4 : berduaan

848 166 110
                                    

hai semua, kembali lagi di cerita 'kelas tetangga'. Jangan lupa vomment disini ya! Happy reading semua

***

Michel membuka matanya perlahan, berusaha menetralkan pandangannya yang cukup buram. Yang pertama kali ia lihat adalah sebuah kamar bernuansa abu-abu polos. Gadis itu melihat sekeliling kamar dengan kening yang berkerut.

"Gue dimana, anjir? Masa iya diculik lagi," gumamnya. Michel menurunkan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Baju gue masih lengkap. Terus, gue ada dirumah siapa ini?"

Michel bangkit lalu duduk dengan kepala yang bersandar pada dinding kasur. Kepalanya menengadah keatas, berusaha untuk menebak tempat tersebut.

Tak lama, pintu kamar terbuka. Menampilkan sosok cowok tinggi dengan baju santai serta celana pendeknya masuk dan menghampirinya. Sontak Michel menganga, dan hendak melempar bantal pada cowok tersebut.

Elvan membawa satu nampan berisi semangkuk bubur hangat, dan juga susu. Michel mengerutkan keningnya, ia masih bingung dengan ini semua.

"Kok, gue bisa ada sama lo?" tanya Michel dengan raut bingung, pasalnya ia tak ingat sama sekali kejadian tadi sore pasca dia hampir diculik oleh dua preman.

Elvan menghela napasnya. "Pingsan," singkatnya.

"Wah, lo gak ngapa-ngapain gue 'kan? Jangan boong deh lo, El! Jangan-jangan, lo yang nyulik gu—"

"Bisa diem, gak?" ucap Elvan geram karena Michel tak henti mengoceh yang hanya membuat telinganya panas akan ocehannya yang sama sekali tidak penting, dan tak masuk akal.

Elvan menaruh nampan tersebut pada nakas disamping tempat tidur. "Makan."

Gadis itu terdiam, berusaha mengingat kejadian yang menimpa dirinya, sehingga ia berada di rumah Elvan, musuhnya. Ia tak habis pikir, mengapa harus Elvan?

Bahkan ada Milyaran lelaki di dunia ini, namun mengapa harus Elvan lagi yang ia temukan sepanjang hari?

"Gue pingsan? Kok gue gak inget sama sekali, sih?" gumamnya. Elvan hanya diam, lalu pergi beranjak dari tempat duduk untuk keluar kamar.

"Lo mau kemana heh!"

Michel menghela napasnya. Ia menatap nampan disampingnya, lebih tepatnya pada nakas. Bubur ayam hangat yang menggoda, dan juga susu hangat yang dapat mengisi tenaganya yang lemas seperti saat ini.

Gadis itu menyendok bubur ayam, lalu menyuapnya kedalam mulutnya. "Enak banget, kayak kenal masakannya."

Michel tak henti menyuap bubur ayam tersebut kedalam mulutnya, rasanya sangat lezat dan mirip dengan masakan sang Mama.

Saat ia tengah menyantap bubur tersebut dengan lahap, lagi-lagi seseorang masuk kedalam kamar. Namun, bukan Elvan yang masuk. Melainkan, Ibu dari Elvan.

"Loh, tante Lydia?" Michel menatap wanita yang sudah tak lagi muda tersebut dengan senyum sumringahnya.

"Michie, jadi kamu yang dibawa sama anak tante?" Wanita yang dipanggil Lydia tersebut ikut tersenyum, lalu memeluk Michel layaknya putrinya sendiri.

Lydia adalah salah satu sahabat Aiko—Mama Michel yang paling dekat dengan dirinya. Ia tak menyangka, Elvan adalah anak dari sahabat sang Mama, tante Lydia.

Michel membalas pelukan Lydia. "Jadi, Elvan anak tante?"

Lydia mengangguk. "Iya, Michie. Kalian saling kenal juga?"

"Iya, tan. Elvan anak kelas tetangga, kaum pinter tan." Michel nyengir.

"Oh iya, udah malem ini. Nanti, kamu pulangnya dianter sama Elvan, ya?" tawar Lydia, membuat gadis itu menegang.

Kelas TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang