002

127 11 7
                                    

Pertemuan itu menuntun beberapa aksara berlarian kejalan yang sama. Menyatu sebagai ejaan pertama yang mungkin akan berbaris menjadi kata-kata selanjutnya. Sebuah nama.

***
Akhirnya tingkah dominatif yang ditunjukkan oleh lelaki bernama marhaendra bobby hartono itu berhasil menundukkan si gadis keras kepala, keinan wonowidjojo.

"Naik"

Tanpa alasan yang logis keinan menuruti instruksi dari lelaki itu.

"Lompat" kata lelaki itu sembari membuka jendela yang berada tepat disamping meja yang mereka naiki.

Tunggu. Kenapa keinan harus melompat kesana? Belum sempat membuka mulut untuk mendapatkan jawaban, lelaki tadi telah menarik tangan keinan mendekat lalu memeluknya dari belakang.

Apa? Memeluk? Baiklah keinan tidak akan menyukai hal ini. Dia cukup anti dengan interaksi fisik. Dan bagaimana mungkin lelaki ini dengan berani menyentuhnya tanpa izin.

SRRREEEETTTTT BRUUUKKKK

Keinan merasa dipermalukan oleh pikirannya sendiri. Bagaimana mungkin dia berpikir bahwa seorang marhaendra bobby hartono berusaha memeluknya.

Pipinya bersemu merah menelan kenyataan bahwa ini hanya tindakan otomatis yang bobby lakukan karna dia tidak merespon perintahnya dengan cepat.

Lagipula atas dasar apa lelaki tampan ini memeluknya? Mereka baru saja bertemu dan bahkan belum sempat berkenalan. Terlebih dengan penampakan wajah menawannya itu, rasanya tidak mungkin dia harus memaksa keinan untuk berinteraksi fisik. Diluar sana pasti banyak perempuan yang rela melempar diri untuknya. Ya. Tentu saja begitu.

Keinan jatuh dalam posisi duduk dengan tangan bobby yang memegangi pundaknya. Perlahan keinan menoleh kebelakang. Dia melihat wajah bobby yang berada hanya beberapa senti di depannya.

Selanjutnya keinan membuang muka, salah tingkah. Bahkan farel tidak pernah sedekat ini dengannya. Tapi karna sesuatu mengusik rasa pedulinya, akhirnya keinan terpaksa kembali menoleh. Dan benar, ternyata bobby terlihat mengerutkan wajahnya menahan sakit.

Keinan ikut mengernyitkan dahi saat menatapnya. Sepertinya punggung bobby menghantam tembok cukup keras sebelum terseret turun saat melompat tadi. Jarak antar tembok di sela tempat ini memang sangat sempit, jadi wajar jika bobby terluka karena nekat melompat kemari.

"Apa kamu b..." kata keinan terpotong.

Tangan bobby terlihat gemetar. Tapi dengan sigap tangan itu berhasil mendarat di mulut keinan lalu menutupnya rapat-rapat. Satu tangan yang lain mengeratkan cengkeramannya di tubuh keinan. Dingin. Itulah yang indera keinan kenali saat tangan bobby menyentuh kulitnya.

"Apa dia baik-baik saja?" Batin keinan.

Hampir bersamaan dengan sentuhan tangan bobby langkah kaki terdengar memasuki ruang kelas mereka.

Tap tap tap

Deg deg deg deg

Rasa-rasanya langkah kaki dan degub jantung keinan bisa menciptakan melodi yang mengesankan. Keinan sangat gugup.

Tanpa terasa keringat mengalir dari pelipisnya. Keinan memang tidak merasa melakukan kesalahan apapun. Namun situasi ini sangat tidak bersahabat. Bayangkan saja bagaimana jika satpam menemukan mereka dalam posisi ini.

Ayolah. Siapa yang tidak kaget dengan posisi mereka sekarang?Perlu diingat bahwa keinan sedang berada di pangkuan lelaki asing lengkap dengan segala dekap mautnya. Iya dekapan maut. Andai keinan cukup waras harusnya dia merasa beruntung diperlakukan seperti ini oleh lelaki setampan bobby. Sayangnya keinan tidak. Atau setidaknya waktunya masih terkesan terlalu terburu-buru.

3 Days and ForeverWhere stories live. Discover now