[Bonus Chapter] 5. Ron dan Anjing yang Tersesat (Bagian Akhir)

479 68 8
                                    

(Bonus Chapter ini, tidak ada kaitannya dengan cerita inti.)

“Setiap hari yang bisa aku kerjakan hanya membersihkan pemakaman. Meskipun membosankan, tapi mau bagaimana lagi? Keluar pemakaman, tubuhku hancur. Menatap langit sambil menunggu pagi datang, jauh lebih membosankan. Tidak apa-apa. Anggap saja aku sedang berbuat baik dengan membersihkan makam para tetanggaku saat mereka tidak ada.”

Ron meletakkan kembali satu-persatu peralatan pembersihnya ke dalam gubuk kecil dan menatanya dengan rapi sedemikian rupa. Di saat Ron sedang menata peralatan, tak sengaja pandangan matanya tertuju pada sebuah potongan kayu sapu. Dia pun mengambilnya dan memasukkannya ke dalam kantong bagian belakang celananya.

“Bersih-bersih sudah, sekarang waktunya menghibur diri. Dia pasti sudah menungguku di depan pintu gerbang.”

Dengan perasaan riang bercampur rasa sudah tidak sabar, Ron menghampiri pintu gerbang di mana sahabatnya yang bernama Marco sudah menunggunya. Dan seperti dugaanya, Marco ternyata sudah duduk manis di depan gerbang menunggu kedatangannya.

Perasaan gembira yang muncul secara tiba-tiba dirasakan oleh Ron saat ini. Untuk melampiaskan kegembiraannya, Ron duduk bersila tepat di hadapan Marco dan mengayunkan ke kanan-kiri potongan kayu yang sudah sangat dikenali oleh Marco tepat di hadapan wajahnya. Ron bisa melihat dengan jelas ekor Marco yang terus mengibas tak tentu arah, menandakan bahwa anjing itu mungkin saja merasakan hal yang sama dengannya.

“Baiklah, ayo kita bermain.”

Begitu Ron ingin membuka gembok yang dikaitkan di gerbang, dia menyadari kalau gadis pemilik Marco sedang berjalan menuju ke pemakaman. Sontak, dia langsung bersembunyi di balik tembok pagar, karena tidak mau membuat gadis itu takut.

“Marco! Marco! Marco! Kenapa kau selalu saja pergi ke tempat ini? Apa yang sebenarnya kau cari di sini?”

Marco menggonggong beberapa kali dan terus berjalan ke arah kiri dan kanan di depan pintu gerbang. Gelagatnya terlihat seperti sedang mencari di mana keberadaan Ron.

“Ayo, Marco kita pulang.”

Suara dengkingan Marco membuat gadis itu dan juga Ron memahami kalau anjing itu sedang merasakan kekecewaan. Namun, keduanya tidak tahu harus berbuat apa karena punya alasannya masing-masing. Gadis itu merasa takut kalau anjingnya terus bermain di pemakaman, karena menurutnya tidak ada siapapun di sana. Sementara, Ron takut kalau muncul di hadapan gadis itu, dia akan membuatnya takut dan bahkan mungkin saja tak akan membiarkan anjingnya lepas lagi.

“Marco, aku hanya bisa mengajakmu berjalan-jalan setiap malam saja. Di pagi hari, aku disibukkan dengan banyak hal. Kalau kau terus kabur seperti ini, lalu kapan aku bisa menghabiskan waktuku denganmu? Aku tahu kau kesepian setiap kali aku bekerja. Itu sebabnya aku selalu mengajakmu jalan-jalan malam seperti ini agar kau senang. Jadi, jangan kembali ke sini lagi dan habiskan waktu bersamaku saja, ya?”

Suara gonggongan Marco membuat gadis itu senang, karena menurutnya Marco telah mengerti apa yang dibicarakannya. Namun, suara gonggongan Marco justru membuat Ron agak sedih sekaligus merasa bersalah juga. Kalau dipikir, tidak seharusnya dia mengajak Marco bermain, karena Marco sudah punya Tuan. Sedangkan dia bukan siapa-siapa Marco.

“Ayo kita pergi, Marco.”

Marco pun pergi dari pemakaman bersama dengan gadis itu, sementara Ron keluar dari persembunyiannya dan berjalan menuju gubuk kecil untuk meletakkan kembali potongan kayu yang dibawanya. Sepanjang perjalanan, Ron terus menatap potongan kayu itu dan melihat setiap sisinya yang terlihat banyak sekali bekas gigitan Marco.

“Sepertinya, waktunya kayu ini untuk pensiun.”

Begitu sudah meletakkan kembali kayu itu di dalam gubuk, Ron membaringkan badannya di bangku panjang dan menatap ke arah langit yang luas.

Funeral [ Wattys 2019 ]Where stories live. Discover now