4

3.3K 269 10
                                    

Kaan tidak tahu bagaimana dirinya harus menjabarkan sosok Maia Bennu. Dia adalah Ratu Kallistar yang dikenal sebagai pemimpin yang otoriter dan sering membuat keputusan yang ekstrem. Di dataran persia Maia juga dikenal sebagai wanita cantik yang paling berbahaya, keahliannya dalam menyusun strategi yang licik dan tak terduga membuat siapa saja berhati-hati dalam berurusan dengannya.

Sebelum Kaan melihatnya langsung, ia sama sekali tidak mempercayai kabar burung yang ia dengar. Baginya seorang wanita tidak lebih berbahaya daripada pedang. Mereka berada di strata kedua setelah pria dan mereka diciptakan untuk menyenangkan dan melayani kaumnya. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi Kaan untuk takut kepada kaum wanita. Kendati pun Maia adalah seorang Ratu yang berkuasa, tapi wanita itu sama sekali belum pernah mengangkat pedang untuk membela rakyat-rakyatnya. Jadi, Kaan menganggap apa yang orang-ornag katakan tentang Ratu Maia Bennu hanyalah omong kosong semata.

Di samping kepemimpinan yang dianggap tidak ramah, Ratu Maia juga dikenal sebagai seorang ratu yang punya kebiasaan yang tidak terpuji terkhususnya sebagai seorang wanita. Dia suka bercinta dengan banyak pria, kabar tentang hasrat liar sang Ratu Kallistar tersebar luas sejak suaminya, Papillon II, meninggal dunia. Dikatakan sejak saat itu sang ratu menjadi kesepian dan kesulitan untuk mengontrol hasratnya.

Untuk berita simpang siur yang satu itu Kaan tidak tahu kebenarannya. Namun ketika Kaan tiba di Kale dan berhadapan langsung dengan Ratu Maia, lantas dia pun berhenti menyangkal semua kabar yang tersebar luas mengenai kepemimpinan dan kehidupan pribadi sang Ratu. Maia Bennu memanglah wanita yang berbahaya, caranya berpikir sangat licik dan dia suka bermain dengan pikiran dan kata-kata. Sosoknya yang misterius   belum dapat Kaan baca. Dan hingga saat ini Kaan tidak tahu apa yang sebenarnya Maia inginkan darinya.

Seperti sekarang misalnya, Kaan pikir Maia tertarik kepadanya tapi kemudian ia merasa ragu setelah mendapati wanita itu sedang berbincang berdua di taman bersama dengan Pangeran Bahr. Dinasti AlTamanni terkenal dengan armada perangnya yang tangguh, Kaan berusaha meyakinkan dirinya bahwa itu adalah alasan mengapa Maia bersikap akrab dengan Pangeran Bahr saat ini.

Dari balkon kamarnya Kaan terus memperhatikan sepasang manusia itu dengan penuh rasa cemburu. Apalagi ketika Maia tersenyum pada pria itu, Kaan tidak dapat menahan diri lagi. Tanpa pikir panjang dia segera meninggalkan kamarnya dan menuju ke taman istana di mana Maia dan Pangeran Bahr saling berbincang dan bercanda.

Keduanya telah duduk di bangku taman ketika Kaan tiba. Sepasang alis Maia terangkat naik melihat kedatangannya yang tak terduga, "Pangeran Kaan"

"Yang Mulia Ratu, Pangeran Bahr" sapa Kaan berusaha mengendalikan kecemburuannya. Matanya tertuju pada Maia ketika ia bertanya, "Bolehkah aku meminta sedikit waktu Anda, Yang Mulia?"

Maia memandang Pangeran Bahr yang  kemudian pamit dengan sopan dan membiarkan mereka untuk bicara. Kecemburuan itu tidak lagi dapat Kaan sembunyikan setelah kepergiannya, ia mengikis jarak di antara dirinya dan Maia lalu bertanya, "Apa yang ada pada Pangeran Bahr dan tidak ada pada diriku, Yang Mulia?"

Maia mengernyit mendengar pertanyaan itu, "Aku tidak mengerti—"

"Tanpa mengurangi rasa hormatku kepadamu aku ingin kau jujur kepadaku, apakah kau teetarik kepadanya?"

Maia lantas tertawa, "Pangeran Kaan Malik, kau sungguh lucu"

"Tapi aku tidak sedang bercanda"

Maia mengangguk, "Aku tahu, kau sedang cemburu dan itu membuatku merasa terhibur melihatmu menjadi kesal karena aku hanya sekedar berbincang bersama Pangeran Bahr" sahut Maia yang kemudian membawa tubuhnya dengan gerakan yang sangat halus untuk merapat pada tubuh Kaan yang lebih tinggi dan besar darinya, "Katakan Kaan, apa yang sebenarnya membuatmu merasa khawatir?"

