"Kenapa lo bocorin?" kata Arland berlalu masuk.

Alle melotot. "Bocor sendiri bego! Perbaiki gih!" kata Alle menunujuk kran itu.

"Ck, gitu aja gak bisa! Nyusahin." gumam Arland diakhir kalimatnya.

Arland pun mulai berjongkok dan memegang kran itu, memutarnya sedikit demi sedikit.

"Bisa gak?" tanya Alle mendekat, menggeser sedikit tubuh Arland dan ia pun ikut berjongkok didepan kran itu.

"Susah, beli yang baru aja nanti." kata Arland datar. Ia terus berusaha menyumpal kain bekas Alle tadi. Awalnya berhasil, namun sedetik kemudian....

Blashh!!

"Eh anjirr!!" pekik Alle menghalau pancuran air itu yang menyembur ke arah mereka berdua. Kedua remaja itu serempak menutupnya dengan keduanya tangan mereka, namun itu percuma air sudah membasahi mereka berdua.

Arland dan Alle sama-sama basah. Tubuhnya kini kuyup seketika guyuran kran itu.

"Sialan!" desis Arland mengusap rambutnya yang basah.

"Basah kan." omel Alle melotot ke kran itu. Walaupun bukan krannya yang salah, tapi tetap saja Alle kesal karna baju seragamnya yang basah dan mencetak tank top hitam yang ia pakai.

"Biarin aja, nanti gue hubungin satpam buat benerin." ujar Arland berdiri, mengusap rambutnya yang lepek akibat tadi.

Saat Arland ingin beranjak. Matanya tak sengaja melirik baju Alle yang nampak tembus pandang. Ia pun bergidik acuh kemudian melenggang pergi.

Alle menggerutu disepanjang jalan koridor yang sudah sangat sepi. Yang gadis itu pikirkan bukan lagi bajunya yang basah dan menampilkan cetakan tubuhnya. Melainkan bagaimana ia pulang nantinya.

Pasalnya lagi dan lagi ponselnya kehabisan daya. Ingatkan ia nanti untuk men-charger selalu ponselnya sebelum pulang sekolah nanti.

"Ya Allah, taksi mana sih?" gerutu Alle harap cemas. Bagaimana pun ia tetap takut jika harus sendirian dilingkungan sekolah yang sudah sepi ini.

Seketika ingatannya berputar pada saat ia bersama cowok menyebalkan itu. "Dasar cowok! Cariin taksi kek apa kek, anter pulang kek." gerutu Alle komat-kamit sendirian.

"Lo ngatain gue?"

Alle refleks menoleh dengan tatapan terkejutnya. Ia pikir laki-laki itu sudah pulang, tidak tahunya kini berada dibelakangnya dengan tatapan tajamnya.

"Gak! Ge'er banget gue ngomongin lo." ketus Alle melipat tangan didada dan itu semakin mencetak bagian dadanya.

Arland menyunggingkan senyum sinisnya. "Udah ketahuan masih aja ngeles." cibir Arland menaikan resleting jaketnya kemudian menaiki motor ninja yang sudah kapan ada disamping laki-laki itu.

Alle lantas membuang muka. Hawa dingin lantas menyerbu, sepertinya hujan kali ini akan turun. Terlihat dari gumpalan awan yang tadinya putih cerah kini berganti hitam

"Ngapain lo liatin gue?!" sentak Alle menatap Arland sinis. Walaupun ia fokus kejalanan, tapi sudut matanya masih bisa melihat tatapan laki-laki itu yang mengarah ke arahnya.

"Naik." bukannya menjawab. Arland malah menujuk jok belakangnya yang kosong.

Benarkah?

"Gak!" nyatanya ego lebih menang dari pada segalanya.

Arland berdecih. Gadis keras kepala ini masih saja mementingkan gengsinya.

"Gue tawarin sekali lagi kalau lo gak mau beneran gue tinggal!" ancam Arland serius.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now