Bab 4. vexation

424 64 30
                                    

"Apa kamu sudah pulang, Fadhil?
Satya tak bisa menjemputku, jadi tolong jemput aku sekarang!"

Sore ini Satya tidak bisa menjemput Adila pulang kerja. Karna tak ingin menaiki taxi jadi Adila meminta Fadhil untuk menjemputnya.

"Adila, bagaiamana kalo aku antar kamu pulang saja? Lagian Fadhil juga belum balas chat kamu, kan?" Kata Rina.

Adila terdiam sejenak, memikirkan ajakan Rina.

"Betul apa yang di bilang Rina, lebih baik kamu bareng kita?" Sela Ana membujuk.

"Baiklah, ayo kita pulang," Jawab Adila merangkul kedua pundak sahabatnya.

Kini Adila pun, pulang bersama kedua sahabatnya. Di perjalanan tak hentinya mereka bercanda ria bersama, karna bagi mereka ini momen langka semenjak Adila menikah. Mereka jarang-jarang bisa pulang bersama.

Tak terasa, mobil yang Rina kendarai sudah terparkir tepat di depan kediaman Mawardi. Adila pun bergegas turun dari mobil sahabatnya.

"Apa kalian yakin tidak akan mampir dulu, rin, ana?"

"Tidak, maybe next time," jawab Rina.

**

Setibanya di dalam rumah, Adila tak mendapati Rosali di dalam rumah. Hanya ada keheningan.

Akhirnya, ia pun menanyakan keberadaan mami nya pada mbo zum, namun ia tak mengetahuinya.

Mami hanya bilang akan keluar sebentar, namun tak memberitahu kemana perginya pada mbo Zum.

"Non, ibu bilang kalo udah bersih-bersih jangan lupa makan, ibu udah siapin makanan buat non Adila sama den Fadhil."

"Baiklah."

Adila mulai melangkahkan kakinya kembali dan masuk ke dalam kamar.

"Akhirnya, aku bisa bernapas lega tanpa ada yang mengganggu," Ucap Adila seraya merebahkan tubuhnya ke atas kasur berukuran besar dan empuk.

Adil merentangkan kedua tangannya, menghirup wewangian Aroma therapy yang ada di kamarnya.

Perlahan kedua mata Adila mulai terpejam, untuk melepas semua rasa lelah dan kantuk yang tak tertahan lagi.
Sampai-sampai adila tidak menyadari kalo rok mininya terangkat.

"Berani-beraninya dia minta jemput tapi tidak Ada di tempat, apa dia sengaja mengerjaiku," Grutu Fadhil yang hendak melangkah masuk ke dalam kamar Adila.z

Sebelumnya Fadhil sudah menanyakan pada mbo Zum tentang keberadaan Adila, kalo dirinya sudah pulang terlebih dahulu tiga puluh menit yang lalu.

Fadhil, sedikit kesal dengan sikap Adila, yang memintanya untuk menjemput tapi kenyataanya Adila malah pulang terlebih dahulu. Padahal Fadhil rela membatalkan pertemuannya dengan Client.

Kini langkah kaki mulai mendekat ke arah sosok perempuan tersebut bukan untuk menatapnya melainkan mengambil sebuah selimut dan menutupi kaki dan pahanya yang sudah terekspos begitu jelas.

"Dia enak-enakan tidur, sedangkan aku sibuk menghubunginya," Fadhil mengguman.

Setelahnya Fadhil memilih untuk mengambil baju ganti dan membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

Butuh waktu dua puluh lima menit untu dirinya mandi dan berganti pakaian. Tak di sangka saat Fadhil keluar dari kamar mandi Ada sosok perempuan di balik pintu yang sedang membulatkan kedua bola matanya dengan tatapan tajam dan tangan menyilang di dada.

"Kenapa kau masuk ke kamarku seenaknya, dan begitu tak sopan? Tak bisakah mengetuk pintu terlebih dahulu, Fadhil?"

"Kamar terbuka, jadi aku masuk? Seharusnya aku yang marah padamu. Kenapa kamu bersikap seenaknya padaku! Menyuruhku untuk menjemput tapi kenyataannya malah tidak ada di tempat," ucap Fadhil dengan santainya sembari mengelap rambutnya yang masih basah.

"KAUU.....

Adila semakin kesal, dengan penjelasan Fadhil. Ia pun menggertakan giginya dan menonjoknya. Tapi tonjokan jarak jauh yang tak sampai ke tubuh suaminya.

"Kenapa? Apa kau marah, atau mau menonjoku?"

Fadhil yang seolah-olah tau dengan pergerakan Adila dari balik tubuhnya, hanya bisa tersenyum.

"Aku juga berhak marah bukan hanya dirimu!" Teriak Adila.

"Kenapa?" Jawab Fadhil berbalik arah pada Adila

"Karna kamu mengambil kesempatan dariku?"

"Kesempatan? Kesempatan apa?" Tanyanya heran.

"Karna...! Karna kau mengambil kesempatan dan melihat bawah tubuhku yang pasti terekspos!" Ucap Adila tak yakin.

Fadhil tertawa berbahak-bahak mendengar ucapan Adila. Lalu langkah Kaki mendekat ke arah Adila yang saat itu memancarkan warna merah muda di pipinya.

"Apa kau gila. Kalo aku mengambil kesempatan, sudah pasti aku akan menidurimu, tanpa menutupinya dengan selimut," Jawab Fadhil mendekat ke arah wajah Adila.
Sontak saja perlakuan Fadhil membuat Adila gugup dan langsung membalikkan tubuhnya membelakangi Fadhil.

"Tetap saja kau mengambil kesempatan." Tegas Adila kekeh.

Fadhil tersenyum simpul, tanpa membalas kembali ucapan Adila.

.
.
.
.
.
Bersambung.

Stay In One MarriageWhere stories live. Discover now