Berada dalam jarak yang begitu dekat dengan Maia membuat Kaan menjadi gugup dan berdebar, "Aku khawatir kau menyukainya dan...,"

"Dan?"

"Dan melupakanku"

Senyum tipis terlukis di sang Ratu, terlihat manis dan juga misterius disaat yang sama, "Bagaimana bisa aku melupakan seorang pria yang aku bayangkan setiap malam berada di ranjangku dan memelukku"

"Maia...," Kaan menggeram tapi kemudian dia menyadari dirinya kelepasan, "Maaf, Yang Mulia—"

"Tidak, tetap panggil aku seperti itu" nafas Maia yang hangat dan lembut menerpa permukaan bibir Kaan, "Teruslah merasa cemburu Pangeran Kaan, teruslah mengejarku, teruslah tunjukan keinginanmu terhadap diriku, tatap aku...tatap aku dengan kabut gairah yang menyelimuti kedua bola matamu, dan katakan kepadaku bahwa kau adalah milikku, kau tidak ingin melihat pria lain ada di sekitarku bukan?"

Kaan mengangguk kaku, "Y-Ya"

"Maka kau akan mendapatkannya asal kau berjanji hanya kepadaku kau akan menekuk lututmu"

Bagai terhipnotis oleh pesona Maia Kaan menuruti keinginan wanita itu, "Hanya kepadamu aku akan beterkuk lutut" nafasnya gemetar saat ia menghembuskannya dengan susah payah, Kaan merasakan gairah merambat naik dengan sangat cepat di dalam tubuhnya hanya dengan mendengar rayuan Maia yang berbeda, "Aku sangat menginginkanmu Maia, apakah kau tahu itu?"

"Aku tahu" sahut Maia yang mencengkeram lembut kerah bajunya, "Aku juga merasakan hal yang sama, aku bahkan dapat meledak sekarang hanya dengan satu ciuman saja"

Wajah Kaan hendak bergerak maju untuk mendaratkan bibirnya pada bibir sang ratu, tapi secepat kilat Maia menghindar darinya dan memutus aliran hasrat yang memuncak di antara mereka berdua begitu saja, "Tidak di sini, Pangeran Kaan"

"Apa maksudnya itu?" tanya Kaan, tak paham.

"Di depan orang-orang kita hanyalah sekutu, datanglah ke kamarku ketika kau benar-benar menginginkanku" jawab Maia. Kaan mencoba untuk mengerti, biar pun Maia senang merayu tapi dia merasa tidak nyaman bermesraan di tempat terbuka di mana siapa saja dapat melihat mereka bercumbu. Terlebih lagi posisi Maia di istana ini adalah seorang Ratu.

Kaan menenangkan kembali gairahnya yang meronta-ronta. Ia melangkah di samping Maia yang mulai berjalan-jalan di sekitar taman istana.

"Siapkah kau untuk menyaksikan sesuatu yang menyenangkan malam ini, Pangeran Kaan?" tanya Maia. Kaan mengikuti setiap langkahnya.

Kaan tahu kesenangan apa yang Maia maksud. Pasukan Romawi yang membangun tenda di tepi Laut Mediterania akan mereka habisi malam ini juga, "Semua persiapan sudah matang?"

"Ya" jawab Maia, "Omong-omong aku belum mengucapkan terima kasih karena kau telah mendukung keputusanku semalam"

Kaan tersenyum, "Aku pikir itu adalah keputusan yang tepat, semakin lama kita membiarkan bangsa romawi berada di tanah kita, semakin lama pula perang akan berakhir"

Maia mengangguk setuju, "Aku tidak munafik, kuakui mereka punya prajurit yang kuat dan tangguh jadi begitu aku punya kesempatan untuk menghancurkan mereka aku tidak akan membuang kesempatan itu"

Obrolan terus berlanjut dan Kaan terjerat oleh pesona sepasang manik emerald itu ketika Maia membicarakan tentang rencana untuk menghancurkan bangsa romawi. Entah bagaimana jiwa sang ratu yang gelap dan mengerikan justru membuatnya merasa bergairah dna tertantang. Kaan menyukai wanita yang cerdas dan baik hati, tapi selama ini dia tidak pernah tahu bahwa wanita yang licik dan pemberani jauh lebih seksi. Sekarang ia mengerti mengapa mereka menyebut Maia sebagai wanita yang paling berbahaya di daratan Persia.

— TBC —

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

In The Queen's Bed (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang