"Hyung kakimu itu terbuat dari apa sih?"

"Hah? tulang dan daging lah. kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Abisnya dari tadi kau tidak lelah-lelahnya berjalan. Aku saja sudah seperti ingin patah."

Namjoon tertawa "Itu tandanya kau lemah, Jim."

Jimin melotot, tidak terima dirinya disebut lemah oleh Hyung-nya "Yakk! sialan kau hyung. Kau lupa dari jam berapa kita sampai di parkiran mall dan sekarang sudah pukul enam!"

"Hah sudah pukul enam? ayo kita segera pulang, acara dimulai pukul tujuh." Namjoon berjalan cepat.

"Tidak mau, enak saja. Aku mau makan." Jimin berjalan berlainan arah dengan Namjoon. Pemuda itu menengok Jimin yang berjalan berlainan arah dengannya, iapun langsung berlari menyusul Jimin.

Jimin dan Namjoon melangkahkan kaki keluar salon, banyak tatapan mata berbinar yang menatap mereka. Bagaimana tidak, sekarang Keadaan mereka sangat lebih baik dibanding sebelumnya yang hanya memakai seragam SMA. Sekarang tidak lagi, Jimin memakai setelan tuxedo berwarna hitam dan dasi kupu-kupu, sepatu pantopel mengkilap berwarna senada dengan tuxedo. Surai abu-abunya terlihat lebih rapih dengan model rambut curtains hairstyle yang membuatnya terlihat lebih menarik dari biasanya.

Berbeda dengan Namjoon yang memakai tuxedo berwarna abu-abu gelap, surai blondenya bermodel layered undercut membuat dirinya tidak lepas dari tatapan orang-orang.

"Sialan kau hyung, aku benci sekali ditatapi banyak orang." Jimin kesal sekali dengan Namjoon, bagaimana tidak dia yang sangat anti berhias diri kini dirinya sudah sangat rapih. Dan kalau kalian bertanya siapa yang mengusulkan ke salon? tentu saja Namjoon, Jimin mana mau mengeluarkan uang untuk penampilannya. Lagi pula dia sangat benci pergi ketempat-tempat penipu seperti ini, Jimin sebut tempat penipu karena banyak orang biasa saja yang masuk ketempat ini lalu ketika keluar orang itu jadi terlihat lebih mencolok dari sebelumnya. Yah, seperti dirinya sekarang.

Tapi dia sangat merutuki dirinya yang pasrah saja menuruti ajakan Namjoon untuk pergi kesalon. sebenarnya tidak pasrah.

falshback on

Namjoon dan Jimin sedang menikmati makanan mereka disebuah restaurant prancis yang berada di lantai paling atas.

"Astaga Jim, jam berapa sekarang?" tanya Namjoon.

Jimin melirik arloji di pergelangan tangannya "Huh? Setengah jam kurang menuju jam tujuh."

"Ayo kita ke salon!" Namjoon menarik Jimin

"Yak! tunggu, apa? ke salon? yang benar saja! Tidak mau!"

"Biar cepat Jim."

"Tidak mau, pergi saja sendiri sana! Aku akan ganti baju di toilet."

"Kita harus ke salon untuk merapihkan diri Jim!"

"Tidak mau hyung! kalau kau ingin ke salon, pergi sendiri sana! Lagi pula aku sudah tampan kok tidak perlu ke salon lagi."

"Ya baiklah kau memang sudah tampan, tapi belum maksimal. Wajamu ini kusut sekali seperti baju belum disetrika. Mau ditaruh dimana mukaku kalau datang berasamamu yang seperti ini."

"Pergi saja ke pesta itu sendiri, lagi pula aku kan hanya menemanimu. tidak ikut melakukan apa yang kau lakukan hyung!"

"Ayolah, Jim, sekali saja"

"Kau tau hyung? aku tidak pernah suka kesalon!"

