"Sepertinya kau tidak baik baik saja. Kalau begitu  mari aku antar ke unit kesehatab, untuk mengobati dahimu! " Lelaki tersebut memberi saran. Namun segera aku tolak karena sudah tidak kuat untuk berdiam diri terlalu lama didekatnya.

Rasanya jantungku ini akan meledak karena berdebar begitu kencang. Mungkin akibat sentuhan tadi membuat efek yang luar biasa untuk diriku.

"Jangan menolak. Kalau dahimu tidak diobati nantinya mungkin akan membekas biru. Kau tidak ingin kan dahimu itu terlihat benjol? Bisa bisa mahasiswa/i seisi kampus akan menertawakanmu. " Ujarnya.

Betul juga tentang apa yang dia katakan, akhirnya aku pun menuruti saran lelaki itu untuk pergi ke unit kesehatan.

Soal kelas pagiku? Ahh, aku sudah tidak memperdulikanya lagi. Nanti aku akan titip absen saja. Bolos sehari tidak apa apa kan, asalkan bisa berduaan dengan lelaki sang pujaan hati.

Lalu kamipun pergi ke ruang unit kesehatan yang memang sudah tersedia di kampus. Lelaki itu menggenggam tanganku, lebih tepatnya menuntunku.

Jantung ini terasa bergetar seketika dan terasa seperti ada ribuan kupu kupu yang menggelitik di perut. Oh Tuhan terimakasih karena sudah mengabulkan doaku dan mempertemukan kami kembali.

Setelah sampai di tempat tujuan akupun langsung mendudukan diriku diatas brankar. Membiarkan sang lelaki tampan mencari obat yang bisa digunakan untuk mengobati dahiku.

Tak lama diapun kembali dengan membawa kompresan es ditangan kananya.Lalu menempelkan benda itu secara perlahan di dahiku.

Aku hanya diam menerima setiap perlakuan lembut darinya. Sedikit mendongak karena lelaki itu lebih tinggi dariku. Manik mata kami beradu bahkan lebih dekat dari sebelumnya.

Kami saling menatap, bahkan tatapan yang dia berikan kepadaku sangat dalam. Sialan jantungku tidak bisa dikondisikan kembali. Aku harap lelaki ini tidak akan mendengar degupan jantungku yang begitu kencang.

"Namaku Namjoon, Kim Namjoon. Siapa namamu? " Dia bertanya kepadaku sedangkan aku hanya diam, masih tidak bisa mencerna perkataanya tadi.

Aku masih sibuk menatap wajah lelaki itu yang terasa sudah menjadi candu. Kemudian dia menjentikan jarinya dihadapanku.

Seketika akupun langsung tersadar dari lamunan. Dia memberikan senyuman itu lagi, bahkan terlihat lebih manis dari sebelumnya.

"Aku bertanya kepadamu. Ahh, sudahlah kalau begitu aku juga harus pergi sekarang. Masih banyak tugas yang harus aku kerjakan secepatnya. Kalau begitu sampai jumpa lagi dan maaf atas kejadian tadi. " Lelaki itu beranjak membereskan peralatan yang digunakannya untuk mengobati dahiku.

Berniat pergi dari ruangan bernuansa putih ini dengan bau obat yang khas. Tapi sebelum benar benar pergi aku mencegahnya dan menarik tanganya kembali keposisi semula.

Mata kami beradu kembali. Sialan, apa yang aku lakukan terasa sangat bodoh dihadapanya.

"Mm.. Namaku Sinha, Kim Sinha " Akhirnya akupun memperkenalkan diri kepadanya, lalu memberikan seulas senyuman di wajahku. Dia juga melakukan hal yang sama. Tersenyum membalas ucapanku.

"Sinha. Senang berkenalan denganmu, apakah kondisimu sudah membaik? " Mendapat pertanyaan darinya aku pun hanya bisa mengangguk.

Lalu menunduk menyembunyikan wajahku yang dirasa memanas dan pasti terlihat merah merona saat ini.

"Mianhae,, " Hanya kata itu yang bisa terucap oleh bibirku. Sedangkan Namjoon hanya menatapku dengan bingung saat ini. Terlihat dari alisnya yang bertautan dan dahi yang berkerut.

"Untuk apa kau meminta maaf padaku? " Benar saja dia bingung dengan ucapanku barusan. 

"Tadikan aku sudah tidak sengaja menabrakmu, bahkan membuat tumpukan buku yang kau bawa berserakan dilantai. Aku yakin kau pasti tidak baik baik saja. Apakah kau terluka? " Aku bertanya dengan wajah yang khawatir. Sungguh merasa tidak enak saat ini.

"Tenanglah, lagipula aku baik baik sajakan. Hanya saja ada satu buku miliku yang robek akibat tadi terjatuh. Tapi itu tidak masalah.. " Aku merasa lebih tidak enak lagi setelah mendengar ucapanya barusan.

"Sudah tidak usah dipikirkan, oh iya sepertinya aku harus pergi sekarang. Tugasku masih menumpuk dan harus segera dikumpulkan besok. " Ucapnya seraya membungkuk lalu berniat pergi dari hadapanku, tapi aku kembali menahan tanganya.

"Sebelum pergi.. Mm.. Bolehkah aku meminta id line milikmu. Ya mungkin supaya kita tetap bisa berhubungan, itu juga jika kau mau? " Ucapku sembari menyodorkan ponsel miliku kehadapanya.

Lalu Namjoon mengambil alih benda pipih itu dari tanganku dan mengetikan id line miliknya di sana. Kemudian menyerahkannya kembali setelah dirasa selesai.

"Sudah aku berikan id line miliku. Kalau begitu aku permisi dulu, sampai jumpa dilain hari. " Akupun memberikan senyuman terbaiku kepadanya. Dan setelah itu aku membiarkanya pergi dari hadapanku.

Setelah melihat punggungnya yang sudah menghilang dari balik pintu ruang unit kesehatan. Aku langsung berteriak kegirangan hingga melupakan rasa sakit yang sebelumnya menerpa. Sampai sampai.

Dughkk

"Aww, aigo omo!! " Kakiku membentur sebuah nakas di sisi brankar hingga rasanya sakit sekali. Memang ceroboh.

Tapi setelah itu aku kembali meloncat kegirangan walaupun sedikit tertatih karena menahan rasa sakit.

"Jimin harus tau.. " Ucapku girang


See you.

End of Story ✓Where stories live. Discover now