(Bonus Cerita - 02) Satu-Satunya Cara

Mulai dari awal
                                    

"Kau bodoh jika menganggap kerajaan ini bersih, M'ug. Lain kali kau harus membesarkan otakmu dari pada ototmu. Sebenernya ayahku sendiri turut serta dalam terciptanya inti kristal," ujar Raja.

Semua yang berada di sana tidak menyangka, bahwa Raja mengungkapkan fakta itu.

"Juga, bukan aku yang mengalahkan semua ras Mehdiard. Justru, dengan rencana licik ayahku yang menjalankan konspirasi agar Hellios bisa di pihak kita, membuatnya depresi demi mengaktifkan jantung legendaris Raby yang tertanam padanya, jantung mengerikan yang bisa melenyapkan kehidupan tertentu," ujarnya kesal. "Namun, sangat percuma jika aku hanya menyalahkan orang lain. Sudah seharusnya kita melakukan perubahan besar."

"Jangan bilang kau akan ...," tanggap Duxa.

"Ya, sebagaimana ayahku pernah berpesan padaku, untuk melakukan segalanya demi kelangsungan hidup Orkis. Mungkin itu satu-satunya wasiat yang aku bisa terima dari mulut diktatornya," ujar Orba. "Duxa, jelaskan semua penelitianmu selama ini tentang planet Bumi!" titahnya.

"Hah? Bumi? Apa itu?" Gumam saling tanya dan kebingungan memenuhi seisi ruangan.

"Orba, kau yakin?" tanya Duxa.

"Tidak ada cara lain, ini jalan satu-satunya," jawab Raja Orba.

"Baiklah."

Setelah itu, Duxa menjelaskan tentang Bumi, langit biru nan cerah, cahaya matahari yang menyinari setengah planet, temperatur yang rata-rata hangat, lautan air yang melimpah, berbagai macam tumbuhan dan hewan yang tersebar di seluruh planet dan segalanya tentang Bumi. Duxa juga menjelaskan tentang manusia, sebagai spesies yang menguasai Bumi, manusia yang fisik dan sifatnya mirip Mehdiard, yakni merusak.

"Intinya, kita akan membawa cadangan tubuh manusia ke planet Orka dan juga Mehdiard terakhir yang terdeteksi berada di planet Bumi. Mehdiard ini bukan Mehdiard biasa, ia merupakan pemilik tiga jantung legendaris, yakni jantung Tesyara yang sifatnya menghidupkan, bukan mematikan seperti jantung legendaris Raby. Ini harapan besar untuk menghidupkan kembali Ratu Lidaras," tutur saran Duxa.

"APPPAAA?!"

Setelah mendengar penjelasan tersebut, sontak seiisi ruangan langsung gaduh dan menentang keputusan ini. Yang paling vokal di antaranya adalah M'ug, "Kau gila Duxa! Jangan kau pengaruhi Raja tentang saran menjijikan ini! Jangankan manusia bertubuh lemah seperti itu, kami para Orkis bahkan enggan untuk mengambil tubuh Mehdiard yang berserakan di mana-mana. Lalu sekarang kau menyarankan kami untuk menggunanakan tubuh itu? Seandainya kau mempunyai tubuh, akan aku hancurkan dan kucabik-cabik tubuhmu atas perkataanmu ini!"

"DIAM!!" teriak disertai gebrakan meja oleh Raja di tengah kegaduhan. "Memangnya kalian dapat menyelamatkan Orkis dari kepunahan dengan omong kosong kalian, hah?!?" Pertanyaan itu membuat hening suasana.

Orba melanjutkan, "Apa kalian tidak sadar, manusia dan hewan ini unik. Mereka bisa memproduksi tubuh sendiri dengan berhubungan satu sama lain, jantan dan betina dewasa. Jika kita bisa merekayasa tubuh dan menyatukan otak kita ke dalam tubuh mereka, maka kelangsungan hidup Orkis akan terjaga. Tanpa harus setiap saat mengkhawatirkan soal kekurangan tubuh. Sudah saatnya kita meninggalkan budaya generasi lama yang hanya bisa memakai dan membiarkan genarasi selanjutnya sengsara! Kita harus membawa era baru dan membuka diri demi kelangsungan hidup kita!"

"Mohon maaf yang mulia, jika begitu ... berarti kami harus meninggalkan identitas kami sebagai Orkis dan menjadi manusia yang lemah itu? Apa Yang Mulia tidak khawatir akan sifatnya yang gila dan tanpa kendali menular kepada kami? Pada akhirnya hanya menimbulkan kerusakan lebih parah," tanggap M'ug.

"Apa kau lupa, identitas asli seorang Orkis? Hah? Otak kita semua sama, terlepas tubuh kita ini berbeda-beda. Bahkan perpindahan tubuh ini akan lebih menyatukan kita semua tanpa harus membeda-bedakan ras masing-masing. Selagi otak kita yang memegang kendali, kesadaran penuh adalah milik Orkis. Lagipula dengan kekuatan menghidupkan dari jantung Tesyara, pasti kita semua akan menjadi kuat, belum lagi kita mempunyai dua Nadreeg," tegas Raja menunjuk ke atas.

"ARRRRGGGHHH ...!!!"

Terdengar raungan keras bergema yang berasal dari atas ruangan. Raungan menggelegar bak drum yang ditabuh dalam gua. Suara itu berasal dari Nadreeg (naga) hitam milik Orba yang lehernya di rantai di atas tihang. Ia seketika terbangun karena merasa tuan telah memanggilnya. Wujudnya sama sekali tidak terlihat, karena seluruh tubuhnya hitam, bahkan api yang dihasilkan dari mulutnya pun berwarna hitam.

"Tenang Natam! Sekarang bukan giliranmu untuk tampil. Akan tiba saatnya, kembalilah tidur," bujuk Raja menenangkan.

Semua yang berada di sana seketika menunduk dan mengangkat telapak tangan kanan mereka menghadap wajah, sebagai wujud hormat patuh akan kuasa besar dari Raja yang berhasil menjinakkan Nadreeg paling ganas yang pernah ada.

"Maafkan atas kebodohan kami semua, kami akan selalu setia dan patuh atas semua keputusan Raja!" ucap Rapatis mewakili semua.

Raja Orba menatap mereka semua dengan bangga, lalu mengangguk.

M'ug bertanya, "Lalu, siapa yang akan membawa misi agung ini?"

Duxa mencoba menjawab, "Itu dia masalahnya. Semua rencana ini tidak semudah yang kita bayangkan. Untuk sampai ke Bumi, kita harus mengirimkan yang terkuat di antara kita, yang bisa meregenerasi tubuhnya, yang pintar bersembunyi, yang paling pintar beradaptasi dan ...."

Belum selesai ia menjawab, semua orang sepertinya sudah mengetahui siapa yang cocok untuk misi ini.

ORKANOIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang