Nata mengikuti arah pandang Elzi. Kemudian Nata memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket yang ia kenakan.

"Dia nggak ngelawan aja tangan lo luka. Gimana kalo dia ngelawan tadi?" sarkas Elzi. Walau Elzi dapat merasakan ada sebagian dari dalam hatinya yang kini merasa khawatir.

Nata terkekeh. "Gue jago."

"Lo pikir berantem kayak tadi itu jagoan? Kelakuan bocah tau nggak!" entahlah, kenapa Elzi bisa merasa sekesal ini sekarang.

Nata mendengus, "lo yang bocah."

"Enak aja! Gue udah gede!"

Nata menyandarkan sebagian tubuhnya ke motor. "Kalo udah gede, keluar-keluar tuh pake celana." Cibir Nata yang terlihat kesal.

Jangan tanyakan pada Nata kenapa ia sekesal ini. Karena Nata pun tak tau jawabannya. Anggap saja Nata tengah meledakan bomnya. Ia sudah menahan rasa kesal ini sejak tadi. Apa lagi Nata kembali teringat dengan tatapan para bajingan yang seakan mendamba tubuh Elzi. Shit! Tempramen Nata sepertinya memang sedang buruk akhir-akhir ini.

"Iiihh ngaco! Gue pake celana tau!" Elzi tak terima. Gadis itu pun sedikit menyingkap bajunya ke atas, hingga menampakkan hotpants yang ia kenakan, "nih!" tunjuknya.

Nata melirik sebentar, "tetep aja. Nggak pake celana!"

"Iihh kok gitu sih!"

"Bodo." Kukuh Nata.

Elzi menatap Nata kesal, begitu juga dengan cowok itu. Nata menatap Elzi dengan datar hingga selang beberapa detik keduanya justru tertawa. Elzi tertawa renyah sedangkan Nata terkekeh sembari menggeleng-gelengkan kepala. Entah menertawakan apa, mereka berdua pun tidak tau. Karena yang mereka rasakan kali ini sama. Nyaman. Mereka hanya ingin tertawa lepas bersama.

Dan, agaknya perasaan takut yang sempat merayap di hati Elzi perlahan menguap entah kemana. Gadis itu mulai terbawa suasana santai bersama Nata. Ya, setidaknya begini lebih baik.

Elzi meredam tawanya kala dirinya terkesima oleh wajah Nata yang berpuluh kali lipat lebih tampan saat tersenyum.

Tanpa sadar Elzi bergumam pelan. "Ganteng banget si."

"Hem?"

Elzi tersentak kemudian ia menerjapkan kelopak matanya polos, apakah cowok itu mendengarnya. "Apa?"

"Tadi ngomong apaan?" ucap Nata. Sepertinya cowok itu tidak mendengarnya dengan jelas. Fiuh.

"Hah?"

"Ulang."

"Hah?"

"Yang tadi."

"Hah?"

Nata berdecak kesal. Kemudian cowok itu pun menyentil kening Elzi cukup keras. "Bego!" ucapnya.

Elzi mengadu kesakitan seraya mengusap keningnya. Tapi gadis itu tak memprotesnya. Hitung-hitung mengalihkan perhatian Nata, gadis itu pun memilih untuk melayangkan pertanyaan. Jujur, ia juga sudah penasaran sedari tadi.

"Kenapa tadi lo berantem?" tanya Elzi seraya meringis-- takut jika Nata marah karena pertanyaannya.

Melihat Nata masih terdiam, Elzi menggaruk tengkuknya. "Nggak jawab nggak papa kok, gue juga nggak kepo-kepo banget. Ini juga 'kan privasi lo. Tapi... kalo lo maksa jawab, gue juga tetep nggak papa, hehe." Ujar Elzi disertai cengiran lebarnya.

Nata terkekeh mendengar ucapan Elzi. "Dia nyenggol gue." Jawab Nata sekenanya.

Kening Elzi mengerut. "Nyenggol? Nyenggol kayak gimana?"

"Menurut lo, nyenggol itu gimana?"

Elzi mengerucutkan bibirnya. "Emm, nabrak?"

"Hm, semacam itu."

"Iihh. Harusnya tuh tanyain dulu, dia sengaja atau enggak. Jangan main hajar-hajar aja. Lo kira dia samsat tinju!" sungut Elzi.

"Samsak tinju." Koreksi Nata dengan bola mata yang berotasi. Cakep-cakep bego. Batin Nata.

"Iya itu maksud gue."

"Terus, kenapa tiba-tiba ngajak gue pulang bareng?" tanya Elzi hati-hati.

