Part 11

52.4K 1.7K 12
                                    

***

Suasana kantor ramai seperti biasa. Arin mulai bisa membiasakan dirinya akan tatapan para karyawan yang selalu menajam kala ia datang bersama Daniel.

Jika tidak profesional, Arin akan memilih untuk tidak bekerja hari ini karena bosan terus mendapat tatapan tidak bersahabat itu juga karena insiden bersama Daniel kemarin.

Ugh! Itu benar-benar memalukan.

Daniel yang berjalan didepannya merasakan ketidaknyamanan Arin. Sejak di rumahnya tadi pagi, wanita itu tidak banyak bicara dan bahkan tidak menatapnya sama sekali.

Sampai didepan ruangannya, Daniel berbalik. Langkah Arin pun ikut terhenti. Ia berniat untuk melanjutkan langkah menuju mejanya saat suara Daniel menginterupsi.

"Aku minta maaf."

"Kalau untuk yang kemarin lebih baik tidak usah dibahas lagi."

Daniel terdiam. Ia melangkah mendekati Arin membuat wanita itu terkesiap.

"Apa yang kau lakukan?"

Daniel semakin mendekat. Arin tidak lagi bisa mundur karena tubuhnya menabrak meja.

"Setelah ini, aku tak akan membahasnya lagi, aku hanya ingin mengatakan," jeda, Daniel memajukan wajahnya, sementara Arin menatapnya was-was.

"Aku suka bagaimana caramu membalas ciumanku."

Daniel melihat wajah Arin memerah dengan mata yang melotot keluar. Terkekeh, Daniel membalikkan tubuhnya dengan cepat dan menghilang dibalik pintu ruangannya.

Arin memegang dadanya. Degup jantungnya masih terasa kencang.

Sialan! Daniel sepertinya berniat membunuhnya secara perlahan.

***

"Ini laporan terbaru dari divisi produksi," Arin memberikan sebuah map hijau dan mengulurkan map lainnya diatas meja, "dan ini dari divisi keuangan."

Daniel meraih kedua map tersebut, membacanya, dan terlihat raut wajah Daniel berubah.

Ditekannya salah satu tombol telepon dan berkata, "Panggilkan siapapun yang mengurus dokumen data produksi dan keuangan," ujar Daniel dengan suara rendah khasnya yang terkesan menyeramkan. Pria itu sepertinya sedang marah. Arin sampai merinding mendengarnya.

"Kalau begitu... saya per--"

"Duduk disini." Celetuk Daniel menyela.

Arin yang merasa sedikit takut memilih untuk menuruti perkataan Daniel. Ia pun menarik kursi didepan meja Daniel dan bersiap duduk.

"Disampingku."

"T-tapi--"

Sorot tajam itu terasa menusuk Arin membuat ia sedikit tercekat. Dengan canggung ia memposisikan kembali kursi yang tadi siap ia duduki ke keadaan semula. Melangkah ragu ke arah kursi disamping Daniel dan duduk diam tak berani bicara. Demi apapun suasana ruangan jadi berubah dingin mencekam jika Daniel sedang dalam mode marah.

Pintu ruangan terbuka. Menampakkan dua orang pria yang tersenyum canggung dan melangkah ragu ke arah meja Daniel sambil menunduk.

"Kalian masih ingin bekerja disini?" Tanya Daniel tanpa basa-basi dengan suara datar.

Kedua orang itu terkesiap. Menatap Daniel takut-takut, "t-tentu pak."

"Kalian tahu apa kesalahan kalian?"

Mereka saling pandang, tampak mencari tahu lewat tatapan mata masing-masing.

"K-kami tidak tahu, pak."

MLM (TAMAT) Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum