Tak berselang lama, cowok itu kembali dengan sekantong kresek berwarna putih. Lalu meletakkannya di pangkuan Elzi.

"Apaan?"

"Buka. Dimakan." Jawab cowok itu yang sudah fokus dengan stir dan jalanan di depannya.

Elzi menganga kala membuka kresek pemberian Nata. "Gila. Lo beliin ini semua buat gue?" Yang benar saja, Nata membelikannya empat bungkus roti, tiga bungkus keripik kentang, dua susu kotak rasa stroberi lalu sebotol air mineral ukuran sedang.

"Makan yang banyak. Biar gede." Celetuk Nata.

Elzi mendecakkan lidahnya. "Yakali gue makan sebanyak ini. Lo kira perut kecil gue bisa muat makanan segaban kek gini? Bisa-bisa perut gue meledak."

"Makan. Jangan cerewet."

Elzi mencibir. Kemudian ia melihat makanan itu. Semua memang terlihat menggiurkan. Tapi ya tetap saja, perutnya tak akan muat makan semuanya. Akhirnya, pilihan Elzi jatuh pada keripik kentang rasa barbeque.

"Cewek yang boncengan sama gue waktu di lampu merah itu Marsha."

"Hah?" niat awal Elzi membuka kemasan kripik seketika gagal. Digantikan dengan ekspresi terkejut karena penuturan dadakan Nata.

Nata menatap Elzi. "Lo liatin gue mulu. Sampe lupa kedip"

"Eh?" Elzi membuka mulutnya tanpa sadar. Jadi, sewaktu di lampu merah, Nata melihatnya? Elzi kepergok saat diam-diam melihat Nata? Akh shit! Nata benar-benar....!

"Iiihh pede banget lo! Gu... gue nggak liatin lo, kok. Gue cuma liatin... cowok yang pake Vespa kuning di sebelah lo. Dia ganteng." Bohong Elzi.

"Lo sukanya sama yang kisut?"

"Hah?"

"Vespa kuning sebelah gue kakek-kakek." Ucap Nata datar. Matanya fokus ke depan. Tapi sesungguhnya, Nata ingin sekali melihat ekspresi Elzi yang tengah mati kutu. Pasti akan sangat menyenangkan, karena dapat Nata pastikan pipi gadis itu pasti akan merona menahan malu.

Elzi mengedipkan matanya berulang kali. Elzi menatap kosong ke depan. Dan seperti tebakan Nata, pipi Elzi lagi-lagi merah, menahan malu. "Ya... ya intinya kakeknya ganteng." Ucap Elzi asal.

"Gengsi di pelihara." Celetuk Nata.

"Iiihh dibilangin enggak! Ngeyel banget!"

"Lo yang ngeles mulu."

Elzi akhirnya memilih diam. Percuma membuat alibi banyak-banyak kalo sebenarnya Nata memang sudah mengetahuinya. Sebenarnya Nata cenayang atau dukun si? Kenapa cowok itu selalu tau? Kan Elzi jadi malu!

"Udah ijin ke Ibu lo?" Nata lagi-lagi membuka suara terlebih dahulu. "Lo pulangnya jam segini soalnya." Nata melirik jam tangannya yang sudah menunjukan pukul tujuh malam.

"Udah, kok. Tadi sebelum ke apartemen lo, gue udah telefon Bunda."

Nata mengangguk. "Entar gue minta maaf ke Bunda lo."

"Hah, kenapa?" tanya Elzi dengan cengo.

"Lo pulang jam segini karena dari apartemen gue." Jawab Nata.

"Terus?"

Nata berdecak. "Nggak sopan rasanya kalo gue cuma nganterin lo terus main cabut gitu aja."

Elzi menahan kedutan di bibirnya mati-matian. Ia ingin tersenyum mendengar ucapan Nata. Cowok di sampingnya memang pintar menjungkir balikan suasana hati Elzi. Katakan halo pada hati Elzi yang lemah ini. Benar-benar lemah!

"Senyum aja nggak usah ditahan. Muka lo konyol kek Joker."

Oke! Baru saja Elzi dibuat meleleh oleh penuturan cowok itu. Kini Nata sudah kembali ke tabiat aslinya. Dasar bunglon! Tolong ingatkan Elzi untuk selalu membawa obat bius ketika bersama bunglon di sampingnya ini!

NATA [Selesai]✓Where stories live. Discover now