Kelima

4.3K 343 31
                                    

Irene sedang berada di taman dekat toko kue nya. Ia sengaja kemari karna ada seseorang yang ingin bicara padanya. Pasti ini urusan penting. Sudah dapat dibaca dari urat wajah lawan bicaranya ini.

Tetapi dari duapuluh menit yang lalu sampai sekarang masih belum ada yang membuka pembicaraan, hanya suara pengunjung taman lain yang terdengar oleh indra mereka masing-masing .

"Jika terus seperti ini kau sangat membuang waktuku... Maaf ada yang kebih penting yang harus ku kerjakan". Tegas Irene pada akhirnya. Baru saja ingin beranjak tetapi tangannya di cekal oleh orang itu.

"Aku tak tahu harus memulai dari mana Rene" jawab pria itu lirih. Ah kenapa suasana jadi menyedihkan seperti ini.

Kemudian Irene kembali duduk di bangku taman tadi. Tangan nya masih Setia di genggam oleh orang itu. Entah kenapa Irene juga tak berniat melepaskannya.

"Aku merindukanmu.... Sangat"

"Berhenti bicara omong kosong Suho... Hal penting apa yang ingin kau katakan" tanya Irene dingin kepada Suho. Iya lelaki itu adalah Suho mantan suaminya.

Awalnya Irene terkejud melihat Suho berada di Toko kuenya. Ternyata Suho sudah mengetahui tempat kerjanya. Ini gawat untuk keselamatan dirinya maupun putrinyaㅡLalisa.

Ini memang bukan pertama kali mereka bertemu setelah bercerai, tetapi masih saja ada rasa kecanggungan yang menyeruak pada diri masing-masing.

"Rene? Ku katakan padamu... Walaupun kau telah pergi dari hidupku, aku tetap tak dapat melupakanmu. Sulit Rene sangat sangat sulit kau tahu itu"

"Sudah kubilang cukup! Jangan bicara omong kosong!" Irene sedikit berteriak, muak sekali pada lelaki didepannya itu. Sebenarnya Irene sudah tahu tujuan Suho menemuinya. Oh jangan lupakan mereka sudah saling mengenal puluhan tahun. Jadi mereka sudah saling mengetahui satu sama lain.

"Baiklah. Jadi intinya aku ingin kau membujuk Lisa untuk menik...... "

"Menikah dengan lelaki tua bangka untuk menutupi hutang-hutang mu?" potong Irene yang ternyata tepat sasaran.

Suho terdiam, kemudian mengangguk membenarkan perkataan Irene tadi.

"Aku belum pernah mengatakan ini padamu tapi sekarang kata bajingan sangat cocok tersemat dalam namamu" Irene tak mengerti jalan pikiran mantan orang seranjangnya ini. Sudah gila kah?  Bagaimana bisa ia mengorbankan Lalisa untuk hutang piutang nya. Oh sungguh Suho, Irene rasa kau harus segera dilarikan ke psikiater.

"Mengorbankan Lalisa untuk menikah di usia muda bukan hal yang baik. Apalagi hanya untuk menutupi hutangmu. Kurasa putriku tak pernah menerima sepeser pun dari harta yang kau curi dariku... Dan setelah hari itu kurasa kau juga kehilangan hak atas dirinya. Lalu apa yang kau harapkan?" lanjut Irene.

Suho tak bergeming, ia masih memikirkan apa yang Irene katakan, memang benar sudah bukan hak nya lagi untuk mengatur kehidupan Lalisa, tetapi hanya itu yang bisa ia lakukan agar tak mendekam di penjara. Suho tak ingin itu terjadi.

Suho berdiri, menyeret Irene dengan kuat menuju mobilnya, "lepaskan aku! " Irene terus berontak dengan memukul-mukul tangan Suho dengan keras, tapi memang dasarnya Irene adalah orang yang lembut, pukulan itu tak terasa sakit bagi Suho.

Hanya seperti digigit semut

Bleggg

Suara pintu mobil yang dibanting dengan keras sangat nyaring, membuat Irene lebih memilih bungkam dan duduk dengan tenang di mobil Suho. Menatap lelaki itu dengan tajam sambil melipat tangannya yang tadi diseret dan digenggam dengan kasar oleh orang tak berperasaan di sampingnya itu.

IT'S HURTS lizkook (hiatus)Where stories live. Discover now