin tetap ingin ikut Seokjin. Apapun yang di katakan Seokjin tidak berpengaruh untuknya. "Gak mau, Ubin ingin ikut."

Seokjin membuang nafas kasar seraya berdiri dan menatap kakak sepupunya kesal. "Woi, bilangin nih anak lo. Ya kali gue bawa dia? Yang bener aja, gue mau kencan berduaan gak boleh ada yang ganggu."

"Hayoloh mau ngapain? Udah, mending ajak aja Ubin, biar lo gak terlalu berduaan. Nanti kebablasan kan berabe urusannya, belum juga di halalin."

"Ya gak—"

"Udahlah, Bang. Bawa aja, kali-kali ini kan? Kasian tuh Ubin pengin ikut Om-nya, nanti nangis dia." kata Bunda.

Seokjin menghela nafas. "Tapi, Bun—"

"Bawa aja, Bang. Pake mobil kan kamu?"

"Anak gue gak nakal kok, Jin. Gak rewel juga. Baik banget kayak Mamanya." ujar kakak sepupunya seraya mengedip-ngedipkan matanya sok cantik.

Seokjin berdecak. "Ah! Yaudah ayo cepet."

"Om Seokjin, gendong!"

"Gak usah manja kalau mau ikut sama Om Seokjin. Ayo cepet, kalau lama Om tinggal." katanya seraya melangkah pergi lebih dulu, di susul Soobin yang berlari mengejar sang Paman dan berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah besar Seokjin.

Pada akhirnya, Soobin ikut dalam kencannya dengan Jisoo. Padahal tadinya, Seokjin berencana pergi ke tempat yang jauh mengingat mereka sudah cukup lama tidak pergi dan menghabiskan waktu seharian. Tapi karena adanya sang keponakan kesayangan yang ikut, sepertinya hari ini Seokjin akan pergi ke tempat-tempat terdekat saja.

BitterloveDove le storie prendono vita. Scoprilo ora