SATU

27 8 8
                                    

Hidup itu bagian dari masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Tanpa kenangan, hidup ini tidak akan bermakna.

....Margareth🌹

Disini. Di tempat seperti biasanya Lucy sedang duduk dengan secangkir cokelat hangat yang dipegangnya sambil menikmati udara sejuk yang menulusuk ke tubuhnya. Namun ia tidak merasa kedinginan, mungkin udara dingin sudah menyatu dengan dirinya yang terkesan cuek. Dan di balkon kamar miliknyalah Lucy sekarang berada. Dan entah darimana asalnya, kenangan yang sudah ia lupakan beberapa bulan lalu mampir dalam pikirannya tanpa diundang.

Flashback on!

"Cy?" Panggil seorang laki-laki tampan dengan hidungnya yang mancung dan kacamata yang bertengger dihidungnya itu.

"Hm? Kenapa Nat?"
Sahut Lucy yang sedang membaca novel dan menoleh ke arah sang kekasih. Kekasih yang sangat amat ia sayang dan ia cintai selama 5 tahun mereka berpacaran.

"Aku sangat menyayangimu."
Ujar sang kekasih sambil tersenyum dan menatap lembut wajah Lucy yang begitu manis.

"Aku tahu. Dan aku juga sangat menyayangimu. Jangan pernah tinggalkan aku."
Balas  Lucy dengan senyum yang begitu manis dan langsung memeluk sang kekasih dengan penuh sayang.

"Aku tak akan meninggalkanmu."
Ujar sang kekasih dan balas memeluk Lucy serta mencium pucuk kepalanya dengan penuh sayang.

Flashback off!

"Hh. Sayang dan janji palsu. Bullshit." Lucy tersenyum samar mengingat kejadian beberapa bulan lalu. Kejadian dimana ia bersama sang mantan kekasih , berdua di tepi danau dekat rumah Lucy.

Mantan? Ya. Dia adalah  Nathanael Gion. Orang yang pernah disayang dan dicintai sepenuh hati serta jiwa Lucy. Orang yang tidak pernah Lucy lupakan semasa hidupnya dulu. Namun kini semuanya kandas. Dan kini semuanya berbeda. Karena DIA.

"Mau sampai kapan lo duduk di situ? Hm? Sampe lo masuk angin dan manja-manja ke gue? Gitu?" Lucy yang tidak menyadari kehadiran pemilik suara bass tersebut, terlonjak kaget dan hampir menjatuhkan cangkir di tangannya.

"Oh my God!" Pekik Lucy.

"Lo kalo mau masuk kamar orang, bisa ketok dulu gak sih kak?" Sungut Lucy kesal dengan kehadiran Sean yang secara tiba-tiba sudah berdiri di pintu kamar.

"Ye. Si manja . Gua udah ketok pintu kamar lo berulang kali, tapi gak lo respon. Gua kirain lo tidur ternyata bengong ngeliatin ujan yang gak pengen diliatin lo." Protes Sean sambil jalan mendekati sang adik.

"Gak denger dan gak mau denger." Acuh Lucy dan menyeruput coklat hangatnya lalu kembali menatap hujan yang belum reda.

"Hm. Gak usah lama-lama sendirian kayak gini, dek. Gimana lo bisa fix lupain dia?" Ujar Sean dengan nada khawatirnya. Ya. Sean takut adiknya kembali drop hanya karena Nathan. Lucy selalu drop ketika Nathan menyakitinya.

Kejadian beberapa bulan lalu saat Lucy dan Nathan putus, Lucy harus kembali drop dan dirawat di RS selama 2 minggu dengan kondisinya yang begitu lemah. Sean yang tidak tega dengan kondisi adiknya, ingin sekali menghajar Nathan hingga tak berbentuk lagi. Tetapi, ia mengurungkan niat tersebut. Dia tidak punya hak untuk itu semua. Hanya Tuhan yang berhak untuk membalasnya.

"Em. Ngapain lo tiba-tiba dateng kak?" Tanya Lucy dan mengalihkan pembicaraan Sean tadi. Ia tidak ingin membahas tentang Nathan. Setiap kali membahas tentang Nathan, rasa sakit dan bencinya akan semakin besar.

"Hft. Gapapa sayang. Bang Jho udah balik, dan dia nungguin kamu di bawah. Katanya capek buat naik ke atas." Jawab Sean dengan lembut sambil mengelus rambut panjang sang adik.

"Serius?! Ayok kita ke bawah! Aku kangen sama Bang Jho." Teriak Lucy dengan semangatnya karena sang kakak tercintanya sudah balik dari penerbangan di Paris.

"Ayok manja! Dari tadi kek. Udah kedinginan nih babang tampanmu." Seringai Sean yang begitu menjijikan bagi Lucy.

"Najis!" Tutur Lucy dan berlalu meninggalkan Sean sendirian yang sedang tertawa.

"Adik durhaka! Ku kutuk kau menjadi boneka." Teriak Sean penuh dengan kekesalan dan berlari keluar mengejar sang adik.

"Bacot!"

••••○○○○●●●●○○○○●●●●○○○○••••

Saat ini keluarga de Geanz sedang menikmati makan malam di ruang makan milik mereka. Yah milik merekalah, mau milik siapa lagi? Buyutmu? Hahaha. STOP! KEMBALI KE CERITA! Sofyan de Geanz yang merupakan kepala keluarga duduk dibagian tengah. Sedangkan sang Istri Ananda Bela berada disamping kirinya diikuti oleh Jonathan. Lalu Sean dan Lucy duduk disebelah kanan Daddy mereka.

"Gimana Jho, penerbanganmu kali ini? Aman?" Tanya Sofyan pada putra sulungnya.

"Puji Tuhan, aman Dad. Cuman sesekali ada masalah dengan cuaca. Tapi Jho bisa atasi dengan baik." Jawab Jonathan setelah selesai mengunyah makanan dimulutnya.

"Syukurlah. Sean? Kamu sebentar lagi sudah lulus. Gimana? Mau kerja disini dan bantu proyek Daddy atau ke China bersama Phomu?" Kini Sofyan bertanya pada anak keduanya.

"Sean masih mau disini aja Dad. Sean masih mau jagain Lucy." Jawab Sean dan menoleh kearah adikya yang sedang menatapnya malas.

"Okay. Dad terima apapun keputusan kamu. Toh kamu sudah besar dan bisa memilih mana yang baik dan tidak. Dan jika memang kamu ingin menjaga Lucy, jagalah adikmu dengan baik. Jangan biarkan dia terluka seperti dulu." Nasihat Sofyan pada Sean.

"Iya Dad. Sean bakalan jagain Lucy." Sean kembali melahap makan malamnya dengan santai.

"Dek? Are you okay? Dad harap kamu tidak seperti dulu lagi. Dad sangat terpukul."  Sofyan menatap putri tunggalnya dengan penuh kasih.

"I'm okay. Dad gak perlu khawatir. Adek udah baik sekarang." Senyum Lucy  pada Daddynya yang begitu sangat menyayanginya tanpa henti.

"Besok Dad dan Mom harus ke China untuk menengok Pho kalian. Abang dan kakak, kalian paham kan harus ngapain?" Tanya Mommy.

"Yes , Mom." Jawab Jonatha dan Sean secara serempak dan mereka pun melanjutkan makan malam dengan damai.

***

Hayooo.. gimana part satunya? Lumayan gak ? Jangan lupa votenya yah!
Loplop❤

ALIUMWhere stories live. Discover now