part of 4

1.5K 258 40
                                    

"Jadi bisakan, Hyung?"

"Bisa apa? Astaga—"

"Kau hanya perlu menjawab ya atau tidak."

"Aku—"

"Jangan menjawabnya padaku!"

Jungkook mengembuskan napasnya pelan. Memejamkan mata sebentar kemudian kembali membukanya. Menatap marmer di bawah yang tampak mengilap.

"Kuliah yang benar, Yeonjun-ah. Jangan memikirkan hal yang tidak begitu penting. Apapun yang kau butuhkan, kau bisa menghubungiku. Kumatikan, ya."

"Terima kasih, Hyung!"

Sambungan selesai. Kembali larut dalam pekerjaanya, Jungkook terdiam sejenak. Menatap layar tab-nya yang menyala terang. Mengerang malas, meraih gelas kopinya, membiarkan tubuhnya sejenak larut dalam manis nan pahitnya cairan pekat itu.

...

"Jungkookie," panggil seorang pria tinggi dengan setelan kasual.

Jungkook yang semula hendak berjalan menuju halte terdekat segera terhenti. Menoleh ke sebelah, pria yang memanggilnya tengah tersenyum padanya dengan lambaian tangan.

"Mau pulang bersama?"

Suasananya tidak canggung, meski tidak ada suara yang terdengar dalam mobil itu kecuali suara ac yang lembut. Jungkook sebenarnya kedinginan tapi dia merasa segan untuk meminta. Meski sudah kenal cukup lama dan bisa dikatakan dekat, Jungkook tetap merasa segan karena menghormati pria di bangku kemudi.

"Kau masih tinggal dengan seniormu?"

Pria itu Kim Namjoon, bisa dibilang partner atasannya tapi sifat Namjoon yang tidak pandang bulu pada siapa saja untuk berteman membuat mereka dekat. Ditambah Jungkooklah yang sering diperintah atasannya untuk melakukan projek bersama pria bermarga Kim itu.

"Masih, Hyung. Memangnya kenapa?"

"Tidak. Aku hanya bertanya. Apa kalian sudah sangat dekat?"

Jungkook tersenyum kikuk mendengarnya. "Eum, bisa dibilang begitu. Hehehe."

Namjoon menoleh sekilas ke arahnya. Kembali fokus pada jalanan. "Mengapa begitu? Apa kalian jarang beinteraksi?"

"Tidak juga. Hanya saja, aku bingung, batasan dekat itu bagaimana?"

Mendengar jawaban itu, Namjoon malah menepuk keningnya pelan. Seolah tak percaya bahwa jawaban itulah yang dia dapatkan dari seseorang yang sudah tinggal bersama dalam jangka lama dengan orang lan—benar-benar orang lain, bukan kekasih maupun ada hubungan darah.

"Aku hanya ingin tahu, bagaimana rasanya tinggal bersama orang yang bukan siapa-siapamu. Kalian bukan sepasang kekasih atau saudara, bukan?"

Mengangguk. Jungkook juga sebenarnya sedikit heran. "Kupikir, mungkin karakter dan kepribadian kami memang cocok, Hyung. Aku yang tidak banyak menuntut, jika lingkunganku tidak berisik dan rapi itu sudah lebih dari cukup. Sedangkan Taehyung Hyung itu teratur dan suka kebersihan. Itu saja, sih. Oh, satu lagi, kami bisa saling bekerja sama." Menjelaskannya tanpa ragu, Jungkook sebenarnya sering ditanya begini.

"Benarkah? Jungkook, bagaimana jika kau harus tinggal dengan seseorang yang mungkin... sedikit jorok?" tanya Namjoon, ada nada keraguan di akhir kalimatnya.

"Eum... malas, sih, Hyung haha."

"Sekalipun itu orang yang kau cintai?"

Memasang kening berkerut, Jungkook tetap mengangguk. "Mungkin aku juga tidak akan mencintai orang seperti itu."

"Bagaimana tipemu?"

"Hyung, mengapa kau mengajakku membahas hal seperti ini?"

Tanpa disangka, mereka telah sampai. Jungkook menatap ke arah rumah minimalis di sampingnya sementara Namjoon terdiam sebentar.

"Tidak. Aku hanya penasaran saja, terima kasih sudah mau membahasnya denganku, Jungkookie!" balas Namjoon dengan lesung pipinya yang menawan.

Salah satu pesona yang Jungkook sukai. Membalas dengan senyum dan anggukan, Jungkook izin pamit dan mereka berpisah begitu saja.

Rupanya garasi sudah diisi oleh mobil Taehyung. Ah, benar hari ini pria itu kembali. Tak sabar meminta oleh-oleh, setelah melepas dan meletakkan sepatunya Jungkook segera memasuki rumah. Gelap menyapa dan ketika lampu dinyalakan, Jungkook melihat Yeontan berjalan ke arahnya dengan sebuah gulungan kertas di mulutnya.

"Terima kasih. Tapi, apa ini?"

Anjing kecil itu hanya diam melihat Jungkook. Tak berguna juga bertanya, Jungkook memilih segera membuka gulungan kertas itu.

Jungkookie Hyung, ayo ke kamar  Taehyung Appa sekarang juga!

Yeontannie

Terkekeh membacanya, padahal Jungkook kenal tulisan tangan itu tapi tetap saja terasa seperti Yeontan yang menulis untuknya. Sambil menggendong anjing kecil itu, Jungkook berjalan menuju kamar Taehyung. Selama ini, Jungkook baru beberapa kali ke kamar tersebut. Urasannya pun tidak begitu penting. Seperti mungkin hanya membangunkan Taehyung jika mendesak atau mengecek apa pria itu ada di sana atau tidak.

Pintu kamar itu berwarna cokelat tua. Jungkook berdiri sebentar di sana, sedikit ragu karena Taehyung tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Isi kepalanya mendadak penuh dengan berbagai spekulasi tentang ada apa di balik pintu cokelat ini. Yeontan diam di gendongannya, setelah memantapkan diri hingga meraih gagang pintu lalu menekan dan mendorongnya.

Kamar itu gelap, hanya ada cahaya dari jendela yang dibiarkan tidak tertutup gorden.

"Nyalakan sakelar lampnya."

Jungkook menurutinya, ketika lampu sudah menyala, tidak ada yang spesial. Hanya ada Taehyung di sana yang sedang duduk di atas kasur dengan kedua tangan memegang sebuah piring berataskan kue beras bewarna-warni yang tampak mencolok.

"Selamat datang. Ini oleh-oleh untukmu," jelas Taehyung dengan senyum kotaknya.

Melihatnya membuat Jungkook keheranan luar biasa tapi dia meghampri pria itu dan duduk di sebelahnya. Menaruh Yeontan di atas kasur sementara Jungkook segera mengambil salah satu kue beras berwarna merah muda menyala.

"Ada-ada saja, Hyung," komen Jungkook sambil tersenyum lebar.

Sementara Taehyung hanya membalas dengan tawa, membiarkan Jungkook menyantap kue beras yang sudah diambil. Gigitan pertama cukup besar dan Jungkook terkejut ketika melihat sebuah lipatan kertas di sana.

"Kurasa ini bukan fortune cookie," celetuk Jungkook yang tidak mendapat respons apapun dari Taehyung.

Selamat! Kau beruntung mendapatkan kertas ini. Karena itu tandanya, seseorang yang memberimu kue ini sedang melamarmu. Jadi, apa jawabanmu?

Tulisan itu ditulis dengan rapi atau malah mungkin dicetak, tapi entahlah. Jungkook membacanya sebanyak tiga kali untuk memastikan apa tulisan itu benar atau hanya imajinasinya yang mendadak terlihat nyata. Setelah yakin, Jungkook masih mengunyah kue di mulutnya tapi pandangannya segera tertuju pada Taehyung yang hanya tesenyum menatapnya.

"Hyung, kau...."

"Hm?"

Pria itu hanya tersenyum, Jungkook menggigit bibirnya. Dia bingung sekarang, perkataan Yeonjun dua hari lalu langsung teringat dan dirinya tak pernah menduga bahawa skenario tersebut dapat terjadi seperti saat ini.

"Jangan bercanda, Hyung."

"Apa aku terlihat sepeti itu?" Taehyung baru kali menjawab.

Jungkook menggeleng. Mengambil kue beras yang lain tapi dia tidak menemukan lipatan kertas seperti sebelumnya. Kembali menatap pria itu yang masih menatapnya.

"Jadi?"

"Bagaimana bisa aku memilih kue yang berisi kertas?"

a.n

aku tau kalau namjoon ga bisa nyetir, tapi anggaplah di cerita ini bisa ya hehehe.

ZuhausWhere stories live. Discover now