7. Layaknya Manusia Biasa

1K 183 18
                                    

Seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya, Archie sedang menunggu kedatangan Killian di depan gerbang pemakaman. Dari kejauhan terlihat Killian sedang berlari membawa senter di tangannya dan terlihat tergesa-gesa. Di saat Killian sudah berada di hadapan Archie, dia membungkukkan badannya untuk mengatur napas.

"Kenapa kau tergesa-gesa seperti itu, Killian? Kau hanya sedikit terlambat dari waktu yang sudah kita janjikan."

Killian menegakkan badannya, menarik napas panjang, dan menghembuskannya dengan perlahan.  Ekspresi wajahnya terlihat seperti baru saja lolos dari suatu bahaya.

"Di perjalanan, anjing milik tetanggaku menggonggong saat aku lewat. Aku takut ibuku terbangun dan menyadarinya, jadi aku pun segera berlari dengan sangat cepat."

"Kalau ibumu bangun dan sedang mencarimu sekarang, bagaimana?"

"Tenang saja. Setelah menonton drama kesayangannya, ibuku akan tertidur sangat pulas sampai dia terbangun pagi nanti."

Dalam hatinya, Archie merasa bahwa ibu Killian sama saja dengan ayahnya yang suka tertidur di ruang tamu dalam kondisi televisi yang menyala. Dia juga merasa heran kenapa Killian harus panik setelah mendengar gonggongan anjing, meski mengetahui ibunya tidak akan terbangun sampai pagi.

"Iya sudah. Ayo kita masuk."

Archie mengajak Killian untuk berdiri tepat di depan pintu gerbang dan menghadap ke arah pemakaman. Archie terlihat tetap tenang, sementara Killian terlihat gugup dan merasa takut.

"Kau tidak apa-apa, Killian?"

"Tidak, aku tidak apa-apa."

Killian sebenarnya kesulitan menahan rasa takutnya, karena ini pertama kalinya dia akan bertemu dengan sosok Ron, arwah penasaran yang diceritakan oleh Archie. Namun, dia berusaha untuk terlihat tenang agar Archie tidak perlu mengkhawatirkannya.

Tidak lama, sosok Ron bersama dengan sekop di tangannya, berjalan menuju ke gerbang dari balik bayang hitam yang tidak dapat dilihat oleh Archie dan Killian. Archie terlihat semringah begitu Ron datang, tetapi Killian justru semakin gugup dan ketakutan.

"Archie, dia kah orang yang kau maksud?"

Archie menatap Killian dan menganggukan kepalanya dengan tersenyum.

"Kenapa wajahnya ditutupi oleh kupluk jaket? Apa wajahnya terlihat menyeramkan?"

"Eh? Tidak, Killian. Dia terlihat sangat normal layaknya manusia biasa. Kau akan melihatnya nanti, tunggu saja."

Ron sampai di depan pintu gerbang, lalu berdiri tepat di hadapan Archie dan Killian.

"Hey, Archie. Dia temanmu?"

"Iya, Ron. Aku mengajaknya ke sini untuk bertemu denganmu."

Ron yang belum membuka kupluk jaketnya, melirik ke arah Killian sambil membukakan kunci pintu gerbang. Dari sudut pandangnya, Killian hanya bisa melihat bagian hidung ke bawah dari wajah Ron. Rasa takutnya pun kini bercampur dengan rasa penasaran.

"Kalian berdua silahkan masuk."

Archie dan Killian masuk ke pemakaman mengikuti langkah Ron. Keduanya terus berjalan masuk ke pemakanan mengikuti ke mana Ron membawa mereka. Begitu sudah sampai di sebuah bangku panjang yang ada di dalam pemakaman, Ron duduk dan membuka kupluk yang menutupi wajahnya.

Killian mengelus dadanya dan mengembuskan napas. Dia merasa sangat lega begitu melihat wajah Ron yang memang terlihat layaknya manusia biasa. Melihat hal itu, Ron pun merasa heran.

"Kenapa temanmu terlihat lega sekali, Archie?"

"Eh? Maaf, maaf, maaf, aku tidak bermaksud menyinggungmu. Aku memang merasa sedikit takut tadi. Aku pikir kau memiliki wajah yang menyeramkan seperti yang aku bayangkan. Maafkan aku, Ron, Archie juga."

Funeral [ Wattys 2019 ]Where stories live. Discover now