Ia agaknya terkejut-sewaktu mengambil pisau buat memotong wortel-presensi Jungkook masih berada di sana. Ia pikir lelaki itu sudah melenggang pergi. "Kenapa masih di sini?"

"Menemanimu, barangkali terjadi kebakaran karena minyak di wajan terlalu panas dan api kebesaran. Atau-" Jungkook menghela napas melihat cara Hyoji memotong dengan jari telunjuk yang menjulur di atas badan wortel. "Berjaga-jaga bila jemari cantik istriku-"

"Aw!"

Jungkook menghampiri buru-buru. Adegan barusan terekam jelas bagaimana Hyoji yang mendadak gugup dan terkejut. Entah kenapa. Jadi lelaki itu menarik lengannya, menghisap segera telunjuknya.

Vibrasi jantungnya kembali bergetar rasakan hangat sewaktu mulut Jungkook menyesapnya. Bucu jemarinya menyentuh lidah Jungkook yang lunak. Berkat kalimat jemari cantik istriku, ia jadi ingin mengabadikan desiran nyaman itu. Dan ya, walaupun Jungkook selalu menggagalkan konsentrasi dirinya.

Jungkook meludah di wastafel, berkumur dengan tergesa lalu berjalan cepat ke luar lingkup dapur. Ia kembali dengan kotak P3K. Gerakannya begitu gesit, seolah nyawa Hyoji terancam saja.

"Ini cuma luka ringan, Jung."

"Diam." Jungkook menatapnya tajam. Membubuhkan alkohol di sekitar luka dan melilitkan plester pada telunjuknya. "Ini parah sekali."

Alisnya menunggal, Jungkook ternyata berlebihan. "Cuma berdarah sedikit, apanya yang parah?!"

Mendadak kepala Jungkook disinggah di atas dada wanitanya. "Jantungmu parah sekali, berdentum kencang sampai aku mendegarnya," ujarnya disusul kekehan.

Hyoji berdecak, meski begitu pipinya terlanjur matang. "Kau bilang lapar, Jung."

Lelaki itu memang bangkit, tetapi ia tak membiarkan alunan hentak jantungnya semudah itu stabil. Jungkook pegang pinggul wanitanya, ditarik, lalu didekap. "Sebentar saja, biarkan begini."

Jadi Hyoji cuma diam dengan isi kepala yang berisik dan jiwa yang melayang karena rasa nyaman yang semoga saja akan selalu bgini.

"Apa kau berpikir aku tidak sama menggilanya sepertimu? Aku sama sepertimu, Hyo. Mati-matian menahan gejolak luar biasa bila di dekatmu." Jungkook mengeratkan pelukannya. "Sekarang kau ikut merasakannya, kan? Jantungku berdetak sama kencangnya denganmu."

Kepalanya ia tenggelamkan pada dada bidang lelakinya. Ia tak bisa mengelak dan memberontak dalam rengkuhannya sebab Hyoji pun sama. Sama kacaunya merindu kenyamanan. "Katamu sebentar, tetapi ini sudah dalam hitungan menit kita berpelukan."

"Hentikan acara memasaknya, Hyo. Sepertinya aku ingin memakan dirimu saja."

"Jung-"

"Ke kamar saja, yuk. Kalau di ranjang pelukannya lebih nyaman."

Hyoji tidak yakin mereka cuma berpelukan. Tetapi ia puas merasakan sensasi tubuhnya menghangat semakin hebat. Tetapi sayang sekali, rasanya berat sekali, waktu telinga mereka tangkap suara bel pintu malam-malam begini. Hyoji mendongak melihat reaksi Jungkook yang tatapannya seolah bertanya siapa? Sementara itu Hyoji pasang raut muka terkejut serupa menyadari sesuatu, membuat Jungkook melepaskan dekapan mereka dan berjalan datangi pintu utama.

Jungkook melihat dari layar si tamu yang datang membawa cangkingan di kedua tangannya. Ia membukakan pintu dan lelaki berseragam merah-kuning menyapa selamat malam ini pesanannya. Jungkook mengernyit begitu lelaki itu juga menyodorkan secarik kertas berbunyi; selamat menikmati, jaga kesehatan untuk dirimu dan calon bayi. Aku tak keberatan direpotkan dirimu terus bila kau enggan meminta pada suamimu. Kepalanya mendongak dan layangkan tatapan tajam pada si kurir yang membungkuk dan hendak pamit pergi.

𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang