PART 3 HOPE

6.1K 202 0
                                    

Hari ini seperti hari-hari biasanya aku hanya menghabiskan waktu di atas kasur, dengan mengedit beberapa naskah dari para penulis yang akhir bulan ini harus serahkan kepada penerbit.

Terkadang aku berpikir Apakah aku cukup hanya dengan seperti in. Hanya berdiam diri di dalam kamar dengan semua naskah-naskah ini, ya memang aku mendapatkan penghasilan dari semua ini. Akan tetapi aku sama sekali tidak pernah bersosialisasi dengan orang-orang dalam dunia nyata, aku hanya berinteraksi dengan mereka melalui sambungan telepon aku tidak pernah bertatap muka sama sekali.

"Kau akan terus seperti ini? " ucap Bunda saat masuk ke dalam kamarku, sedangkan aku yang tengah fokus mengedit naskah hanya diam karena lalu menatapnya sekilas dan melanjutkan pekerjaanku.

"Kau tidak mendengar ucapan Bunda? " ucap bunda lagi karena tidak mendapat respon dariku.

"Aku sedang bekerja Bunda."

"Bunda tahu kau sudah bekerja, tapi apakah cukup seperti ini? " ucap Bunda.

"Aku rasa apa yang aku kerjakan selama ini sudah lebih dari cukup. " ya karena tidak bisa dipungkiri menjadi seorang penulis dan editor lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hariku, lagi pula aku tidak membutuhkan uang untuk transportasi ataupun membeli makan di luar.

"Kau bilang cukup, Apakah kau pikir kita cukup hidup dengan makan dan bekerja saja. Kita juga butuhkan orang lain untuk menikah dan memiliki keturunan. Dan kau tidak akan mendapatkannya jika kau hanya mengurung dirimu di kamar. "

"Bunda sekarang aku sedang bekerja kita bahas ini nanti Oke, " ucapku pada bunda karena aku tau pasti ke mana arah pembicaraan Bunda.

"Bunda tau pekerjaanmu dapat kau kerjakan kapan pun, lagi pula kau tidak memiliki target kapan harus menyetorkan naskahmu itu, sama seperti kau tidak memiliki target kapan akan menikah. " ucap bunda sarkas padaku. Apa yang coba bunda katakan siapa bilang pekerjaanku tidak memiliki target dan siapa bilang aku tidak memiliki target untuk menikah. Aku memiliki itu semua hanya saja aku belum menemukan orang yang tepat sehingga hingga detik int aku belum menikah.

"Jadi kapan kau akan menikah? Bulan depan Kenzo akan menikah."

"Kita sudah membahas ini bukan, aku tidak masalah jika Kenzo harus menikah duluan. itu kan sudah menjadi pilihan hidupnya. Sedangkan Aku ingin menikmati hidupku. "

"Apalagi mau Coba kalian amati. Bukankah kau sudah cukup puas menikmati hidupmu selama kau kuliah, apakah itu tidak cukup. "

" Bukannya tidak cukup tapi bagaimanapun juga aku membutuhkan waktu untuk beradaptasi di sini. "

"Beradaptasi? Bukankah ini lingkunganmu kau besar dan lahir di sini. Jadi kenapa kau harus beradaptasi lagi. Berhenti membuat alasan yang tidak masuk akal Veeta. "

'Ya aku besar dan hidup di lingkungan ini tapi akhir-akhir ini aku banyak menghabiskan waktuku di luar, tentu saja banyak hal yang berubah kan Bunda, banyak hal yang tidak aku pahami, banyak orang-orang baru di sini, lingkungannya pun berubah tidak sama seperti yang dulu. Jadi aku harus memulainya lagi dari awal, banyak hal yang harus dipelajari lagi. Lagi pula tidak banyak orang yang kukenal di sini. Jadi pria mana yang mungkin akan aku nikahi. "

"Bunda Lihat semalam kau cukup lama berbicara dengan Devan." sudah kuduga ternyata Bunda memperhatikan aku dengan Devan semalam.

"Lalu? "

"Kau bilang tidak ada yang kau kenal, teman-teman SMP SMA mu bunda rasa masih banyak yang belum menikah Devan salah satunya. Bahkan Bunda rasa Devan orang yang cocok untukmu. "

"Baik menurut Bunda belum tentu menurutku, terlebih lagi Devan, Bunda jangan suka seperti itu Bunda tidak bisa memaksakan suatu hubungan. Devan pun memiliki keluarga yang belum tentu menginginkan calon menantu seperti aku. "

IT'S HURT √ (COMPLETE)Where stories live. Discover now