Part 7

64.8K 1.9K 15
                                    

***

"Arin!!!"

Merasa ada yang memanggil namanya, Arin menghentikan langkahnya dan berbalik.

Rupanya Mila, rekan satu divisinya. Wanita dengan tubuh ramping yang sedikit lebih pendek dari Arin itu berlari ke arah Arin. Sehingga kini ia menjadi pusat perhatian orang-orang kantor.

"Ada apa?" Tanya Arin saat Mila telah sampai didepannya dengan napas terengah-engah.

"Ada.. hhh..hhh.. ituhh.."

Kening Arin berkerut bingung. Sebenarnya apa yang membuat rekannya ini menjadi panik seperti ini.

Pada saat yang sama, Revan datang dari arah belakang Arin dan langsung meraih jemari wanita itu menjauh.

"Ehh kak Revan!! Aku ingin memberi tahu Arin, itu disana-"

"Aku yang akan memberitahunya." Sela Revan cepat sambil terus menggandeng Arin yang masih belum mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Fokus para karyawan pun kini beralih pada mereka berdua. Seperti biasa, mereka ditatap dengan berbagai macam ekspresi. Tapi Revan tidak peduli dan Arin malah seperti orang linglung.

"Revan, sebenarnya ada apa? Apa.. ada hal serius yang terjadi?" Tanya Arin cemas saat pria yang baru semalam jadi kekasihnya itu tetap diam dengan wajah datarnya. Ralat. Ekpresi Revan seperti orang yang tengah berusaha menutupi rasa cemas?

Revan rupanya membawa Arin masuk ke pintu tangga darurat. Tempat yang tidak ada seorangpun disana. Revan memastikan bahwa tidak ada satupun orang yang melihat mereka kesini. Agar tak ada gosip aneh yang tersebar.

Revan hanya butuh ruang untuk bebas bersama Arin. Setidaknya hari ini saja.

Setelah menutup pintu dari dalam, Revan menatap Arin sejenak dengan tatapan sedih. Membuat Arin makin bingung saja.

"Revan.. sebenarnya ada ap-"

Ucapan Arin terhenti saat Revan tiba-tiba memeluknya erat. Pelukan hangat pertama yang Arin rasakan dari seorang Revan. Meskipun bingung, Arin membalas pelukan pria itu. Mencoba mengerti, mungkin saja Revan memang sedang rindu padanya?

"Aku takut tidak bisa memelukmu lagi. Aku bahkan tidak tahu apa kita masih bisa bebas bertemu. Aku-"

Melepas pelukan Revan, Arin bertanya, "Apa kita akan berpisah? Secepat ini? Kau akan pergi?"

Kedua tangan Revan terulur untuk menangkup pipi Arin. Sorot matanya kali ini benar-benar terlihat sedih.

"Kamu yang akan pergi, Arin.."

"Hah? Apa maksudmu? A-apa aku dipecat? Tapi apa salahku?" Tanya Arin tanpa jeda. Tak bisa dipungkiri ia sungguh panik saat ini.

"Tidak. Bukan. Perusahaan Allen Corp menginginkanmu bekerja disana. Dan pihak perusahaan ini langsung menyetujuinya. Kamu... bahkan harus kesana hari ini juga."

Alis Arin bertaut tanda wanita itu masih berusaha mencerna ucapan Revan barusan. Bagimana bisa seorang karyawan biasa sepertinya diinginkan oleh perusahaan lain? Apalagi itu perusahaan Allen Corp!

Hey! Siapapun tahu bahwa perusahaan itu adalah perusahaan terbesar di Indonesia. Cabangnya bahkan tersebar di beberapa negara besar. Sehingga pemiliknya pun di cap sebagai orang terkaya se Asia Tenggara. Bukan hal mudah untuk bekerja disana. Minimal, mereka harus lulusan sarjana dan memiliki beberapa kriteria khusus lainnya.

Lalu, bagaimana dengan Arin? Arin hanya seorang tamatan SMA. Kemampuannya hanya sebatas mengoperasikan komputer dan berbahasa Inggris juga Korea. Apa yang membuat perusahaan itu menginginkan Arin? Tidak mungkin kan mereka memanggilnya hanya untuk menjadi seorang tukang bersih-bersih?

MLM (TAMAT) Where stories live. Discover now