"Aku mohon Jim!" Namjoon menatap Jimin dengan wajah memelasnya, Jimin dibuat heran dengan tingkah Namjoon yang biasanya sangar kini memohon kepadanya dengan tatapan menjijikan yang dibuat-buat.

"Yak! yak! baiklah, aku akan pergi tapi hanya sekedar merapihkan rambutku, kupikir memotong sedikit tidak begitu buruk." Tolong catat baik-baik kalau Jimin terpaksa, dan ini mungkin pertama dan terakhir dalam hidupnya pergi ketempat seperti ini.

bagaimana dengan Namjoon? jangan ditanya. Dia menjadi yang paling senang ketika Park Jimin dengan mudahnya luluh oleh tatapan memelas yang dibuat-buatnya itu.

flashback off

"Hyung? tidak ada yang ketinggalan kan?" tanya Jimin ketika mereka sudah sampai di parkiran sebuah hotel bintang lima sekaligus tempat Seokjin berada

"Aku seperti melupakan sesuatu, tapi apa ya?"

Jimin geleng-geleng dibuatnya, sikap teledor dan pelupa Namjoon memang sudah biasa.

Namjoon kembali mengingat-ingat "Astaga, Kita lupa membeli topeng!"

"Yak! pinjam saja lah."

"Tapi bagaimana? eh tidak, maksudnya dengan siapa?"

Jimin menunjuk dengan dagu dua pemuda yang sepertinya mereka juga pergi ke pesta tahun baru.

"Baiklah." Namjoon keluar mobil dan berjalan dengan santainnya ke arah dua pemuda itu, disusul Jimin yang mengekori dari belakang.

"Boleh kupinjam topengmu?"

"Apa? yang benar saja. Aku hanya punya satu."

"Kalau kubeli bagaimana?"

"Tidak bisa, topeng ini didesain khu–"

"100000 won?"

"Oke baiklah." Kedua pemuda itu melepaskan topengnya dan memberikannya pada Namjoon, lalu Namjoon mengeluarkan uang 100000 won dan diberikan kepada pemuda itu.

Jimin menghampiri Namjoon "Cih, dasar Namja matre." celetuknya.

"mana? berikan padaku satu." Jimin memakai topeng itu, bagus sekali setidaknya dia jadi terlihat lebih tertutup. meskipun dimata orang lain walaupun tertutup topeng tetap saja orang-orang bisa menilai kalau dia adalah pemuda tampan yang kaya raya.

Jimin dan Namjoon berjalan beriringan menuju pintu masuk, di depan sana sudah ada dua penjaga keamanan. Jimin memperhatikan orang-orang yang masuk kesana, tapi sebelum masuk kedalam orang itu berhenti dan memperlihatkan sesuatu lewat handphone. Dan seketika saat itu Jimin ingat satu hal

"Hyung! kau sudah punya undangan?"

"Tenang saja, Jim, aku sudah punya"

Jimin menaikkan alinya sebelah "Bagaimana kau bisa mempunyainya? bukankah undangan itu hanya diberikan untuk mahasiswa?"

"Tidak ada yang tidak bisa oleh Kim Namjoon." Namjoon berjalan santai, sambil tersenyum. Meninggalkan Jimin yang melongos mendengarnya.

"Perlihatkan undangan anda, Tuan." Namjoon mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan undangan disana, Jimin tidak akan kaget lagi karena Namjoon memang seperti ini. Selalu punya cara, berbeda dengan dirinya yang penuh kejutan.

Undangan diterima, mereka lalu memasuki hotel itu. Sudah banyak sekali yang datang, semua memakai topeng. Membuat Jimin tidak bisa mengenali, lagi pula tidak ada yang Jimin kenali dan tidak ada yang mengenalinya kecuali seseorang ini

"Kau? Kau Park Jimin kan?"

TBC

Apakah kamu sudah vote? Kajja, lakukan itu, baby.


SCINTILLA ; MINYOONWhere stories live. Discover now