3 : Meeting with you

Start from the beginning
                                    

"Yak! astaga!" Jimin mah tidak takut kalau tuxedo mahalnya kotor terkena wine. Oh ayolah, Jimin benci baju basah.

"Maaf, biar ku bantu bersihkan." Wanita itu mengambil sapu tangan ditasnya dan hendak membantu Jimin membersihkan kemejanya tapi sebelum itu Jimin sudah mencegahnya.

"Tidak perlu. Lebih baik kau bersihkan matamu, mungkin saja penglihatanmu tertutup karena kotoran matamu. Aku permisi." Jimin memang kurang ajar. Dia masih bisa mendengar teriakan kesal wanita tadi. Tapi Jimin juga tak peduli, toh buat apa juga peduli. Gak ada untungnya bagi Jimin peduli. Jimin berjalan ke toilet, sepertinya baju basah tidak membuatnya nyaman. karena baju itu nyeplak sekali ditubuh Jimin, terlebih lagi warnanya putih dan itu membuat otot-otot perutnya menyeplak dengan jelas.

.

.

sementara di tempat kecelakaan kecil tadi

"Eonni, kau kenal dengan pria tadi? sumpah beritahu aku siapa namanya. Aku ingin menghabisinya!" sebenarnya yang berteriak kesal tadi adalah Min Jihoon, sepupu gadis tadi yang menabrak Jimin, Min Yoongi. Jihoon tidak terima melihat Jimin memperlakukan kakak sepupunya yang niat hati ingin menolong tapi  Jimin dengan gampangnya berucap tidak sopan seperti itu.

"Tidak, sepertinya dia mahasiswa baru. Atau mungkin dia bukan mahasiswa?" Yoongi memang tidak begitu memperhatikan laki-laki tadi, karena ia panik dan langsung saja mengeluarkan sapu tangan dari tasnya.

"Aku juga tidak mengenalnya, tapi tidak jelas juga sih karena dia memakai topeng." Jihoon, gadis itu sudah mulai mengontrol emosinya. Kalau tidak ada Yoongi yang mencegahnya, bisa-bisa dia tadi meggampar mulut kurang ajar laki-laki tadi yang seenaknya berbicara tanpa disaring dulu. Dia tidak punya penyaring omongan? sini Jihoon belikan!

"Dasar pria kurang ajar, padahal eonni sudah berbaik hati ingin bertanggung jawab dengan membantunya membersihkan itu. tapi dia malah berbicara tidak sopan seperti itu. Dia tidak tahu saja kalau yang menabraknya tadi itu malaikat, cantik pula." Jihoon masih tidak terima dengan perkataan pria tadi, bagi Jihoon Yoongi itu baik hati sekali, dan hampir tak ada orang yang membencinya, tapi melihat pria tadi? sungguh! ingin Jihoon tenggelamkan saja di pulau Jeju!

"Sudah tak apa hoon, lagi pula aku yang salah. Ah atau mungkin pria tadi benar, mataku banyak kotoran jadinya aku tak begitu jelas melihat jalan." Tuhkan! Jihoon sangat benci ketika kakak sepupunya ini malah mengalah. Apa-apaan itu? kalau Jihoon ketemu pria itu lagi, ingin langsung Jihoon abisi tanpa babibu.

Gadis itu ingin berbicara tapi Yoongi lebih dulu memulainya

"Sudah jangan dipikirkan, lebih baik kita menyantap hidangan disini. Kelihatannya menarik sekali untuk disantap" Jihoon mengangguk terpaksa.

Yoongi ingin sekali memakan semua makanan disini, kapan lagi ia makan enak, pikirnya.

Tapi ketika Yoongi baru satu kali melangkah, ia seperti menginjak sesuatu dibawah sana. Buru-buru ia mengambilnya dan menelisik barang itu, maklum ruangan itu minim cahaya. Hanya lampu diskotik yang terus berputar.

Itu sebuah kalung, kalung perak dengan sebuah bandul berbentuk segiempat bertuliskan kalimat yang menurutnya sebuah nama tetapi dalam bahasa Jepang. Yoongi tidak mengerti, tapi ia tidak peduli karena yang penting adalah ia harus mengembalikkan kalung ini kepada pemiliknya. Tapi siapa? dan seketika ia ingat dengan kejadian 20 menit yang lalu, bukankah hanya pria tadi yang baru saja dari tempat ini? Otaknya langsung menyimpulkan bahwa kalung ini memang milik pria itu.

"Jihoon! aku kebelakang sebentar. Barangku ada yang tertinggal." Ia langsung berlari ke arah pria tadi berjalan, tak memperdulikan teriakan Jihoon yang menyerukan namanya. Ia harus cepat-cepat menemukan pria tadi sebelum pria itu pergi.

.

.

"Dasar wanita merepotkan!" Siapa lagi yang berbicara seperti itu kalau bukan Jimin?. Jimin memandang pantulan dirinya di cermin, sebenarnya lebih memandang kesal kemeja putihnya yang basah. Ia hendak mencopot dasi kupu-kupunya yang membuat sesak. Tapi ketika menatap lehernya, ia menyadari kalau sesuatu tidak ada disana.

"Sial! kemana kalungku?" laki-laki itu menunduk kelantai toilet, mencari-cari kalungnya. Itu bukan hanya sebuah kalung, Bung! Itu kalung satu-satunya peninggalan dari ibu Jimin sebelum Ibunya pergi meninggalkannnya dulu. Ibunya masih ada, tapi ibunya meninggalkan Jimin waktu dirinya berusia 8 tahun. Saat itu Jimin tidak tahu kenapa Ibunya pergi. Tapi yang ia lihat sebelum ibunya menangis dan memilih meninggalkan rumah, ayahnya sedang bermesraan dengan wanita lain.

Tapi sekarang Jimin mengerti, Ayahnya telah menghianati ibunya. Menurut Jimin juga semua dimaafkan kecuali perselingkuhan. Bagi Jimin cinta itu suci, dan ia tidak akan mau mengotori kesucian cinta dengan perselingkuhan seperti apa yang dilakukan ayahnya dulu. Jimin tak akan membiarkan dirinya ataupun pasangannya nanti berselingkuh dan membuat kesucian cinta itu kotor.

tak akan.

Jimin tak pernah mencari ibunya, karena jika Tuhan mengijinkan mereka bersama, maka mereka akan dipertemukan. Sekarang bahkan Jimin tak pernah tau bagaimana keadaan ibunya.

"Ibu maafkan aku, aku teledor sekali." Jimin mencari kesetiap sudut toilet. tapi tidak ada.

"Ah, Sial! Kemana kalung itu? Apa mungkin Jatuh saat aku bertabrakan dengan wanita tadi?" Dengan malas Jimin berjalan menuju tempat tadi, semoga belum hilang dan jika hilang semoga yang menemukan kalungnya itu orang baik, bukan orang yang gila harta, karena bisa saja kalungnya dijual.

.

.

"Kemana pria itu?" Yoongi berfikir sejenak, kemudian ia ingat kalau pakaian pria itu basah karenanya mungkin saja pria itu pergi ke toilet untuk membersihkan pakaiannya. Yoongi langsung berlari ke arah Toilet, kebetulan toilet pria dan wanita memang bersebelahan hanya tembok yang membatasi.



TBC


SCINTILLA ; MINYOONWhere stories live. Discover now