28 : Another Man

2.7K 400 72
                                    

Sudah sekitar empat hari ini Ia tak menginjakan kaki di sekre, dia lebih memilih tidur di kamarnya, kamar Wishaka, atau nongkrong aja dibanding ke sekre.

Demi tak tampak di mata seseorang.

Ia sebenarnya ingin sekali bertemu, namun tahu diri, apa yang sudah ia perbuat ketika mendengarnya dari Wishaka.

"Senin nangis di parkir atas, Arya yang bilang ke gue. Pas dia iseng ke parkir atas, Senin lagi sendirian dan nangis di sana. Gue juga denger cerita lu kenapa putus sama Senin, dari Arya yang langsung denger dari Senin sendiri."

Malam itu di tempat tidur berwarna putih milik Wishaka, Jinan mendengar cerita kekasih—atau kini mantannya, kenapa memutuskannya dan apa pula yang menjadi masalah mereka.

Wishaka menasehati dan menyumpah serapahi-nya semalaman. Pun ketika ia bertemu para lelaki Pers Kampus di Warkop, atau tak sengaja bertemu Salwa, Kanaya, Hanna dan Wendy yang bahkan dengan senang hati menendang, mencubit, bahkan memukul dan mendorong begitu bertemu muka dengannya.

Ia sadar pantas disebut brengsek.

Tapi dari sisinya, ia ingin sekali menjelaskan pada Senin tentang perasaannya. Bahwa, tak ada yang palsu, dipaksakan atau bahkan dibuat – buat selama hubungan mereka.

Ia menyukai Senin, menyayangi gadis itu, dan itu bukan kepalsuan.

"Terus lu sama Jelita ngapain gitu kelakuannya?" tanya Sian kala itu di warkop.

"Lu gak bakal gitu ke Jelita kalo udah sepenuhnya move on ke Senin," tanggap Naresha.

Wishaka menggeleng, "Bukan move on, justru Jinan balik ke rumahnya. Senin itu lebih awal ada di sini sebelum Jelita," tunjuk Pimred itu ke dada Jinan dengan telunjuknya.

"Lu masih penasaran sama Jelita atau gimana, sih? Kelakuan lu tuh berlebihan ke Jelita, apalagi Senin tahu lu pernah deketin dan nembak Jelly," lanjut Sian.

Jinan mengacak rambutnya kasar.


Kemudian beberapa hari selepas itu ...

Di hari ini. Setelah tiga hari tak ke sekre, di hari ke-4 dia memutuskan datang.

Ia berharap, tak menemukan paras cantik Senin setidaknya untuk hari itu. Namun naas, begitu dirinya melangkahkan kaki memasuki pintu bertempelkan banyak sticker milik sekre Pers Kampus, wajah yang pertama ia temui justru gadis itu.

Senin tengah duduk lesehan di karpet biru sembari sibuk dengan buku catatannya di meja. Tatapan mereka langsung bertemu, membuat keduanya terdiam di tempat salah tingkah.

"Weiss, ke sekre juga lu Bro. Traktir ya?"

Brian merangkul Jinan masuk. Sian dan Lucas langsung dengan sigap ikutan minta traktir juga. Katanya, traktir baru putus, biar bisa balikan atau cepet punya pacar baru lagi.

Kepala ketiganya langsung digeplak Hanif, "Otaknya tinggal separo semua ya."

Di sana, juga ada Arya yang duduk di kursi putar depan komputer sekre, begitu beres nge-print beberapa lembar surat untuk MoU, lelaki itu bangkir dari kursinya ke arah pintu. "Mau kemana Ya?" tanya Senin menyadari pergerakan Arya.

Arya menoleh bingung, karena tak biasanya Senin bertanya perihal ke mana ia akan pergi. "Ke sekre BEMU, MoU-an festival film bulan depan."

"Gue ikut, yuk!" Senin langsung berdiri menghampiri Arya. Meski masih bingung, tapi Arya sih senang - senang aja yang menemani. Jadi mereka pun keluar sekre bersama.

Meninggalkan tatapan Jinan yang tak nyaman.

"Wah, beberapa hari ini Bang Arya sama Teh Senin makin deket ya."

Pers Kampus 2.0✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum