Bab 5. Request for divorce

375 55 18
                                    

Hari kian larut tapi Adila dan Fadhil tetap berdiam diri tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.

Dengan mata membelalak dan sedikit memutar ke arah suaminya yang sedang asik duduk menatap layar laptop.

"Ternyata ada yang diam-diam merhatiin. Awas entar jatuh cinta!" Seru Fadhil dengan posisi yang sama tanpa menoleh ke arah Adila sedetikpun. Fadhil tersenyum miring melihat gelagat Adila yang sedari tadi memperhatikan dirinya.

Adila menaikan sebelah alis dan bibirnya. "Ssshhhhh....Pede!" Adila Menggumam.

Karna kesal, Akhirnya Adila memilih keluar dari kamar tidurnya.

"Mom."

"Sayang, kamu belum tidur?"

Adila dan Rosali yang berpapasan di dapur.

"Belum." Jawab Adila mengerutkan bibirnya.

"Anak cantik mami ke kenapa cemberut? Ada masalah?"

Adila terdiam sesaat. "Mam, dari kapan pulang?" Tanya Adila mencoba mengalihkan pertanyaan maminya.

"Baru saja pulang. jalanan begitu macet mangkannya mami pulang malam. Kamu belum jawab pertanyaan Mami, kenapa kamu?"

Adila menghela napas kasar. "Aku hanya sedikit kesal mam, tapi yasudahlah itu tak penting, " jawabnya tersenyum tipis.

**

"Aku ingin bicara denganmu," ucap Adila mencoba menghentikan aktifitas Fadhil yang sedari tadi sibuk dengan pekerjaanya.

"Sedikit sibuk, tapi bicaralah, aku akan mendengarkannya," jawabnya datar.

"Seperti itukah caramu berbicara. Tak bisakah membalas menatap orang yang sedang bicara dengamu. Tak sopan!" Adila sedikit geram.

"Percayalah, aku akan mendengarkan ucapanmu," ucap Fadhil kembali menegaskan.

Mendengar ucapan Fadhil, adila merasa kesal dan langsung menutup laptop tersebut.

"Aku benar-benar ingin bicara serius dengamu, tak bisakah kamu fokus dengan apa yang aku ucapkan dahulu!"

Fadhil menghela napas panjang, dan memutar tubuhnya sampai posisi menghadap Adila.

"Mau ngomong apa? Hmm."

Namun Adila malah terdiam saat Fadhil sudah siap dengan apa yang akan ia ucapkan.

"Bicaralah, aku akan mendengarkannya dengan baik." Fadhil kembali menegaskan.

Seketila Adila menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.

"Aku ingin kamu menceraikanku."

Ucapan yang tegas dan lantang keluar dari bibir tipis Adila tanpa ada rasa ragu sedikitpun.

Namun, Fadhil malah tersenyum menanggapi Ucapan yang di lontarkan Adila.

"Kamu fikir aku bercanda. Aku serius bahkan berlipat-lipat serius dengan apa yang aku ucapkan barusan." Tegas Adila dengan nada meninggi.

Sekali lagi Fadhil tak menanggapi ucapan Adila. Malahan, dirinya kembali memutar tubuhnya dan membuka laptopnya.

"Kamu fikir ini lulucon, aku serius dengan ucapanku. AKU, INGIN, KITA, CERAI ,"Adila kembali mengulang Ucapannya dengan nada mengeja namun tegas.

Fadhil benar-benar tidak mengubris ucapan istrinya itu sama sekali, hanya menampakan wajah datar tanpa ekspresi sesudahnya.

Sontak saja sikap Fadhil membuat Adila geram dan menginjak sebelah kaki Fadhil.

Alhasil Fadhil berteriak kesakitan karna perlakuan Adila. "Apa kau gila!" Serunya dengan mata mengarah jempol kaki yang memerah.

"Siapa suruh. Cepat jawab, atau aku akan menginjak sebelah kakimu kembali!"

Sejenak Fadhil terdiam, lalu Fadhil beranjak dari duduknya, menyeret Adila sampai dirinya terjatuh di atas kursi kerja yang di duduki Fadhil sedari tadi.

"Apa kau gila?" Ucap Adila gugup dan mencoba mendorong tubuh Fadhil yang merengkuh tubuhnya tepat di atas Adila. Namun, nyatanya Adila tak mampu mendorongnya, malahan tubuh Fadhil semakin mendekat. Membuat Adila benar-benar tak mampu berkutik sedikitpun.

Bahkan Adila merasakan jantungnya yang berdebar-debar saat Fadhil berada tepat di hadapannya hanya berjarak beberapa centimeter, saja.

"Dengarkan aku Adila. Aku tidak akan pernah mengabulkan permintaanmu. pernikahan itu sakral bukan permainan, jadi jangan pernah berfikir untuk bercerai."

"Aku tidak mencintaimu. Bahkan sampai detik ini, tidak ada rasa suka ataupun cinta sedikitpun untukmu. Kamu fikir hidup seperti ini enak. Tanpa cinta, tanpa kecocokan, dan sebagainya. Kamu tidak mencintaiku dan sebaliknya kamu juga tidak mencintaiku. Jadi untuk apa kita pertahankan sebuah pernikahan ini." Adila dengan Nada menantang.

Fadhil terdiam, mencerna kembali ucapan yang di lontarkan Adila sembari menatapnya tajam tanpa berkedip sedikitpun. Namun Adila mendorong Fadhil sekuat tenaga, sampai akhirnya tubuh Fadhil menjauh dari tubuhnya.

.
.
.
.
Bersambung.

Klik gambar bintang ⭐ di pojok kiri.
Jangan Lupa komennya juga.

Stay In One MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang