Lalu alasan kepergian Ayah karena apa? Apakah Ayah pergi karena Elzi nakal? Elzi tak menurut kepada Ayah? Elzi selalu makan coklat dan es krim? Atau karena Elzi sering menangis ketika Ayah akan berangkat kerja. Itukah alasan Ayahnya pergi? Sungguh, Elzi kecil akan berjanji tak akan melakukan kesalahan-kesalahan itu lagi. Elzi kecil akan jadi anak penurut, Elzi kecil akan berhenti makan coklat dan es krim, Elzi kecil tak akan menangis saat Ayah berangkat kerja. Elzi akan melakukan semuanya asal Ayahnya kembali.

Itulah pemikiran Elzi kecil. Pemikiran seperti itu terus datang beriringan bersama air mata dan isak pilunya. Rasa sakit ini nyata. Berbaur dengan hidupnya. Menjadi parasit yang tak terlihat oleh pelupuk mata. Hingga akhirnya Elzi menemukan cahaya di dalam labirin gelapnya. Sosok anak kecil yang memberikan uluran tangan padanya. Membawa secercah harapan. Meruntuhkan spekulasi negatifnya. Karenanya Elzi tau, di dunia ini masih ada yang peduli padanya. Masih ada yang mau tersenyum bersamanya.

Elzi rindu sosok kecil itu. Jika Tuhan mengizinkan Elzi bertemu lagi dengannya, maka Elzi akan mengucapkan kata singkat yang belum sempat terucap dari bibir Elzi. Terima kasih. Terima kasih telah menghiburnya. Terima kasih sudah peduli kepada Elzi kecil. Elzi ingin terus berteman dengannya. Elzi rindu.

Elzi masih mengingat jelas senyuman manisnya yang kala itu menenggelamkan keresahan Elzi. Mata hitamnya menyorotkan kehangatan kepada Elzi. Bola mata itu mengunci Elzi dalam rasa bahagia singkat namun bermakna. Mata itu... Seketika kening Elzi menampakkan kerutan-kerutan halus, kala mengingat mata bocah kecil itu. Entah kenapa nama Nata tiba-tiba muncul di benaknya.

Akhir-akhir ini, Elzi bisa merasakan kehangatan itu dari bola mata Nata. Seakan, mata Nata menampilkan bayang-bayang yang amat Elzi rindukan. Bayangan bocah cilik pemberi permen jahe, Elzi merasakan kehadirannya di manik hitam Nata.

Akh, mengingat soal Nata. Dua hari ini Elzi tak bertemu Nata di sekolah. Tadi ketika ia akan mengembalikan baju Nata. Teman-temannya memberi tau Elzi bahwa Nata tengah sakit. Lebih tepatnya, terakhir Nata datang ke sekolah sebenarnya ia sudah sakit, bahkan setelah bermain basket cowok itu izin ke UKS-- tidak mengikuti KBM. Itu berarti, saat di halte bersamanya,  Nata sedang sakit? Mungkin karena itu juga Nata masih mengenakan baju olahraga sore itu. Nata sakit dan Elzi tak menyadarinya? Ck Elzi akui dirinya memang payah.

Elzi bertopang dagu dengan lesu. Menatap jalanan dari balik kaca besar di sampingnya. Hujan sudah reda. Matahari sore pun mulai menampakkan siluetnya, melukiskan guratan jingga di ufuk barat yang menawan. Sangat indah. Keramaian jalanan mulai terlihat,  berderu bising oleh si kuda besi. Payung bermekaran yang lebih terlihat seperti jamur berjalan, kini mulai menguncup, menghilang, disimpan oleh tuannya. Elzi masih betah duduk menatap fenomena ini dengan ditemani secangkir kopi yang sudah tidak mengepul lagi.

Elzi menyipitkan netranya kala melihat sosok familiar yang keluar dari pusat perbelanjaan-- sebrang kafe. Itu, Omah Ola. Elzi langsung membayar pesanannya lalu berlari menghampiri Omah.

"Omah?" girang Elzi.

"Elzi?" sahut Omah. Terlihat Omah terkejut juga senang akan kehadirannya.

Elzi melihat belanjaan Omah. "Belanjaan Omah banyak banget."

"Iya. Mau Omah bawa ke tempat cucu Omah. Dia sedang sakit."

Elzi mengangguk mengerti. "Omah lagi nunggu Taxi?"

"Enggak. Tempat cucu Omah dekat dari sini. Tadi Omah ke sini bareng sopir Omah. Tapi Omah suruh dia pergi, Omah mau jalan kaki saja ke tempat cucu Omah." Jelas Omah.

Elzi sedikit terkejut. Pasalnya Omah membawa belanjaan yang tidak sedikit. "Kalo gitu, biar Elzi bantu bawakan, ya, Omah?"

"Elzi mau?" tanya Omah kemudian terlihat Elzi mengangguk semangat.

NATA [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang