Part 8: Putri Pemilik Pesantren

237 18 0
                                    

Sesampainya di rumah, Cakka memikirkan apa yang diucapkan Shilla padanya sesaat sebelum ia keluar dari mobil. Sejak pertama bertemu Shilla di reuni kecil-kecilan ia dan teman-teman idola cilik di Si Jago Chicken Cakka memang menyadari ada sesuatu yang berbeda dengan cara Shilla menatapnya. Dari awal Cakkapun tidak memungkiri bahwa ia juga masih menyimpan rasa yang sama. Bahkan lebih besar dari yang Shilla rasakan, mungkin.

Cakka menimbang-nimbang mungkin ia akan mengajak Shilla bertemu untuk membicarakan hal ini. Namun kalimat apa yang harus ia katakana pada Shilla, "Aku juga masih sayang sama kamu, Shill..." begitu? Ah, Cakka benar-benar ingin meyakinkan dirinya terlebih dahulu. Tidak ingin gegabah.

Selesai shalat isya dan makan malam Cakka melanjutkan mengerjakan demo lagunya. Begitulah pekerjaannya sehari-hari sebagai musisi. Ditambah sekarang ia mulai merambah ke dunia bisnis bersama bunda dan kakaknya sehingga dia harus benar-benar mampu membagi waktu dengan baik. Job manggungnya juga cukup padat dalam waktu dekat karena ia berperan dalam dua band sekaligus, The Finest Tree dan ROFA.

Ngomong-ngomong tentang ROFA, ia akan manggung bersama band tersebut besok malam. Cakka berinisiatif untuk memberitahu Shilla. Mungkin saja jika Shilla datang ia akan punya kesempatan untuk memperjelas perasaan keduanya dan bagaimana sebaiknya mereka di masa yang akan datang.

*****

Malam ini Shilla menghadiri konser ROFA Band. Sebelumnya ia telah diundang oleh Cakka untuk menyaksikan penampilannya. Shilla sebenarnya merasa canggung jika harus bertemu dengan Cakka setelah ia mengungkapkan perasaannya pada Cakka. Tapi ia harus memberanikan diri dan mungkin jika ada kesempatan nanti ia juga akan memastikan bagaimana perasaan Cakka. Dan hal ini akan menentukan bagaimana mereka bersikap selanjutnya.

"Mba Shilla...",

Seseorang memanggil Shilla sambil mencolek bahu sebelah kanannya.

Sesampainya di TBY (Taman Budaya Yogyakarta) tempat ROFA Band manggung Shilla mencari-cari Cakka tapi tidak kelihatan, Shilla memutuskan duduk saja terlebih dahulu bersama penonton-penonton lainnya. Cakka pasti sedang sibuk di backstage untuk mempersiapkan diri untuk tampil, pikir Shilla.

"Ya? Oh, assalamualaikum, Bu.." Shilla menoleh ke samping kanannya dan mendapati bu nyai pondok duduk di sebelahnya. Shilla menciumi tangan beliau. Shilla juga melihat di samping beliau ada Ayesha, putri bu nyai dan pak kiyai.

"Mba Shilla kesini bareng Mas Cakka atau sendirian?" tanya bu nyai dengan senyum yang mengembang di wajah cantiknya.

"Shilla kesini sendirian, Bu." Jawab Shilla yang juga sambil tersenyum.

"Mba Shilla terlihat dekat sekali dengan Mas Cakka. Kalian sepantaran ya umurnya?" tanya bu nyai lagi.

"Shilla lebih duluan lahir dari Cakka setahun, Bu." Jawab Shilla dengan masih mempertahankan senyumnya.

"Hoalah.. Sepintas terlihat cocok, serasi. Hehe." Bu nyai masih berbicara pada Shilla.

"Mas Cakka sekarang sudah berubah, dia benar-benar serius menimba ilmu agama. Hampir di setiap jadwal kosong dari manggungnya dia selalu kesini. Ngaji sama pak Yai, atau sekedar berbincang dengan anak-anak kami." Sambung bu nyai lagi.

"Alhamdulillah...", Shilla mencoba menanggapi walau ia mulai tidak mengerti kemana arah pembicaraan bu nyai.

"Ayahnya Mas Cakka pernah bilang bahwa beliau sangat ingin anaknya benar-benar menjadi seseorang yang paham agama dan salah satunya didukung dengan memiliki pasangan yang juga bisa menuntunnya ke arah yang lebih baik." Sambung bu nyai lagi sambil melirik anak gadis beliau yang duduk di sebelahnya.

Karena Kisahmu Tertulis Denganku (COMPLETE)Where stories live. Discover now