2

3.4K 312 13
                                    

Sebelumnya Maia tidak pernah tahu kalau ternyata Dinasti Alynthi memiliki pangeran mahkota yang tampan dan gagah bernama Kaan Malik Alynthi. Dia adalah seorang pria dengan surai selegam-legamnya dasar lautan hitam. Tubuhnya tegap dan tinggi, dengan otot-otot yang tercetak jelas pada pakaian yang ia kenakan. Matanya jernih dengan manik cokelat gelap yang memikat, entah itu sengaja atau tidak Maia merasakan tatapan yang Kaan lemparkan sangat mengundang sehingga ia tidak dapat duduk dengan tenang di singgasananya.

"Silakan duduk Pangeran Kaan" ucap Maia mempersilakan sang pangeran untuk duduk di salah satu kursi yang kosong yang berada di hadapannya. Kaan menempatkan diri pada kursi yang paling dekat dengan singgasana. "Aku penasaran alasan apa yang membuat Dinasti Alynthi berubah pikiran dan memutuskan untuk bersekutu denganku melawan bangsa Romawi?"

Maia memperhatikan pangeran Kaan yang meletakkan kedua tangannya pada pegangan kursi, lelaki itu punya jemari yang kekar, bahkan urat pada lengannya dapat Maia lihat dengan jelas dari jarak yang tidak cukup dekat.

"Yang Mulia Ratu, ayahku awalnya ragu untuk menjadi sekutu Kallistar karena dia takut bangsa Romawi akan berbalik menyerang kerajaan kami, tapi kemudian aku meyakinkannya bahwa tanpa menjadi sekutu Anda sekali pun mereka tetap akan menyerang kerajaan kami sebab yang mereka inginkan bukan hanya Kallistar tapi seluruh daratan Persia. Oleh karena itu, aku ingin kita merapatkan barisan dan saling bekerja sama mengusir mereka dari tanah kita" ungkap Kaan, "Maafkan kekeliruan ayahku sebelumnya Yang Mulia. Keputusan yang ia buat adalah keputusan sepihak, menurutku idemu membentuk Empire of Mediterranean adalah ide yang cemerlang, dengan saling membantu kita pasti dapat menghancurkan bangsa Romawi dan melindungi tanah air kita"

Maia bangkit dari singgasananya sehingga Kaan lantas ikut berdiri. Lelaki itu berdiri dengan begitu gagah dan penuh rasa hormat saat Maia datang kepadanya, membuat jantung Maia berdebar di setiap langkah karena semakin ia dekat semakin pula aroma Kaan yang liar tercium jelas sampai ke hidungnya. Kaan Malik tercium seperti udara pegunungan es yang dingin, tapi wewangian kayu cedar yang ia gunakan memberikan sentuhan kehangatan yang membangkitkan hasrat. Maia adalah pecinta wewangian, dan ia dapat mengetahui kepribadian seseorang hanya dengan menghirup aroma wewangiannya. Kaan Malik adalah seorang pria dengan jiwa petualang.

Ditatap sedemikian rupa oleh Maia membuat Kaan turut merasakan getaran yang sama yang sejak tadi coba  untuk ia abaikan. Sosok semampai itu tertarik kepada Kaan, sama seperti Kaan yang tertarik kepadanya. Jangan salahkan Kaan yang tidak dapat menjaga pandangan, sebab semua pria dewasa yang berhadapan dengan Ratu Maia Bennu pasti tidak akan mampu melakukannya. Sebagai ratu Maia tidak hanya memiliki kecantikan yang memikat tapi juga daya tarik yang begitu kuat. Manik emeraldnya menyampaikan keinginan liar yang terlarang. Sementara bahasa tubuhnya jujur dan terbuka, menunjukkan kepada Kaan bahwa dia menginginkannya.

"Mendekatlah Pangeran Kaan" ucap Maia dengan suara yang serak.

Hanya butuh satu langkah yang harus Kaan ambil untuk mengikis jarak di antara mereka, satu langkah yang membuatnya bisa mendengar hembusan nafas lembut sang ratu yang terengah.

"Aku butuh enam kompi" ucap Maia. Tatapannya jatuh pada dada Kaan yang bidang kemudian naik lagi untuk menatap lurus ke dalam mata Kaan, "Bisakah kau mempersiapkan apa yang aku butuhkan, Pangeran?"

Kaan mengangguk, "Ya, Yang Mulia"

Maia tersenyum puas sehingga Kaan dapat melihat dengan jelas lesung pipi yang menghiasi pipinya, "Bagus" sahutnya. Maia mengulurkan tangannya ke arah Kaan sambil berkata, "Kalau begitu selamat bergabung untuk Dinasti Alynthi, dan selamat datang di istanaku Pangeran Kaan akan aku pastikan kau dijamu dengan baik di sini"

Kaan berdebar, ia tahu kalimat itu punya maksud tersembunyi di baliknya. Ia menyambut uluran tangan Maia dan di dalam benaknya ia memuja betapa halusnya kulit keemasan wanita itu. Membawa punggung tangan sang ratu ke bibirnya, Kaan tak ingin melewatkan kesempatan merasakan kehalusan kulit Maia di bawah sentuhan bibirnya, "Terima kasih, Yang Mulia"

Sepasang manik emerald itu menyala, menatap Kaan tanpa berkedip sebab ia merasakan sesuatu yang tidak pernah ia rasakan kepada pria mana pun sebelumnya. Sulit bagi Maia mengatakan perasaan macam apa itu, yang jelas ia merasakan ada begitu banyak kupu-kupu yang terbang liar di dalam perutnya ketika bibir Kaan yang hangat dan hembusan nafasnya yang berat menyentuh punggung tangan Maia.

Oh.

Jemari Maia saling bertaut setelah ia menarik tangannya dari Kaan. Ia memanggil seorang pelayan agar dapat mengantarkan Kaan ke kamar pribadinya selama lelaki itu tinggal di sini, sebab Maia tidak dapat melakukannya seorang diri atau hal yang sangat ia inginkan benar-benar akan terjadi.

Sentuhan bibir Kaan masih terasa membakar punggung tangannya walau lelaki itu telah pergi. Maia mendudukan dirinya di singgasana karena sejak tadi sepasang tungkainya lemas seakan tak berulang. Apa-apaan ini? Dia baru saja bercinta dengan dua orang pria beberapa menit yang lalu tapi mengapa sekarang gairahnya melonjak hanya dengan berhadapan dengan Pangeran Mahkota Dinasti Alynthi? Maia bisa saja memanggil dua orang pria yang tadi melayaninya untuk kembali ke kamarnya malam ini, tapi entah mengapa dia tidak begitu tertarik, Maia tidak tertarik membawa pria mana pun ke ranjangnya selain pria yang baru saja ia kenal,

Pangeran Kaan.

Oh, tampaknya Maia harus tersiksa menahan kebutuhan yang memuncak di sepanjang tidurnya yang tidak nyenyak malam ini.

TBC —

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!


In The Queen's Bed (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang