"Pria bodoh bernama Wawan akan mati, dan kau pun akan bernasib sama sepertinya."

Retno memutar badan, mengitari sekitarnya mencari sosok tersebut, tetapi tetap tak dia temukan.

Kini dia terengah-engah, napasnya terasa semakin berat, dan sialnya, ponselnya pun meredup, pertanda baterainya segera habis.

Retno jatuh berlutut, memorinya kembali memutar kenangan tentang Wawan, tentang sahabat yang selalu ada saat dia susah dan senang, tentang tingkah lakunya yang mengganggu tapi menyenangkan, dan tentang kenyataan bahwa, hanya Wawan orang yang mau menjadi sahabatnya, sahabat untuk seorang introver penggemar novel sepertinya.

"Maaf ... maafkan aku, Wan! Jika aku tak keras hati untuk terus melanjutkan, mungkin kau akan baik-baik saja."

Petir menyambar beberapa kali, kilatannya membuat langit menjadi terang untuk beberapa saat, dan menampakkan dengan jelas raut keputusasaan yang Retno alami.

Sementara itu, di halaman belakang pondok tempat Abyad melakukan ritual pemanggilan Sang Iblis.

"Bagaimana?" Abyad bertanya kepada sosok yang muncul di hadapannya, sosok yang menggangu Retno sebelumnya.

"Aku berhasil! Dia putus asa sekarang!"

Abyad tersenyum. "Bagus! Kita selesaikan dulu upacara pemanggilannya, baru mengurus anak setengah manusia itu!" seru Abyad, lantas tertawa.

"Siap, Tuan!" seru si sosok dan Baluth yang berada di dekatnya.

"Sekarang pergilah, dan urus antrian 'mereka' yang ingin mendapatkan tubuh!"

Mereka mengangguk lantas menghilang usai mendengar perintah Abyad.

"Putra Kelana, anakmu-Retno, akhirnya akan mati juga!" Abyad tertawa terbahak-bahak.

Sejak mendengar kabar dari para setan penghuni hutan di Padang 12, akhirnya Abyad tahu bahwa Retno adalah anak dari Putera Kelana, rival abadinya.

"Retno, sadarlah!" seru seorang lelaki, lantas menepuk bahunya.

Retno mendongak, melihat sosok tersebut di tengah derasnya hujan.

"B-Bapak?"

Sosok tersebut mengangguk. "Bangun, bukankah kau sudah berjanji kepada bapak?"

"Apa ini ... cuma di dalam alam pikiran Retno lagi, Pak?"

Putra Kelana menggeleng. "Kali ini tidak! Kita akan berjuang bersama!"

Retno dengan perlahan menyambut tangan bapaknya, kemudian menggenggam dengan erat. Sekali tarik tubuh Retno berdiri tegap kembali.

"Bapak ...?"

Kelana tersenyum. "Ya!"

Tanpa aba-aba, Retno memeluk erat sosok yang sangat dia rindukan, sosok yang sangat dia idolakan.

"Kenapa lama sekali, Pak? Kenapa harus menunggu saat seperti ini?" keluh Retno merengek seperti anak kecil.

"Ada sebabnya, tetapi sebab itu sekarang tak bisa bapak tahan lagi."

Retno melepas pelukannya. "Maksudnya?"

"Sebab yang membuat bapak dengan berat hati meninggalkanmu yang masih kecil dan ibu," jelasnya.

"Apa itu?"

Kelana tersenyum, dia paham dengan rasa penasaran anaknya, dan memang dia pantas untuk tahu.

"Semuanya terjadi saat riset yang bapak lakukan terakhir kali. Jika kamu membaca novel-novel bapak sebelumnya, bapak yakin kamu sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan apa yang sedang bapak cegah agar tak terjadi," jelas Kelana.

Retno mengerutkan dahi dan mencoba mengingat-ingat kembali novel bapaknya yang sudah dicetak.

"'Rencana Tersembunyi Setan', 'Pemanggilan Iblis', 'Desa Terkutuk'? Semuanya agar peristiwa di desa ini tidak terjadi? Mencegah setan-setan menguasai desa ini?" tebak Retno setelah mencoba mengaitkan setiap judul novel yang sudah bapaknya buat.

Kelana tersenyum. "Kamu memang anak bapak!"

"Lantas apa hubungannya dengan kematian Bapak untuk mencegahnya? Apa ... Bapak sungguh-sungguh sudah mati saat ini?"

"Ada dua hal yang perlu kamu ketahui, pertama, bapak belum meninggal, bapak hanya memalsukan kematian agar ibumu tak menunggu dan mencari-cari bapak! Kedua, bapak adalah 'orang limun', yang juga berarti kamu adalah setengah manusia, dan setengah jin!"

Mulut Retno menganga mendengarnya. "Retno ...?"

Kelana menangguk. "Begitulah."

Bersambung.

Halo! Maaf, ya, lama, harusnya selesai awal tadi, cuma karena sebelumnya saya keluar sama ibu negara buat cari kado anak sahabat saya yang ultah, jadinya baru bisa lanjutin kisaran jam 9 malam. 😅

Oh, ya, sahabat saya ini yang namanya Akhmad Gunawan atau Wawan, yang namanya dan sifatnya saya gunakan di cerita ini, semoga dia gak nuntut royalti nanti. 🤣🤣🤣

Gak bisa banyak-banyak bab kali ini, tetapi saya usahakan bab selanjutnya lebih banyak dan padat.

Tebak akan seperti apa bab selanjutnya? 😁

#BangEn

DESA SETANजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें