24. Menjelang Akad

3.7K 288 62
                                    

Berbaktilah pada kedua orang tua selagi mereka masih ada. Jangan pernah menyakiti jika tak ingin menyesal saat mereka sudah tiada. Selalu ingat, Surgamu ada pada mereka.

~Sakinah
.

.

Happy Reading💕

Tasya hanya bisa menatap heran dua calon pengantin dihadapannya. Katanya ingin memesan undangan, tapi kok mereka hanya diam saja? Bagaimana memilih tipe undangannya kalo semua hanya berdiam diri.

"Ini katanya mau memilih undangan? Kok malah diem-dieman gini?" tanya Tasya pada Kanaya dan Ridwan.

"Pak Ridwan aja tuh suruh milih, gue mah ogah. Gue tuh maunya cuma undangan tahlil," ketus Kanaya.

Dahi Ridwan mengernyit. "Undangan tahlil? Buat apa?

"Buat ngeruqyah Pak Ridwan lah, supaya nggak jadi nikahin saya!"

Tasya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kedua orang yang selalu bertengkar ketika dipertemukan. Kapan akurnya sih?

"Heran deh sama kalian berdua. Tiap ketemu kerjaannya berantem mulu, nggak akur-akur. Tapi biasanya kalo sebelum menikah suka berantem modelan kek kalian nih, nanti pernikahannya bakalan langgeng." ujar Tasya.

"Aamiin."

"Amit-amit."

Kanaya dan Ridwan saling menatap tajam. Keduanya sama-sama tak terima dengan ucapan lawan bicaranya. Kanaya langsung memalingkan wajah sedangkan Ridwan hanya mengalihkan pandangan.

Tasya hanya bisa menonton mereka. Kalau kerjaannya hanya begini terus kapan sampainya?

"Udah deh, jangan berantem. Mendingan kalian berdua diskusi trus ambil undangan yang kalian sepakati. Nih contohnya banyak, bagus-bagus." ujar Tasya sembari mendekatkan beberapa contoh undangan pernikahan.

Tanpa berdiskusi, keduanya langsung mengambil undangan yang berbeda. Kanaya mengambil undangan berwarna coklat sedangkan Ridwan mengambil undangan berwarna silver. Keduanya mengulurkannya pada Tasya.

"Nih yang bener yang mana?" tanya Tasya bingung harus mengambil yang mana.

"Punya gue."

"Punya saya."

Tasya menepuk dahinya. Kalau seperti ini terus kapan selesainya sih? Ia menjadi serba salah sekarang.

"Biar saya aja yang pilihin kalo gitu."

Kanaya dan Ridwan hanya diam dan melihat Tasya yang kini sedang membanding-bandingkan undangan yang menurutnya bagus.

"Ini gimana?" Tasya menunjukkan sebuah undangan yang berwarna biru tua pada Kanaya dan Ridwan.

"GAK." Keduanya membalas kompak.

"Kalo kek gini aja kompak banget." gerutu Tasya.

"Itu undangannya warnanya jelek, modelnya udah kuno." komentar Kanaya.

"Kualitas kertasnya sedikit jelek." ganti Ridwan berkomentar.

"Lama-lama gue bikinan undangan tahlil beneran nih!" geram Tasya dalam hati.

Sakinah [Sudah Diterbitkan]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora