Tingkah Bobby

119 25 26
                                    

Malam harinya, para mahasiswa itu seperti biasa mengerjakan laporan mereka masing-masing. Mereka sibuk dengan laptop dan laporan mereka.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan 9 malam. Pekerjaan mereka pun perlahan mulai selesai, dan mulai membereskan pekerjaan.

"Aku, menemukan sebuah petunjuk." Erlin mulai membuka pembicaraan mengenai kasus mayat misterius kemarin.

Mendengar perkataan dari Erlin, raut wajah dari bobby langsung berubah menjadi masam dan aneh.

"Aku, tidur duluan ya. Capek tadi, abis ke kota." Tiba-tiba Bobby beranjak untuk pergi ke kamarnya.

Erlin dan yang lainnya heran. Tidak biasanya Bobby berpamitan dulu ke kamar untuk tidur. Biasanya Bobby paling betah untuk melek, bahkan setelah melakukan perjalanan jauh sekali pun.

"Tumben, Bob. Kamu sakit?" tanya Arlia.

"Iya, lumayan. Kemarin habis kehujanan," jawab Bobby.

"Mau aku belikan obat, gak? Kebetulan aku mau ke warung sebentar nih." Dimas menawarkan untuk membelikan obat.

"Makasih, Dim. Besok udah sembuh kok. Cuma butuh istirahat saja." Bobby langsung melangkah masuk ke kamarnya.

Erlin melanjutkan ceritanya tentang seorang Jurnalis yang hilang beberapa hari lalu. Kejadian tepat sehari sebelum Elvila dan Dimas menemukan mayat mesterius tersebut.

"Eh, aku ke warung dulu ya. Kopi instanku abis." Dimas beranjak untuk pergi ke warung untuk membeli kopi instan.

"Nitip roti donk, Dim," teriak Elvila.

Dimas yang sudah berada di luar rumah kembali masuk untuk menanyakan barang apa yang dimaksud, sekalian meminta uangnya.

"Mau roti apa?" tanya Dimas. "mana, duitnya? Tidak ada hutang," lanjutnya.

"Iya-iya. Pelit banget, sih. Sama pacar sendiri. Ups." Erlin dan Arlia seketika melongo mendengar perkataan Elvila.

"Kalian, pacaran?" Erlin bertanya sambil menatap Elvila dan Dimas bergantian.

"Hehe ... udah, mana duitnya? Keburu tutup nanti warungnya," jawab Dimas mengalihkan pembicaraan.

"Nih, roti rasa stroberi. Yang ada sayapnya ya."

Dimas kebingungan dengan sayap yang dimaksud Elvila. Sedangkan Erlin dan Arlia menahan tawa mendengar perkataan Elvila. Mereka sudah tau roti yang dimaksud Elvila.

"Emang ada? Roti yang ada sayapnya?" tanya Dimas polos.

"Adalah," jawab Elvila sambil menahan tawa."mereknya Softax," lanjutnya.

Para gadis itu seketika pecah tawa, akibat ucapan Elvila, dibarengi dengan ekspresi Dimas yang tiba-tiba menjadi datar.

"Dih, ogah. Nih, beli aja sendiri." Dimas melemparkan uang itu ke meja.

"Uchu ... ayolah. Nanti kopinya aku yang bayar, deh." Elvila mengambil kembali uangnya dan meletakkan di tangan Dimas.

"kalau mau, ikut saja," jawab Dimas.

Akhirnya mereka pun ke warung bersama-sama. Erlin dan Arlia masih tetap di ruang tamu untuk lanjut ngobrol.

Erlin membuka pembicaraan dengan melirik kamar Bobby yang sudah gelap. Erlin menceritakan soal sikap Bobby yang akhir-akhir ini menjadi aneh. Dan dia menceritakan juga kejadian siang tadi.

"Eh, Ar. Tadi Pak Yanto di kantor?" tanya Erlin.

"Iya, di kantor, kenapa?"

"Tadi, Bobby bertingkah aneh."

Bunuh Diri[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang