part ot 7

1.5K 249 13
                                    

Siang itu cuaca sedang terik-teriknya. Sementara itu, di kursinya Jungkook hanya diam dengan wajah yang tidak begitu menyiratkan kegairahan atas kehidupannya. Menyadari perbedaan padanya, Cha Eunwoo yang merupakan rekan kerja sekaligus sahabatnya sejak di perkuliahan memilih memberi temannya itu segelas milkshake banana milkshake lalu menarik kursi untuk memberi tahu bahwa mungkin, pemuda itu bisa membantu atau paling tidak mendengarkannya.

"Jadi ada apa? Aku jarang sekali melihatmu dalam keadaan seperti sekarang," terang Eunwoo yang hanya mendapat lirikan singkat dari pemuda bermarga Jeon itu.

Jungkook sebenarnya tidak ingin mengambil pusing semua ini. Sudah terlanjur dan menurutnya sudah tidak ada kata kembali. Lagian, mengapa dia harus begitu khawatir? Nah, itulah yang membuat Jungkook seringkali merasa keheranan dengan dirinya sendiri.

"Kalau seseorang memberi janji, apa itu bisa dipercaya?"

"Tentu saja. Kan, dia sudah memberi janji dan janji harus ditepati."

"Meski tidak memberi jaminan? Meski dia sendiri tidak tahu bagaimana masa depan nanti?"

Pertanyaan-pertanyaan Jungkook membuat rekan kerjanya terheran. Mengapa tampak seperti pemuda itu sedang krisis kepercayaan kepada orang lain? Dan siapa orang lain itu?

"Kau sedang diberi janji apa bagaimana?"

"Bisa jadi. Tapi aku malah takut."

"Kenapa harus takut?"

Jungkook menyesap milkshake di atas meja. Sejujurnya dia juga kebingungan dengan pertanyaan seperti itu.

"Kenapa ya... sebenarnya aku belum pernah diberi janji lalu tidak ditepati. Hanya saja, aku sendiri tidak pernah berani membuat janji. Menurutku, manusia itu tidak harus membuat janji. Lalu aku diberi janji dan aku jadi takut...."

"Semua orang memiliki persepsi yang berbeda, Jungkook. Kau tidak boleh beranggapan bahwa prinsipmu itu berlaku pada orang lain."

"Uh... baiklah, tapi aku tetap saja takut."

Eunwoo mengusak rambutnya bingung. Apa yang perlu ditakutkan ketika seseorang memberimu janji? Baiklah jika takut janji itu tidak terpenuhi, namun bisakah menaruh kepercayaan sebagai bentuk penghargaan pada orang yang memberi janji itu?

"Memangnya orang yang memberimu janji itu pembohong? Penjahat? Pengkhianat?"

Jungkook menggeleng. "Tidak, bahkan aku tidak benar-benar tahu dia."

"Menarik. Lalu mengapa dia bisa berjanji kepadamu?"

"Itulah yang aku herankan!"

...

Yeontan tengah menikmati cairan bening setelah makan malam. Sedangkan Jungkook hanya berjongkok di sebelah anjing kecil itu, memperhatikan bagaimana Yeontan minum—yang menurutnya cukup merepotkan. Tapi biarkan, Yeontan itu anjing dan Jungkook manusia. Jelas saja berbeda dari cara minum mereka.

"Tannie, apa Tuanmu bisa dipercaya?"

Anjing kecil itu usai dengan kegiatannya, kemudian memilih pergi meninggalkan Jungkook yang memanggil namanya. Tak menggubris dan itu membuat Jungkook memajukan bibirnya sebal. Bangkit dari posisinya lalu berjalan memasuki kamar.

"Lelahnya~" gumam Jungkook tepat setelah berbaring di atas ranjang empuknya.

Jam sepuluh malam dan dirinya belum melihat keberadaan Taehyung. Pria itu pasti masih sibuk dengan proyek barunya. Tak mau meminta apapun, meski sejujurnya Jungkook masih butuh kejelasaan.

Apa dia menyesal atau mendadak ragu setelah menerima lamaran Taehyung? Tentu tidak. Hanya saja, Jungkook membutuhkan sesuatu untuk membuat dirinya benar-benar yakin. Jungkook memang bukan tipikal orang yang selalu menyesal, hanya saja dia tidak mau mengecewakan diri sendiri di kemudian hari. Ada banyak ketakutan yang sering dia pikirkan dan termasuk hal ini.

ZuhausWhere stories live. Discover now