Part 7: Sebenarnya...

226 19 0
                                    

Setelah tragedi telpon yang diputuskan secara sepihak oleh Cakka tadi malam, pagi ini Shilla menemani mamanya ke acara anniv. teman mamanya dengan wajah yang sedikit ditekuk. Mama Shilla paham kenapa anaknya seperti itu namun ia memilih bungkam. Shillapun demikian, ia memilih diam, tidak ingin menanyakan lebih lanjut, karena ia tahu ujung-ujungnya ia tetap akan mendapat statemen tidak baik dari mamanya jika itu menyangkut Cakka.

Selesai menghadiri acara anniv. temannya, mama Shilla langsung pulang ke Jakarta. Mamanya sempat berpesan sebelum masuk ke ruang tunggu bandara bahwa Shilla harus fokus belajar, segera menyelesaikan kuliahnya dan langsung pulang ke Jakarta. Mama Shilla bahkan tak menyinggung sedikitpun tentang Cakka.

Beberapa hari Shilla menghabiskan separuh lebih waktunya dalam sehari di kampus, terutama di perpustakaan. Karena sebentar lagi ia akan menghadapi UAS, tugas dari dosennya semakin banyak.

Di sela-sela kesibukannya Shilla mencoba menghubungi Cakka tapi telepon darinya tak pernah diangkat oleh Cakka. Cakka hanya mengirimkan pesan kepada Shilla bahwa ia sedang sangat sibuk. Shilla tahu Cakka tak sesibuk itu, bahkan beberapa kali terlihat di story WAnya Cakka sedang memainkan gitarnya santai di dalam studio sederhana yang ada di rumahnya.

Dan lagi-lagi di Sabtu malam setelah pulang dari kampus Shilla merasa suhu tubuhnya tidak normal. Sebenarnya dari seminggu belakangan ia memang belum merasa sembuh total. Dia merasa cepat lelah tapi ia memaksakan diri untuk tetap bisa beraktifitas. Alhasil, malam ini dia tumbang lagi. Shilla terbangun di tengah malam sekitar pukul 1 karena tidak nyaman, badannya bersimbah peluh, sementara ia menggigil kedinginan. Saat memaksakan diri hendak mengambil air minum ke dapur, Shilla pingsan. Mba yang kebetulan kamarnya dekat dengan dapur mendengar suara gaduh keluar kamar dan mendapati majikannya yang tergeletak di lantai dapur.

Setelah mengusahakan beberapa cara agar Shilla bisa sadar dan tidak membuahkan hasil, Mba mencoba menghubungi kerabat terdekatnya yang mungkin bisa membantu. Walau telah mencoba berkali-kali namun hasilnya nihil, tidak ada yang mengangkat panggilan telepon darinya. Wajar saja, sudah jam 1 dini hari, semua orang sedang terlelap dalam mimpinya.

Akhirnya Mba memilih mengangkat Shilla dan membawa ke kamarnya dengan tenaganya yang minim karena ia dalam kondisi mengantuk dan memang tubuhnya yang tidak lebih besar dari Shilla.

Sesampainya di kamar ia meraih iPhone Shilla, Mba sengaja mencari nomor teman Shilla yang kemarin datang ke rumah dan sarapan bersama Shilla yang ia ketahui namanya adalah Cakka. Setelah menemukan kontak Cakka, Mba langsung menelepon.

"Halo, assalamualaikum, Shill.."

Alhamdulillah, Mba lega, Cakka berbaik hati mau mengangkat telepon di tengah malam begini.

"Waalaikumsalam. Ini dengan Mas Cakka?" tanya Mba.

"Ya. Ini siapa? Mana Shilla?"

"Saya Mba Asih, Mas, yang kerja di rumah Mba Shilla."

"Oh, iya Mba, ada apa?" tanya Cakka sedikit panik.

"Anu, Mas.. Mba Shilla.... Mba Shilla pingsan, Mas. Mohon maaf saya ganggu Mas Cakka, saya ndak tau mau minta tolong sama siapa. Ndak ada yang angkat telepon saya, Mas." Ucap Mba panik.

"Loh kok bisa pingsan, Mba. Sekarang Mba posisinya dimana?"

"Saya masih di rumah, di kamar Mba Shilla. Saya mau bawa ke rumah sakit tapi bingung gimana caranya, Mas."

"Oke.. oke... Mba Asih jangan panik, tetap jaga Shilla. Saya kesana sekarang."

Cakka segera mematikan komputernya dan meletakkan gitar karena posisinya Cakka memang sedang membuat demo untuk lagu barunya. Tanpa berpamitan kepada Mas Elang dan Mba Ulin yang Cakka yakini sudah tidur nyenyak Cakka bergegas menuju rumah Shilla.

Karena Kisahmu Tertulis Denganku (COMPLETE)Where stories live. Discover now