Suara riuh kian terdengar nyaring. Selama ini, Arland lah yang selalu memenangkan balap liar ini, tapi kali ini semua orang harap cemas saat motor ninja Alex'lah yang justru memimpin.

"Tai! Udah dibilang mabok, masih aja mau balap!" decak Panji memukul punggung Edo agak keras.

"Gak usah ngengas, kambing!" semprot Edo membalas pukulan Panji.

"Lo lupa, dalam keadaan apapun tuh anak. Kalau dia udah emosi apapun gak berpengaruh bagi dia." tutur Varel sambil menyesap rokoknya.

"ARLAND!! YUHUU, SEMANGAT!!"

"CINTANYA AKU, SEMANGAT!!"

"ALEX!!"

"Busett! Dasar cecewe kurang belaian," komentar Panji memang tak bisa diam. Ada saja yang laki-laki itu oceh dan bicarakan.

"Lo diem apa gue gelinding?" sengit Varel menatap sahabatnya itu. Memilih jalan aman untuk diam, karna Panji tau bahwa Varel tidak pernah main-main dengan ucapannya sendiri.

Semua orang harap cemas kala kedua ninja itu memacu beriringan. Keduanya sama-sama menancap gas tinggi untuk mencapai garis finish terdahulu.

Arland sengaja mengalah, dan memilih mendahulukan Alex pada saat ditikungan. Namun, setelahnya laki-laki itu langsung menancapkan gas brutal dan mendahului Alex.

Alex menggeram kesal kemudian menancap gasnya tak kalah brutal.

Garis finish semakin dekat, Arland tersenyum remeh kemudian melalui garis itu.

"HWOO!! ARLAND!"

"ARLAND MENANG!!"

"SANG JUARA!"

sorak-sorak heboh lantas menyerbu kala Arland'lah yang berhasil memenangkan pertandingan itu.

"Gila, lo. Masih bisa menang walau keadaan mabok." Panji menggeleng takjub akan satu sahabatnya ini.

Alex cs hanya mengumpat kasar kala kekalahan yang mereka terima untuk ke sekian kalinya. Alex mengambil amplop tebal yang menjadi taruhan mereka.

Dengan kasarnya Alex langsung melempar amplop tebal ke arah Arland, dan langsung ditangkap sigap oleh Arland.

"Weew, santuy. Udah kalah malah ngengas. Si tai!" sindir Panji kemudian tergelak bersama dengan yang lain.

"Bacot lo, anjing!" teriak Alex ingin menghajar Panji seketika, namun Arland sudah terlebih dahulu maju.

"Masalah lo sama gue, bukan temen gue." kata Arland meredam emosinya. Bagaimanapun Alex adalah temannya dulu.

"Cih, lo sama teman anjing lo sama aja! Sampah!"

"Woy! Maksud lo apaan?!" Galang bersuara tak terima, namun Arland langsung mengangkat tangan kanannya untuk tidak berbuat apa-apa.

Mereka disini hanya untuk balap liar, bukan untuk tawuran.

"Cabut! Gak guna sama anjing-anjing disini." ujar Alex meludah sembarang kemudian berlalu pergi dengan yang lainnya.

"Tuh mulut gak pernah sekolah hah?! Tai banget!" teriak Panji nyaring, namun sayangnya Alex cs telah berlalu.

"Huhuuu!!" sorak yang lainnya. Tentunya Panji yang lebih nyaring.

"Bocah," gerutu Varel.

"Gue cabut!" ujar Arland menunggangi ninjanya kembali.

"Hoii, kampret! Lo belum bagi hasil!" teriak Panji menggerutu.

"Ambil, gue gak butuh." Arland melempar amplop tebal itu dan tentunya ditangkap sigap oleh Panji.

Setelahnya Arland langsung berlalu menancap gasnya brutal.

"Orang kaya mah bebas." cibir Revan menatap punggung Arland yang berlalu.

"Party kita!" sorak Galang heboh.

"Yoii!!! Balik ke club!" sambung Edo semangat.

•••

Arland memasuki rumahnya agak lambat. Kepalanya terasa sakit karena kebanyakan minum, ditambah akibat balapan tadi. Dan, kali ini kepalanya akan benar-benar meledak jika seorang laki-laki bertubuh tegap yang ia sebut sebagai Ayah itu akan mengomel.

"Arland! Dari mana kamu hah?! Mabuk lagi?!"

Arland memijat kepalanya pening. Bisakah sehari saja Ayahnya itu tidak berteriak?

"Arland cape, mau tidur." ujar Arland masih berusaha meredam emosinya. Terlebih ia melihat seorang wanita yang kini tengah duduk disofa dengan tatapan menggodanya.

"Arland! Papa belum selesai bicara!" bentak Arnold Hutomo. Pria yang masih segar bugar itu berjalan menuju Arland dan bersiap menamparnya.

Namun, suara yang sangat Arland anggap menjijikan itu lantas menghentikan papanya. Padahal ia lebih memilih ditampar dibandingkan mendengar wanita itu angkat bicara.

"Mas, jangan pukul dia. Kasian." kata Ibu tirinya Arland, maka dari itu Arland sangat membenci wanita itu.

"Jijik gue denger suara lo." ketus Arland melipat tangan di dada.

"Arland! Dia Mama kamu!" bentak Arlnod geram.

Siska, wanita yang umurnya sangat terpaut jauh dari papanya Arland rela menikah dengan Papanya hanya demi harta.

"Mama?" kata Arland berdecih, menatap rendah wanita yang papanya sebut sebagai Mama itu. "Denger, Mama aku itu cuma Aira Risya Hutomo! Bukan anjing-anjingan kek gini!"

PLAK!

"ANAK TIDAK TAHU DIRI!"

Arland sudah menduga Papanya akan menamparnya, hanya karna membela wanita ular itu.

"Terserah! Intinya jangan pernah minta Arland buat sebut dia dengan sebutan Mama!" tegas Arland kemudian berjalan meninggalkan kedua orang itu disana.

Sesampainya dikamar, Arland langsung membanting keras pintu kamarnya kemudian kembali membanting diri di atas kasur.

"Arghh!! Sialan, gue benci sama wanita busuk itu!" bentak Arland menjambak rambutnya sendiri. Sudah berapa kali ia mengatakan bahwa Siska hanya menginginkan harta Arnold bukan atas dasar cinta, namun sayangnya Papanya itu tidak percaya dan bahkan pernah menuduh Arland menyukai siska.

Tidak sama sekali!

Siska memang terlihat masih muda diusianya yang 26 tahunan, sedangkan Papanya sudah menginjak 40 tahun lebih.

Sungguh perbedaan yang sangat jauh.

Dari pada memusingkan kedua orang itu. Arland memilih menutup matanya dan berusaha masuk ke dalam mimpi. Dan, seketika ia teringat akan Mamanya, wanita terhebat yang kini sudah tenang dialam sana.

"Mama, bawa Arland. Arland mau ikut Mama."

TBC!!

Holaa readerss😊aku cambek again, tapi dalam cerita baruu... Gimana sama prolognya? Moga suka ya😊

Vomentnya jangan lupa, biar aku tambah semangat buat lanjut nantinya🤗

Salam hangat dari aku😙❤

Jangan lupa follow instagram aku ya.

@St_Saniyah

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now