part of 11

1.6K 234 11
                                    

Malam memang dingin, meski demikian kehangatan di ranjang bisa mengalahkan dingin yang ada. Walau pendingin udara di dalam kamar ini menyala, pagutan bibir mereka tak membiarkan rasa dingin menyentuh area kasur putih itu. Posisi tubuh mereka sudah berubah. Taehyung yang berada di atas tubuh suaminya--Jungkook yang tengah mengalungkan kedua lengannya pada pria itu. Walau ini kedua kalinya mereka berciuman, rasanya jauh lebih baik dari sebelumnya.

Suara napas yang saling berderu. Erangan yang tenggelam, suara gesekan antara kain dan kulit sungguh terdengar jelas. Mendadak suasana di kamar ini terasa panas. Pagutan itu usai ketika dirasa cukup. Keduanya saling beradu pandangan kembali, saling menampilkan senyum bersama wajah memerah akibat gairah yang meningkat.

"Terima kasih."

"Untuk?"

Taehyung tak menjawab. Kembali berbaring dengan membawa Jungkook ke dalam pelukannya. Memeluk erat pemuda manis itu, membiarkan aroma khas dari Jungkook yang rupanya bearoma manis. Taehyung tidak tahu pasti aroma apa namanya, yang jelas telah menjadi candu di benaknya. Membiarkan suaminya terbenam dalam pelukannya, sebuah pelukan erat terasa pada pinggangnya. Dalam hening, Taehyung dapat mendengar Jungkook yang bergumam meski tidak begitu jelas.

"Belum mengantuk?"

Wajah itu mendongak. Jungkook menggeleng dengan senyum manisnya. Lagi, Taehyung selalu terpesona hanya dengan senyum sederhana dari pemuda manis itu.

"Ada banyak hal yang malah kupikirkan," terang Jungkook.

Tidak ada salahnya bukan dia menceritakan atau membagikan isi pikirannya? Ikatan mereka sudah resmi sekarang.

"Apa?"

"Eum... bagaimana menjelaskan kepada Mama dan Yeonjun nanti? Aku takut, mereka mengira bahwa kita tidak peduli dengan mereka. Apa mereka akan marah?"

Taehyung menatap Jungkook beberapa detik. Sebelum menyingkirkan rambut hitam Jungkook yang mulai panjang sehingga menutupi kening pemuda manis itu.

"Bilang saja, ini darurat dan mendadak."

"Alasannya?"

"Kau hamil."

"Hah?!"

Jungkook menatap tak percaya ke arah Taehyung. Sedetik kemudian terdengar suara rengekannya karena Taehyung yang tersenyum lebar kemudian tertawa. Jungkook sempat terpesona dengan tawa Taehyung. Baru tahu bahwa pria itu memiliki karakter seperti demikian. Tidak bisa serius dan malah bisa berbicara di luar nalarnya. Apa ini sifat lain yang Taehyung sembunyikan dari dunia luar? Lalu, ada berapa banyak lagi sifat yang pria itu sembunyikan? Jungkook malah menjadi bersemangat untuk mengetahuinya. Setidaknya dia harus menghafalnya dan suatu hari nanti tidak terkejut jika Taehyung benar-benar melakukan sesuatu di luar nalarnya.

"Kau mengarang sekali, Hyung!" balas Jungkook sambil memukul bahu pria itu pelan.

Sementara Taehyung kini menatapnya. Setelah puas tertawa, membawa kecupan-kecupan manis di kedua pipi Jungkook yang terasa kenyal. Membiarkan suaminya keheranan dengan tingkahnya sedari tadi.

"Maaf. Bilang saja karena kita berdua inginnya begitu. Mudah, kan?"

Jungkook tampak berpikir sejenak kemudian mengangguk. Detik berikutnya tubuhnya kembali di benamkan dalam pelukan hangat suaminya. Jungkook seketika dikerubungi aroma maskulin dari tubuh Taehyung. Sedikit memabukkan namun itu membuatnya nyaman. Masih tak percaya bahwa malam ini dia tidak tidur sendiri lagi dan akan begitu seterusnya.

....

"Kau ada alergi makanan, Hyung?"

Yang lebih tua mengangguk. Sementara Jungkook buru-buru mencatatnya dalam memori. Jangan sampai dia memasak masakan yang bisa membahayakan Taehyung di kemudian hari.

"Apa saja?"

