Cklek

Pistol tersebut diisi peluru dan ditodongkan kembali pada Ava dari kejauhan.

Dor!

Suara tembakan menggema, membuat pengendara menghentikan kendaraan secara asal. Kesempatan bagus ini digunakan dua pria sangar itu untuk mengejar Ava.

Tubuh gadis itu gemetar hebat. Namun saat kedua tangan kekar memeluknya dan meniarapkan keduanya Ava mendongak.

Yah, cowok yang hampir menabraknya melindunginya. Peluru tersebut mengenai ujung rambut Ava.

"You okay?" tanya Reagan lembut.

Tatapan Ava terkunci pada kedua bola mata hazel pemuda di bawah tubuhnya. Tadi Reagan menarik tubuh Ava sehingga jatuh menimpanya.

"AVA I SWEAR YOU WILL DIE!"

Sial, Ava menoleh. Tua bangka itu berhasil menyebrang satu jalan. Ia segera bangkit dan mengulurkan tangannya pada Reagan.

"Tolong bawa gue pergi!" ucapnya frustasi.

Belum sempat keduanya kabur, dua pria sudah berdiri di depan keduanya. Si botak menyimpan pistolnya di saku.

Reagan bersiap untuk kemungkinan terbesarnya. ADU JOTOS.

Si perempuan mundur di balik tubuh Reagan yang terbalut jaket hitam. Baiklah Reagan Samuel Edd siap.

"Give her to me, Kiddo!"

"Who are you, Sir?"

"She's my daughter," sergah lelaki gondrong.

Reagan menyunggingkan senyumannya. Masih bersikap tenang "But I'm not sure she's your daughter." Kedua pria jelek itu saling pandang.

Sudah Reagan duga, kedua pria itu akan menghajarnya. Dua tendangan dari masing-masing keduanya berhasil Reagan tangkis. Ya, itu karena ia sudah bersiap sejak tadi.

"Mundur!" Reagan memerintah pada Ava. Gadis itu menurut dan mundur lebih jauh.

Reagan balas melayangkan pukulan untuk si kepala botak. Membuat pria itu tersungkur dengan sekali bogeman.

Cowok itu berhenti sejenak untuk melemaskan otot-ototnya. Menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri yang menimbulkan bunyi gemertak tulang.

Bogeman mentah berhasil mengenai sudut bibir pemuda berkulit putih. Reagan meraih ujung bibirnya yang mengeluarkan darah. Mata elangnya menatap tajam.

"Udah bau tanah bukannya rehat di rumah menikmati masa tua malah maratonan," gumamnya pelan.

Lalu Reagan kembali beranjak. "Siapkan asuransi pemakaman, Bapak Tua!"

~~~~~

Di teras kediaman keluarga Edd, Alzevin bergerak gelisah. Berkali-kali cowok beriris hijau itu mondar-mandir. Terhitung satu jam sudah ia di sini. Dan sahabat bungsutnya belum juga kembali. Ia jadi berasumsi bahwa Reagan kabur karena tak mau mentraktirnya.

Tak lama berselang, Reagan kembali dan memarkirkan motornya. Tubuhnya langsung lunglai jatuh di samping motornya berdiri dengan helm yang sama sekali tak dilepas.

Alzevin segera mendekat dan melepas helm. Ia kaget melihat penampilan Reagan yang sangat kacau.

Wajahnya memar dengan sudut bibirnya sobek. Ditambah dengan rambut acak-acakan.

"Lo kenapa, Bangke?" Alzevin mengguncangkan tubuh lemas Reagan.

Cowok itu hanya tersenyum, menjengkelkan. Apa itu sebuah jawaban?

"Gan, lo kenapa sih?!"

~~~~~

Acara makan malam keluarga Edd telah selesai. Tentu saja Alzevin ada di antara mereka. Ia diminta menginap oleh Reagan. Takut jika paman Zevin kembali menyakiti sahabat kecilnya.

Masih di meja makan, Bagas-ayah Reagan membuka percakapan. "Jadi, Reagan. Ayah sudah mendaftarkan kamu di sekolah teman Ayah. Di Indonesia."

Ukhuk ... ukhuk ... Reagan yang baru menenggak air mineral terbatuk.

"K-K-KOK?" tanyanya terbata saking kagetnya.

"Iya, kita akan pindah. Sayang," ujar seorang wanita dari arah dapur.

Dia Freeya, ibunda Reagan, Elena dan Rana. Sang nyonya Edd. Tipe ibu dan istri yang sempurna. Kasih sayangnya benar-benar tulus.

Alzevin terkadang merasa iri dengan Reagan yang dikelilingi begitu banyak orang yang mencintainya. Sedangkan ia? Tak lebih sebagai alat. Pamannya memperalat dirinya untuk mengeruk habis harta keluarga Aharon. Orang yang licik bukan? Suatu saat Alzevin akan membuat pamannya menyesal.

Alzevin memandang meja dengan tatapan kosong. Reagan melihat itu dan mengerti sorot terluka yang terpancar di wajah sahabatnya.

"Ayo kita bicara di ruang kerja ayah, Re."

Reagan telah duduk di sofa ruang kerja ayahnya. Kedua tangannya menempel pada pahanya.

"Jadi, bagaimana Re?" Reagan terdiam sesaat. "Bukannya kamu yang meminta ini tiga tahun lalu?"

Tiga tahun lalu, Reagan meminta agar saat lulus SMP nanti ia bersama keluarga pindah ke Indonesia. Namun ia tak menyangka ayahnya akan mengabulkan itu, bahkan ia sudah lupa jika Bagas tak mengingatkannya.

Reagan mendongak. "Tapi, Yah ... Zevin, d-d-dia. Aku nggak mungkin ninggalin dia di saat Zevin lagi sulit." Bagas mengerutkan dahi mendengar penuturan si sulung.

Asgar [Completed]Where stories live. Discover now