Senja - Pertama

2.9K 34 8
                                    

*-----*

          Ada satu hal yang gadis tomboy itu suka dari senja. Bukan soal kecantikan yang mentari tampakkan di atas langit yang tidak pernah bisa dia gapai, melainkan pada kegelapan setelahnya.

Jangan tertawa! Gadis tomboy itu tahu ini terdengar aneh karena dia mencintai malam yang terlihat mencekam dan menakutkan, tapi dia memang jatuh hati padanya.

Pada setiap udara dingin yang diberikan angin hanya karena tak ada orang yang berani memeluk tubuh tinggi berisi miliknya, pada setiap sinar rembulan yang memberikan harapan terhadap jiwanya yang sepi, atau bahkan pada perhatian bintang yang justru membuat si gadis tomboy jadi tertawa karena tidak ada orang yang sanggup untuk memperhatikan dia selain bintang yang bahkan sangat jauh dari genggaman tangannya.

Gadis tomboy itu terduduk bersila di depan halaman rumah sambil memangku gitar akustik kesayangannya. Ia kemudian menggumamkan beberapa lirik lagu yang sedang dihapalnya belakangan ini. Saat sedang asik memetik gitar sambil terpejam menikmati udara dingin sore hari, gadis tomboy itu dikejutkan dengan notivikasi dari gawainya yang terletak di samping gelas kopi miliknya.

Melirik sedikit, gadis tomboy itu mendapati bahwa ada seseorang yang mengiriminya pesan lewat jejaring media social facebook yang memang sedang digunakan olehnya.

Meski sedikit kesal karena kegiatan bernyanyinya terganggu, gadis tomboy itu tetap saja membuka aplikasi messenger untuk mendapati bahwa ada seseorang yang meminta perhatiannya dengan mengatakan bahwa ia menyukai salah satu dari karya cantik milik si tomboy yang sering ia posting di laman wattpad miliknya.

Sambil mengetikkan jawaban untuk gadis di seberang sana, si tomboy mengambil gelas kopi seraya mulai menyesapnya perlahan. "Sialan!" umpat si gadis tomboy saat ia hampir saja menumpahkan isi gelasnya yang masih meluber karena bibirnya kepanasan.

"Erika Pramita Sanjaya!! Ibu nggak pernah ngajarin kamu untuk mengumpat, bocah kecil!" seruan dari dalam yang terdengar bernada kesal itu tentunya membuat si tomboy jadi menutup bibir tebalnya dengan seketika.

Duh, gara-gara cewek ini aku jadi dimarahi! Runtuk si gadis tomboy atau yang lebih akrab dipanggil dengan Pram itu di dalam kepalanya.

Kembali melirik pesan singkat di gadgetnya, Pram kemudian dikagetkan dengan kesadaran bahwa ia lupa dengan kenyataan dirinya yang tengah berbalas pesan dengan seorang gadis yang bahkan tinggal di seberang pulau yang tengah ia singgahi ini.

Bingung harus membalas apa karena sedari tadi gadis cantik di seberang sana terus-terusan menggodanya, membuat Pram jadi memikirkan hal iseng di dalam kepalanya untuk kembali menggodai si gadis 'Cuaca di sini panas sekali, sama seperti kalau aku membayangkan kamu nggak pakai baju' ujar si tomboy di dalam pesannya yang langsung dibalas dengan pesan yang berbunyi malu-malu.

Sambil terkekeh kecil disetiap kali gombalan receh yang diberikan gadis cantik di seberang sana, Pram akhirnya membungkus gitar akustiknya lantas masuk ke dalam kamar untuk berbaring di kasur kesayangannya.

Saat sedang asik saling menggombal satu sama lain, Gadis tomboy itu kemudian ditampar oleh satu kenyataan dimana dirinya tidak pernah bisa untuk berbicara semudah ini kepada siapapun, dan sekarang? Mendapati bahwa dirinya tengah berbalas pesan bernada saling menggoda dengan seorang gadis yang bahkan baru dikenalnya beberapa menit yang lalu membuat Pram jadi ingin menampar dirinya sendiri agar ia bangun dari mimpinya.

Namun, seberapa keraspun si gadis tomboy berusaha untuk menyadarkan isi kepalanya, ia tetap saja ingin untuk menjawab pesan singkat dari gadis di seberang sana.

Ada apa dengan dirinya? apa dia baik-baik saja? Apa senja baru saja menyihirnya sehingga ia berubah menjadi seperti ini?

*Senja 2020, by Riska Pramita Tobing*

          Pram akhirnya bisa mengela napas panjang saat pekerjaannya selesai. Sambil mengurut keningnya yang sedari tadi mengkerut, Pram mengambil kunci motor serta gadget yang sengaja ia tinggalkan di loker pekerja agar ia bisa konsentrasi dalam pekerjaannya.

Baru saja mengaktifkan data seluler, Pram dikagetkan dengan banyaknya notivikasi yang masuk dari beberapa jejaring media sosialnya. Karena merasa bahwa waktu menuju senja masih cukup jauh, gadis tomboy itu akhirnya berjalan perlahan menuju Kantin perusahaan untuk melepas penatnya di sana.

Pram bisa melihat ada beberapa orang yang sama-sama terduduk di sana. Beberapa diantaranya sibuk dengan makanan di hadapan mereka, atau bahkan bercanda ria bersama para pegawai lainnya. Sementara itu, Pram lebih memilih untuk duduk sendiri di pojok Kantin yang berdekatan dengan tempat khusus merokok yang tampaknya sepi.

Sambil menikmati lantunan musik lamban dari Lana Del Rey yang adalah penyanyi kesukaannya, Pram mulai mebuka satu persatu dari banyaknya notivikasi yang hinggap di gawainya. "PRAM!!!" baru saja membuka beberapa notivikasi dari sekian banyak, perhatian gadis tomboy itu teralihkan pada gadis berrambut panjang yang mendekatinya dengan dua gelas kopi hitam di tangannya.

Pram mendapati bahwa salah satu kopi di tangan si gadis cantik di ulurkan kepadanya, membuat si gadis tomboy jadi terpaksa untuk melirik rekan kerjanya yang sekarang tengah memperhatikan sorot mata tajam miliknya "Ada apa?" ujar gadis tomboy itu hampir tanpa nada.

Rekan kerja si tomboy itu mengulurkan tangan untuk menyingkirkan poni milik Pram yang sudah mulai menyentuh kelopak matanya "Kamu pernah sadar nggak sih kalau aku suka sama mata kamu?" ujar si cantik dengan senyum malu yang tertahan.

Pram kembali menurunkan poninya agar rambut itu menghalangi sebagian dari tatapannya yang baru saja digombali oleh si cantik di hadapannya "Sayangnya aku nggak sadar sehingga lebih memilih untuk menutupi mataku dengan poni" lagi-lagi, jawaban tanpa nada.

Pram bisa melihat kalau rekan kerjanya menegapkan tubuh untuk kembali menatap lekat pada iris mata milik si tomboy yang tajam "Banyak orang yang rela mengorbankan harga dirinya dan membuang rasa malunya hanya karena ingin berdekatan denganmu, Erika" ujar si cantik yang tampaknya tidak menarik sedikitpun bagi si tomboy "Mereka semua jatuh hati padamu.." Pram bisa melihat kalau si cantik tengah menutup matanya seperti sedang menghitung dari satu sampai sepuluh sebelum akhirnya kembali membuka mata dan menubrukkan iris mata mereka yang tampak berbeda "Termasuk aku di dalamnya" lanjutan ucapan rekan kerjanya membuat Pram tersentak kaget.

Gadis tomboy itu mengerutkan keningnya lantas kemudian memberikan kekehan bernada sarkastik pada gadis cantik di hadapannya "Dengar, Tamara.." ujar gadis tomboy itu memulai sehingga membuat gadis cantik di hadapannya jadi menatap fokus padanya "Kamu itu gadis yang sangat menarik. Kamu cantik, kamu baik, bahkan mungkin kamu terlalu baik untukku. Banyak orang di luar sana yang membuang harga dirinya serta tidak memperdulikan rasa malunya hanya untuk berdekatan denganmu. Lantas kenapa kamu justru mengejarku disaat banyak orang jatuh hati padamu?"

Pram bisa melihat Tamara menyondongkan tubuhnya agar jarak mereka berdekatan "Karena aku jatuh cinta kepadamu, dan bukan pada mereka" ujar si cantik seraya meraba rahang tegas milik si tomboy yang langsung mengeras dengan seketika.

"Hatiku bukan untukmu" dan dengan itu, si gadis tomboy melepaskan usapan di rahangnya lantas pergi bersama perasaan tidak menentu di dalam dirinya.

*-----*

Riska Pramita Tobing.

SENJA (COMPLETED)Where stories live. Discover now