Saskia gugup, tentu saja. Namun jika dipikir-pikir lagi menggunakan otak cemerlangnya. Jika ditelaah lagi secara detail dan menyeluruh, rasa-rasanya kemungkinan Jagad ada di rumah ini itu nol koma satu persen, bahkan mungkin lebih rendah daripada itu. Toh pikirnya Jagad kan tidak punya urusan apa-apa dengannya. Bahkan mungkin saja Saskia tidak dianggapnya teman.

"Gue ke sana jam tujuh. Telat-telat jam tujuh lima belas." Saskia kembali mengulang balasan pesan Jagad yang baru masuk di ponselnya jam enam lewat tiga puluh tadi. Jadi Saskia belum membacanya. Apalagi ponselnya itu terselip di antara rangka ranjang dan kasur.

Gawat! Batin Saskia langsung meremang begitu matanya menatap jam dinding yang kini bahkan suara detikannya mampu terdengar. Pukul tujuh lewat tiga puluh dua menit. Artinya Saskia sudah lewat tujuh belas menit dari janji temu mereka. Eh, perasaan gue juga enggak pernah setuju buat nerima perjanjian itu secara sukarela! Siapa suruh balesnya pagi-pagi, jadi gue jelas belum siap!

Akhirnya Saskia mandi dengan perasaan senang dan jengkel. Hanya butuh waktu lima menit untuk membersihkan badannya. Kelakuannya itu membuat Bi Asih geleng-geleng kepala karena biasanya cucu majikannya itu tidak pernah keluar kamar mandi sebelum setengah jam.

"Hai, Gad. Gue udah siap," ucap Saskia dengan tegas mencoba menutupi kegugupannya. Sedangkan Jagad yang masih menyesap jus jeruknya hanya mengangkat satu alisnya memandang Saskia.

"Mana orang tua lo? Gue mau izin dulu karena bawa anak gadisnya." Ya Tuhan! Jagad keren banget-nget-nget-nget. Saskia berbalik ke kamar omanya dengan jantung yang berdetak kencang. Jagadnya begitu jantan karena mau izin pada omanya.

Setelah berpamitan pada neneknya yang justru berujung mengobrol sampai pukul delapan lewat tiga puluh menit, Saskia segera menyela dan mengajak Jagad cepat-cepat berangkat. Setelah memakai helmnya, Saskia segera naik ke motor ninja Jagad.

"Gad, kenapa lo mau terima ajakan gue?" tanya Saskia penasaran. Namun Jagad diam tak menjawab. "Gad, jawab, Gad!" paksa Saskia menepuk-nepuk pundak Jagad. Namun laki-laki itu masih membisu. " Iiiiihhhhhh... Jagad nyebelin!" gerutu Saskia kemudian menyerah karena diamnya laki-laki itu.

Perjalanan di tempuh dengan kebisuan. Namun kadang juga diisi dengan teriakan Saskia yang takut saat Jagad menambah kecepatan motornya. Pegangan Saskia di jaket Jagad semakin mengerat saat laki-laki itu meliak-liukkan motornya di antara mobil-mobil yang terjebak kemacetan.

"Minum... minum..." lirih Saskia yang saat ini baru saja turun dari motor Jagad sembari memegangi dadanya. Napasnya tersengal-sengal dan juga kakinya melemas. Jagad yang melihat keadaan Saskia seperti itu segera saja berlari membeli minuman.

"Lo enggak pa-pa kan, Sas? Atau kita pulang aja?" tanya Jagad dengan wajah mengerut khawatir. Namun Saskia hanya menggeleng dan cepat-cepat minum air mineral yang dibelikan Jagad. Setelah mengatur pernapasannya beberapa saat akhirnya Saskia kembali seperti semula.

"Gue enggak pa-pa kok. Mungkin kaget aja karena gak biasa naik motor. Emang lo khawatir banget sama gue ya, Gad?" Saskia senyum-senyum sendiri sembari menunjuk wajah Jagad yang langsung berubah datar. Laki-laki itu segera berdiri dan berjalan meninggalkan Saskia masuk ke dalam festival. Sedangkan Saskia mengerucutkan bibirnya sebal dan segera berlari menyusul laki-laki itu.

Saskia menganga saat Jagad berjalan menuju stand bakso. Cepat-cepat Saskia berlari dan menggamit lengan Jagad untuk menahannya masuk ke sana. "Gad, dari sekian banyak makanan di sini kenapa harus pilih bakso, sih? Kan banyak makanan-makanan yang pasti belum pernah kita coba," gerutu Saskia sembari membawa Jagad berkeliling mencari makanan yang ingin ia cicipi.

Setelah melihat-lihat cukup lama, Saskia pun menarik Jagad ke stand kari India. Tak lupa dari tadi ia menjadikan Jagad sebagai kamerawannya. Jagad pun hanya menurut dengan wajah ditekuk sebal. Apalagi perutnya sedari tadi sudah keroncongan. Saskia yang mendengar bunyi perut Jagad segera saja tertawa. Padahal ia belum selesai berbicara di depan kamera.

Mereka berdua kini ada di dalam menanti makanan mereka datang. Saskia tak henti-hentinya memandangi Jagad. Mulai dari rambut hitamnya yang ikal, matanya yang tajam, hidungnya yang tidak begitu mancung, dan bibirnya yang nampak begitu menggemaskan. Sedangkan Jagad mengerutkan keningnya tatkala perempuan itu menatapnyak tak berkedip.

"Ati-ati, kesurupan bisa-bisa lo kalo ngelamun mulu," ucap Jagad sembari mengusap wajah Saskia dengan telapak tangannya. Namun Saskia pun dibuat kelimpungan karena ulah laki-laki itu.

Saskia melihat Jagad sudah menghabiskan makanannya. Namun di sudut bibir laki-laki itu terdapat sisa-sisa kari yang menempel. Saskia tanpa sadar mengambil tisu dan mengusap ujung bibir Jagad. Laki-laki itu terkejut dan refleks memegang tangan Saskia. Dipandangnya gadis itu yang kini salah tingkah. Namun sebentar kemudian Jagad segera mengambil tisu dari tangan Saskia dan membersihkannya sendiri.

Setelah Saskia juga selesai memakan karinya, ia menyerahkan kameranya kepada Jagad dan meminta Jagad untuk merekamnya. Kemudian dia menarik Jagad menuju kedai es krim yang sedang sangat ramai. Setelah berbicara panjang lebar di depan kamera, Saskia segera ikut mengantre di depan kedai itu. Sedangkan Jagad ia suruh untuk tetap merekamnya.

"Ini buat lo, tapi rasanya matcha. Gue enggak tahu lo suka rasa apa," ucap Saskia sembari menyodorkan es krim ke arah Jagad. Laki-laki itu menerimanya dengan raut wajah yang nampak bahagia.

"Makasih, Sas. Gue suka banget matcha," ucap Jagad diiringi senyumannya yang terlihat begitu menawan. Sumpah demi apa Jagad senyumin gue?! Akhirnya setelah sekian lama si es batu satu ini mencair juga!

Jagad RayaWhere stories live. Discover now