Nata menatap Elzi sebentar sebelum akhirnya menjawab, "bocah nggak pake celana. Kelamaan di luar entar masuk angin."

"Nat, serius." Elzi melayangkan protes dengan sedikit rengekan di dalam intonasinya.

Nata terkekeh samar. Namun alih-alih menjawab, Nata tiba-tiba malah melayangkan pertanyaan dengan sirat ketidaksukaan di sana. "Ngapain ke tempat kayak tadi?"

Elzi mengedipkan kedua matanya berulang-ulang. Kemudian, ia menjawab, "kata Nelly di sana banyak cogan."

Nata mendengus. "Mana ada cogan. Burik-burik iya." Ketusnya.

"Dih, sirik lo! Tapi emang tadi di sana ganteng-ganteng kok." Jujur Elzi yang mengundang dengusan dari Nata.

"Mata lo sliwer!"

"Lho, kok jadi gue yang sliwer?"

Nata jengah, "jangan ke tempat kayak tadi lagi."

"Dih, kenapa? Gue yang pengin. Suka-suka gue, lah!"

"Bahaya, El." Ucap Nata dengan intonasi datar namun terkesan lembut. Tak lupa mata elangnya yang menatap manik hangat milik Elzi.

"Di sana bukan tempat cewek-cewek kayak lo." Ujar Nata yang terdengar-- perhatian.

Elzi bersedekap dada. "Terus kalo gue nggak boleh, lo boleh gitu?"

"Hm." Nata mengedikan bahunya.

Elzi memukul lengan Nata, kesal dengan respon cowok itu. "Nggak adil namanya." Cibir Elzi.

Nata terkekeh. Kemudian, cowok itu membenarkan posisinya, menghadap Elzi sepenuhnya. "Dengerin gue. El, lo cewek dan gue cowok. Efeknya bakal beda kalo lo ke tempat kayak tadi."

"Dan, itu dunia motor, dunia balap liar, dunia anak-anak berandal kayak gue dan temen-temen gue. Dunia gelap Rasi dan geng motor lainnya. Kita semua berandal, El. Bahkan nggak cuma balap liar, kita juga tawuran."

Elzi terdiam. Gadis itu bingung harus memberi respon macam apa. Yang ia lakukan hanyalah terus menatap mata elang Nata, mata elang yang kini memberi kehangatan padanya. Benar, tatapan Nata tak dingin seperti biasanya. Tapi, mengapa pancaran hangat itu terasa tak asing bagi dirinya? Seolah Elzi sudah pernah melihat tatapan hangat Nata seperti sekarang. Apakah Elzi pernah bertemu Nata jauh sebelum mereka satu sekolah?

Aish! Sepertinya itu sangat mustahil.

Nata pun sama, masih menatap manik Elzi.  Satu hal yang kini Nata rasakan. Ia khawatir, atau bahkan sangat. Mengingat musuhnya telah mengetahui tentang Elzi. Ia takut, Leo akan menjadikan Elzi sebagai umpan.

Entah sadar atau tidak, Nata mengulurkan tangannya lalu mendaratkannya di puncak kepala Elzi. Cowok itu mengacak surai Elzi dengan lembut.

"Gue nggak minta lo ngertiin gue dan geng motor yang lain. Karena dari segi mana pun, geng kayak kita emang nggak bisa di toleransi. Gue cuma mau lo jaga diri lo sendiri. Lo lebih tau, mana yang baik dan mana yang buruk buat hidup lo." Ucapnya dengan senyuman tipis. Sangat tipis.

Nata kembali mengacak surai hitam Elzi. "Gue cabut." Pamit Nata, dan Elzi masih bergeming.

Sejurus kemudian lelaki itu langsung melesat bersama motornya-- meninggalkan pekarangan rumah Elzi.

Elzi meraba dadanya. Lagi dan lagi, laju jantungnya terasa sangat tidak normal. Terus berpacu dengan cepat, dan pelakunya masih sama. Nata. Cowok itu selalu memporak-porandakan isi hatinya. Selalu Nata.

"Lo lebih bahaya, Nat."

__________________________________________
TBC
KALO KALIAN SUKA BAB INI SILAHKAN TINGGALKAN VOTE DAN KOMEN. TERIMA KASIH:D

MAAF KALO KURANG NGE FEEL😫 Maapin suwer, masih amatir. Maaf juga banyak typo dan kesalahan yang lainnya, ya:(

SEE YOU

NATA [Selesai]✓Onde histórias criam vida. Descubra agora