1. Menelusuri Makam

2.3K 296 37
                                    

Satu tahun kemudian ....

Di dalam sebuah sekolah menengah pertama, para murid mulai berdatangan dan bersiap memulai hari. Seorang anak laki-laki yang baru saja masuk ke dalam gedung sekolah, berlari cukup cepat seakan sudah tidak sabar lagi sampai di lokernya. Setelah sampai dan mengambil buku catatannya, dia melihat salah seorang temannya yang juga sedang melakukan hal yang sama. Dia pun menyelempangkan tasnya ke belakang kembali dan menghampiri temannya itu.

"Hey, Archie! Selamat pagi!"

Archie menoleh sejenak ke arah Killian dan berjalan pergi meninggalkannya.

"Selamat pagi, Killian."

Dengan cepat, Killian segera mengikuti langkah kaki Archie dan berjalan di sampingnya.

"Kau akan datang malam ini, Archie? George tidak sengaja menemukan kunci gerbang pemakaman saat sedang melintas di sekitarnya. Jadi, kami memutuskan untuk menelusuri makam nanti malam."

"Menelusuri makam?"

"Benar sekali!"

Archie terlihat malas dan tidak bersemangat. Kemalasannya semakin menjadi-jadi setelah melihat betapa antusias dan semangatnya Killian.

"Aku pass."

"Heh ... kenapa, Archie?"

"Kau sudah lama mengenalku. Harusnya kau tahu apa alasannya."

Killian terlihat lesu begitu tahu Archie menolak ajakannya. Dia sebenarnya sudah tahu kalau Archie akan menolaknya, tapi tetap bersikeras ingin mengajaknya karena ingin sekali menghibur Archie.

Semenjak Ibu Archie meninggal satu tahun lalu, Archie menjadi anak yang lebih tertutup dari sebelumnya. Bahkan hanya Killian saja murid yang benar-benar dianggap teman olehnya, karena memang keduanya sudah berteman sejak kecil. Hal itulah yang membuat Killian terus mencari cara agar Archie mau bermain bersama teman-temannya yang lain dan tidak terus berdiam diri di kamarnya membaca buku-buku.

Mereka berdua pun tiba di kelas. Sebagian besar anak laki-laki di dalam kelas itu sedang berkumpul membicarakan rencana penelusuran makam yang akan mereka lakukan nanti malam. Merencanakan apa saja yang harus dibawa sampai gosip apa saja yang beredar tentang betapa angkernya pemakaman yang akan mereka datangi itu.

Melihat kedatangan Archie, beberapa dari mereka yang sedang berkumpul langsung menatap ke arahnya dan mengutarakan berbagai macam ejekan yang tersirat di dalam kepala mereka.

"Oy, Archie! Kau pasti tidak ikut, kan? Kau pasti ketakutan setengah mati."

"Hahaha benar! Dia pasti tidak mungkin berani."

"Kalau ikut, dia pasti akan lari terbirit-birit dan menangis kencang seperti bayi."

"Hahahaha!"

Mendengar ejekan teman-temannya, Archie hanya diam saja. Dia lebih memilih untuk duduk di kursinya dan membaca buku yang ada di dalam laci meja.

Killian lah yang justru terlihat sangat kesal. Dia langsung berdiri di depan meja Archie dan menatap ke arah temannya dengan tajam sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Diam kalian. Archie bukanlah seorang penakut. Dia tidak bisa ikut karena ingin membaca bukunya nanti malam. Benarkan, Archie?"

Killian menoleh ke belakang, menunggu Archie menanggapi perkataannya. Namun, Archie hanya diam saja dan tetap membaca bukunya.

Kevin, murid yang berbadan paling besar, tertawa kecil melihat Killian diacuhkan oleh Archie.

"Tidak perlu membelanya, Killian. Penakut tetaplah penakut sampai kapan pun. Lagi pula, kalau dia ketakutan sudah tidak ada lagi yang bisa menenangkannya. Ibunya sudah meninggal sejak lama."

Funeral [ Wattys 2019 ]Where stories live. Discover now