[4] Mencair

33 8 0
                                    

"Bener kan, sekeras-kerasnya hati bakalan tetep cair kalau gue kasih pepet terus!" -Saskia

Saskia baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Tadi selepas bermain tenis ia cepat-cepat ingin membersihkan diri karena badannya terasa lengket. Nahasnya lagi di perjalanan pulang hujan deras mengguyur badannya sampai kuyup. Kini gadis itu mengeringkan rambutnya dengan hair dryer di depan meja riasnya. Sedangkan beberapa camilan sudah tertata rapi di dekat komputernya. Saskia tahu Bi Asih begitu pengertian padanya sampai-sampai hafal jika malam ini Saskia akan mengedit video-videonya.

Kebiasaan Saskia di malam minggu yang sudah ia lakukan dua tahun belakangan ini membuatnya selalu saja tidur di atas jam dua belas. Orang tuanya di Australia memaklumi itu. Toh tidak setiap hari juga Saskia begadang. Namun untung saja sang oma tidak mengetahui kebiasaannya ini. Kalau saja neneknya itu tahu, bisa dipastikan dia akan mengomel sampai mulutnya berbusa. Bahkan mungkin oma akan memilih tidur bersama Saskia.

Kebiasaan lain Saskia saat mengedit adalah mematikan ponselnya. Dia tidak ingin menunda pekerjaannya hanya karena godaan benda pipih itu. Namun malam ini berbeda. Rasanya Saskia tidak rela untuk jauh-jauh dari ponselnya.

Jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam, pengeditan videonya pun masih setengah jalan, tetapi Saskia sudah mematikan komputernya dan merebahkan dirinya di ranjang sembari menyalakan ponselnya. Saskia menggigit bibirnya harap-harap cemas. Rupanya gadis itu sedang menunggu balasan pesan dari seseorang.

"Yes! Chat gue dibales sama Jagad!" Teriak Saskia yang kini berjingkrak-jingkrak di atas ranjangnya dengan wajah yang berseri-seri. Satu bulan mengenal Jagad, sudah sering Saskia mengirimi laki-laki itu pesan, tetapi tidak sekali pun dibalasnya. Maka dari itu hari ini ia amat sangat bahagia. Bahkan kini kedua pipinya merona.

"Bener kan, sekeras-kerasnya hati bakalan tetep cair kalau gue kasih pepet terus!" Ucap Saskia memandangi ponselnya sembari menyengir. Namun wajah bahagianya kini memudar digantikan kebingungan. Gue harus bales gimana ini, Tuhan?!

Saskia mengetikkan pesannya ketar-ketir. Beberapa kali ia menghapus kata-kata yang sekiranya kurang cocok. Sepuluh menit kemudian Saskia baru berani menekan tombol kirim yang ada di sisi kanan layar ponselnya.

Gad, besok lo mau gak temenin gue ke festival kuliner deket sekolah? Saskia menanti terus-menerus. Tak henti-henti matanya melotot memandang layar ponselnya. Lima belas menit berlalu tetapi Jagad belum juga membalas pesannya membuat wajah Saskia kini lesu. Gadis itu melemparkan ponselnya sembarangan dan tertidur saking lelahnya.

"Non! Non Sas, bangun! Ada yang nyariin, Non!" Bi Asih mengguncang tubuh Saskia yang masih asyik terlelap. Nampaknya gadis itu sedang memimpikan sesuatu sampai-sampai sedari tadi bibirnya tak henti tersenyum. Namun Bi Asih yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya dan terus mencoba membangunkan Saskia.

"Ih, Bibi! Bibi hancurin mimpi aku kencan bareng Jagad! Bibi jahat...," omel Saskia dengan wajah mengantuknya yang diakhiri dengan rengekan manja sebelum kembali memeluk gulingnya erat. Bi Asih tak kehabisan akal, Perempuan paruh baya itu ingat nama orang yang mencari Saskia adalah Jagad, sama seperti nama yang disebutkan Saskia. Jadi Bi Asih punya rencana membangunkan cucu majikannya itu yang kini kembali terlelap.

"Non, ngapain harus kencan di mimpi kalau Mas Jagadnya ada di ruang tamu?" tanya Bi Asih dengan suara pelan di samping telinga Saskia. Kontan saja Saskia terduduk kaget. Gadis itu mengucek matanya beberapa kali sebelum memandang Bi Asih. Setelah setengah menit menatap Bi Asih, Saskia tidak melihat perempuan itu terkikik, jadi bisa dipastikan jika Jagad benar-benar ada di bawah.

Oh My God! Oh My Lord! Demi apa si Jagad ada di rumah gue?! Eh tapi mana mungkin? Mungkin aja sih kalau dia tiba-tiba naksir gue! Aduh Gusti Nu Agung, Saskia yang baik hati dan tidak sombong ini harus apa?!

Jagad RayaWhere stories live. Discover now