"Seafood. Hanya itu. Oh, ya, aku sebenarnya tidak suka kacang-kacangan, Sayang."

Jungkook merona mendengar kata terakhir namun tetap mengangguk paham. Berikutnya dia baru sadar akan suatu hal.

"Tapi aku kan sering memasak kacang. Mengapa Hyung tidak pernah protes?"

Taehyung hanya tersenyum lebar. "Karena aku malas bilang. Hehe."

Jungkook menatap Taehyung dengan sebal. "Ya sudah, kalau begitu aku tetap masak makanan dengan kacang."

Detik berikutnya raut wajah Taehyung yang berubah. Tampak tidak terima namun dengan air muka yang seperti merajuk.

"Kumohon jangan. Aku ingin bilang namun takutnya kau jadi malas memasak."

"Mengapa begitu?" Jungkook menatap Taehyung penuh keheranan.

"Karena... itu. Mungkin kau malas memasak karena tahu ada makanan yang tidak aku sukai."

"Bagaimana bisa begitu? Kalau Hyung tidak suka ya tidak usah dimakan. Aku kan memakan masakanku sendiri, kalau Hyung tidak makan ya biar aku saja yang makan."

"Jadi aku tidak makan begitu?"

"Kau kan bisa beli sendiri."

Taehyung menatap tidak percaya dengan Jungkook. Untung saja selama ini dia tak pernah meminta aneh-aneh. Sejujurnya Taehyung itu lebih suka masakan rumahan ketimbang membeli di kedai makanan.

"Jangan begitu. Sekarang kau harus masak untuk porsi dua orang."

"Kan memang begitu?"

Taehyung memeluk Jungkook yang berdiri di sebelahnya. Memeluk pinggang ramping itu erat--bahkan Taehyung sempat terkejut dengan ukuran pinggang Jungkook yang sudah mirip dengan super model di sosial media.

Jungkook hanya menatap Taehyung yang lebih rendah darinya. Menatap raut muka merajuk yang sejatinya terlihat lucu. Jangan lupakan rambut tebal berantakan yang kini berwarna hitam. Jungkook malah menyisir rambut lembut itu dengan jari-jarinya. Membiarkan Taehyung merasa nyaman dan selanjutnya melayangkan cubitan gemas di sebelah pipi pria itu.

"Ya ya. Jangan memasang wajah merajuk seperti itu. Aku bukan ibumu, Hyung."

"Tapi kau suamiku."

Jungkook hanya memasang wajah datar. Hendak lepas dari pelukan Taehyung namun pria itu menolak. Masih memeluk pinggangnya dengan erat.

"Pinggangmu ramping sekali, Sayang."

Mendengar itu, wajahnya memanas. Meski begitu, Jungkook sedikit bingung dengan pujian itu. Ini pertama kalinya dia mendengar seseorang memuji pinggangnya. Tentu saja karena orang-orang tak pernah melihat pinggangnya karena Jungkook sering memaka kemeja oversized atau jaket tebal. Sementara di rumah hanya memakai kaus longgar dan celana pendek ataupun panjang.

"Oh satu lagi...," ujar Taehyung, tangannya mulai bergerak.

"A!" pekik Jungkook refleks.

Wajahnya semakin memerah ketika merasakan sebuah tangan mengusap bokongnya dengan halus. Pagi ini dirinya hanya memakai kaus putih kebesaran dengan celana pendek berwarna sama. Tangan itu menelusup ke dalam kausnya yang menutupi setengah pahanya. Usapan itu berubah menjadi remasan-remasan kecil.

"Apa kau sering olahraga, Sayang?"

Jungkook beralih menatap Taehyung yang sedang menatapnya dengan pandangan yang entah mengapa kini terlihat sangat seksi dan menggoda. Tubuhnya mulai memanas dan usapan di bokongnya menjadikan tubuhnya meremang.

"Y-ya beberapa kali seminggu."

"Benarkah? Apa kau sengaja?"

Merasa mulai tidak nyaman karena kini satu tangan Taehyung mulai merambat ke punggung telanjangnya di balik kaus kebesarannya.

"Sengaja untuk apa?"

Taehyung kini menjadi berdiri, membawa Jungkook semakin dekat. Tubuh mereka saling menempel dan tak lupa wajah mereka yang sangat dekat.

"Agar mudah menggoda suamimu seperti sekarang ini."

ZuhausWhere stories live. Discover now