3

3.1K 200 4
                                    

Jamuan Maia adakan untuk menyambut perwakilan dari kerajaan-kerajaan sekutu yang telah datang. Sebelum mereka membahas tentang strategi peperangan yang tepat untuk melawan prajurit Romawi yang telah membangun kemah di tepi Laut Mediterania, ada baiknya mereka semua bersenang-senang. Toh, Maia sudah punya rencana yang cemerlang untuk mengusir prajurit Romawi yang telah membangun tenda di atas tanahnya.

Berbagai jenis hidangan terbaik disajikan malam itu. Hiburan berupa musik dan tarian dari seniman terkenal turut memeriahkan jamuan. Maia duduk di kursinya dengan tenang, jujur saja ia tidak terlalu suka berada di tengah keramaian, tapi jamuan semacam ini perlu dilakukan sebagai bentuk penyambutan dan penghormatan kepada tamu kerajaan yang telah datang untuk membantu mereka. Satu-satunya musik yang Maia sukai adalah suara deritan ranjang dan tarian yang ia nikmati adalah dorongan pinggul pria perkasa yang melebur di dalam tubuhnya. Oh, memikirkannya saja sudah membuat Maia bergairah.

Manik emerald itu bergerak menelusuri seisi aula. Ia memperhatikan tamu yang telah mengisi meja dan merasa heran karena Kaan Malik, pangeran mahkota Dinasti Alynthi, belum tiba. Namun kemudian senyum yang amat tipis tersungging di bibirnya saat ia menemukan sang Pangeran baru saja memasuki aula. Beberapa pasang mata gadis-gadis muda lantas tertuju kepadanya, kendati pun sepasang mata setajam elang itu hanya tertuju kepada Maia.

Berdiri beberapa langkah dari meja yang Maia duduki, Kaan membungkuk memberi penghormatan kepada sang ratu sebelum dia duduk di tempat yang telah disediakan. Maia hanya mengangguk lalu membiarkan Kaan pergi dari hadapannya begitu saja. Walaupun sebenarnya ia sangat tertarik pada pemilik surai hitam itu, tapi Maia senang bermain tarik ulur dan ia sangat ahli dalam melakukannya.

Di sepanjang jamuan Maia berusaha bersikap tidak peduli meski ia tahu Kaan terus mencuri pandang ke arahnya dan merasa heran akan perubahan sikapnya yang sebelumnya genit kini menjadi acuh tak acuh. Kaan pikir malam ini akan menjadi malam yang menyenangkan di mana dia bisa menggali lebih jauh keinginan liar di balik tatapan Ratu Kallistar, tapi kini dirinya justru mendapati Maia tidak lagi menatapnya dengan cara yang sama. Entah karena mereka sedang berada di tengah keramaian, atau karena sang ratu sudah tidak tertarik kepadanya. Oh, Kaan tidak akan bisa menemukan jawaban jika dia hanya duduk dan menerka-nerka.

Kaan hendak beranjak dari duduknya untuk menghampiri Maia ketika pria tua yang terus menempel pada wanita cantik itu membisikkan sesuatu ke telinganya. Maia mengangguk lalu bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan aula, sementara Bahari menghampiri Kaan dan berkata, "Maaf menggangu kesenangan Anda Pangeran Kaan, tapi Ratu Maia ingin para sekutu berkumpul di ruangan yang lain karena ada sesuatu penting yang harus dia katakan"

Kaan mengernyit lalu bangkit tanpa bertanya apapun kepada Bahari. Diantarkan oleh pria tua itu, Kaan dan para sekutu yang lain meninggalkan jamuan dan menuju ke sebuah ruangan di mana Ratu Maia telah menunggu mereka.

"Maafkan aku karena telah menggangu kesenangan kalian" ucap Maia, "Ada hal penting yang harus aku sampaikan, aku baru saja mendapatkan kabar bahwa bangsa Romawi mengirim empat kali lipat prajurit yang jauh lebih banyak dari yang kita miliki sekarang ke medan perang, besok mereka akan tiba"

"Anda tidak perlu cemas Yang Mulia, jumlah prajurit bukanlah hal yang penting di dalam peperangan, tapi keberanian" sahut Dreyden, panglima perang yang diutus oleh Kerajaan Irae.

"Tentu saja itu hal yang penting Tuanku, aku tidak naif. Bukannya aku pesimis tapi ketika aku melihat sekecil apapun duri yang menghambat kemenanganku maka kita harus mengatasinya"

"Apa yang ingin Anda lakukan, Yang Mulia?" tanya Kaan.

Maia menatap lurus ke dalam mata lelaki itu dan berkata, "Bakar mereka" semua orang tampak terkejut mendengarnya, "Hujani tenda mereka dengan panah api di malam hari sehingga kemah mereka telah rata oleh tanah sebelum fajar tiba"

In The Queen's Bed (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang