Part 17: Maaf ...

249 16 2
                                    

Cakka sampai di Jakarta jam 10 pagi. Ia bergegas ke apartemen bundanya dengan menggunakan taksi online. Shilla mengabarkan bahwa ia telah sampai di apartemen bunda Idha.

Sesampainya di apartemen Cakka menyalami tangan bundanya, dan saat ia menatap Shilla yang berdiri di samping bundanya tampak sekali mata gadis itu masih sembab, hasil ia menangis semalaman.

Bunda Idha yang melihat anaknya dan Shilla saling tatap lama memecah keheningan dan menuntun mereka berdua untuk duduk. Mereka memilih duduk di meja makan, tempat favorit bunda dan anak-anaknya untuk mengobrol.

Shilla menceritakan semua yang terjadi pada Cakka dan bunda Idha. Cakka dan bundanya sempat terkejut, tidak menyangka akan secepat itu Shilla diminta menikah setelah bertunangan setengah tahun lebih.

Bunda Idha dan Cakka tak dapat memberi banyak masukan, satu-satunya jalan adalah mengikuti kemauan orangtua Shilla. Cakka berjanji pada Shilla bahwa ia akan selalu ada untuk Shilla sebagai teman jika Shilla membutuhkannya. Berat bagi Cakka, karena ia juga ingin untuk bisa bersama Shilla. Tapi apa boleh buat, ia tak berdaya.

*****

Shilla akhirnya pulang ke rumah dengan mata yang lebih sembab dari sebelumnya. Saat akan naik ke kamarnya ia berpapasan dengan mamanya.

"Mbash, kamu darimana?" tanya mama Shilla.

"Dari rumah teman, Ma."ucap Shilla tanpa menatap mamanya.

Mama Shilla menatap curiga anaknya. Shilla tipikal orang yang sangat ekspresif, jarang sekali ia berbicara dengan tidak menatap mata lawan bicaranya.

"Mbash, kamu nangis? Kok mata kamu sembab banget, Nak?"

"Engga kok, Ma.." balas Shilla sambil masih tetap tak menatap mata mamanya.

"Lihat ke mama sayang, kamu kenapa?" mama Shilla berucap sambil memegang kedua bahu anaknya dan membalik badan Shilla ke arahnya.

"Shilla ga apa-apa kok, Ma. Shilla ke kamar ya, Ma. Kepala Shilla sakit, pengen istirahat."

"Bener kamu ga apa-apa?" Ucap mama Shilla, khawatir.

"Ya, Ma.."

"Ya udah sana ke kamar, istirahat. Kalau ada yang membebani kamu bilang ke mama, jangan ditanggung sendiri."

"Ya, Ma.." Shilla bergegas ke kamarnya, ia lelah, dari kemarena tubuhnya terasa sangat tak bersahabat.

Shilla membersihkan dirinya lalu berbaring di atas tempat tidur. Malam ini ia hanya ingin beristirahat, ia sudah tak kuat lagi memikirkan semuanya.

*****

Sebelum pulang ke Jogja, bunda Idha mengajak Cakka sarapan di salah satu kedai makan favoritnya. Bunda Idha sudah meminta agar Cakka tetap di Jakarta dua atau tiga hari lagi. Bunda Idha merasa iba dengan Shilla. Ia bahkan sempat meminta Cakka ke rumah Shilla untuk berbicara baik-baik dengan mama Shilla, tapi Cakka menolaknya. Cakka tak ingin menjadi penghalang rencana kedua orangtua Shilla. Cakka hanya berharap dan berdoa pada Allah SWT agar mama Shilla dibukakan pintu hatinya untuk melihat apa yang sebenarnya mampu membahagiakan anaknya.

"Bun, Shilla nelpon, angkat ga?"

"Angkat aja, Kka..."

Cakka lalu mengangkat panggilan telepon dari Shilla. Shilla sempat menjawab salam yang diucapkan oleh Cakka tapi setelah itu terdengar bunyi 'bruk!' dan kemudian hening. Cakka memanggil-manggil Shilla tapi tak ada sahutan. Cakka menelepon Shilla berkali-kali tapi tak ada jawaban, akhirnya Cakka menyerah menghubungi Shilla dan hanya bisa berdoa semoga Shilla baik-baik saja.

Karena Kisahmu Tertulis Denganku (COMPLETE)Where stories live. Discover now