Seseorang yang aku tabrak pun mengalami hal yang sama bahkan tumpukan buku yang dibawanya sampai berserakan di lantai karena insiden tadi.

Aku terduduk sembari mengusap pelipisku yang dirasa berdenyut. Saat ini aku sama sekali enggan memikirkan tentang kelas pagiku. Yang aku sekarang utamakan adalah bagaimana kondisi seseorang yang baru saja aku tabrak.

Tiba tiba saja ada sebuah tangan yang terjulur dihadapanku. Jari jari tanganya begitu lentik, ditambah dengan arloji bewarna hitam yang dikenakanya terlihat begitu mewah.

Walaupun aku yakin bahwa dia adalah seorang lelaki tapi aku begitu iri dengan tanganya yang mulus. Bahkan tanganku saja begitu kasar karena sering membantu eomma di rumah. Huhh payahnya diriku ini.

Aku meraih tanganya yang langsung disambut dengan baik oleh lelaki itu. Di saat sudah berdiri aku pun mendongak. Dan begitu terkejutnya aku di saat melihat siapa yang baru saja aku tabrak dan membantuku berdiri tadi.

Lelaki ini. Orang yang selalu aku pikirkan. Orang yang selalu berkeliaran di otakku. Sang lelaki tinggi berlesung pipi. Orang yang telah seenaknya mengisi separuh hatiku yang kosong.
--
Flashback onn

Saat ini aku sedang berada di toko buku langgananku. Mencari sebuah novel yang sudah lama ku idam idamkan. Di saat tengah sibuk dari rak buku satu ke rak buku yang lain akhirnya aku mendapatkan novel yang sedari tadi kucari.

Dan di saat tanganku tengah meraih novel tersebut, ternyata ada seseorang yang juga berniat mengambil novel tersebut dari arah berlawanan. Seketika manik mata kami beradu dari balik rak buku.

Dia adalah seorang lelaki tinggi berwajah tampan. Bibir plum miliknya yang begitu menggoda. Mata coklat legam yang berbinar, ditambah dengan kaca mata yang bertengger di wajahnya membuat ia terlihat sangat tampan dan menawan di waktu bersamaan.

Dan tiba tiba saja lelaki tersebut memperlihatkan senyuman nya yang begitu manis. Terlihat lesung pipi yang timbul begitu dalam. Matanya pun ikut tersenyum ketika lelaki tersebut tersenyum. Sungguh pemandangan yang begitu indah menurutku.

Sesuatu didalam dadaku bergejolak, berdegup kencang dengan tidak elitnya. Khayalan seakan ada ribuan bunga sakura yang sedang berguguran sukses membuat hatiku luluh seketika.

Tapi di saat aku ingin menyapa, tiba tiba saja ada seorang lelaki dengan warna rambut hijau mint mencolok memanggil dari arah kasir.

Dan setelah itu lelaki tampan berlesung pipi tersebut pun pergi begitu saja dari hadapanku. Sempat menoleh sesaat sebelum benar benar pergi dari toko buku tempat kami berada sekarang.

Aku sangat kecewa saat ini karena tidak bisa berkenalan dengannya. Bahkan bertegur sapa pun sama sekali tidak sempat.

Tapi aku cukup senang bisa bertemu dengan lelaki itu. Dan berharap bahwa suatu saat nanti Tuhan akan mempertemukan kami kembali. Aku harap begitu.

"Mengapa jantungku berdebar seperti ini? aku bahkan tidak pernah merasa sebodoh ini di saat berpapasan dengan ribuan lelaki yang tidak kalah tampan denganya. Ahkk, lupakanlah pikiran bodohmu ini Sinha! "

Aku hanya bisa merutuki perasaanku sendiri yang sudah seenaknya memilih tambatan hati. Lalu segera bergegas menuju kasir untuk membayar novel yang aku inginkan. Dan pergi dari toko buku itu setelahnya.

Flashback off
--

"Gwaenchana? " Lelaki itu bertanya, terlihat wajahnya yang begitu khawatir akan kondisiku. Aku hanya menganggukan kepalaku ragu. Karena jujur kepalaku masih berdenyut saat ini.

Hal yang membuatku terkejut selanjutnya adalah tiba tiba lelaki tersebut mengusap dahiku perlahan. Aku hanya bisa meringis kecil sekaligus syok atas perlakuanya saat ini.

End of Story ✓Where stories live. Discover now