Cinta Dalam Doa

16 1 0
                                    

Setelah mengajukan diri sebagai pendonor darah untuk Moon Ah, perawat membawa Sun Woo ke suatu ruangan. Ia melakukan pengetesan sebelum darahnya diambil.

"Good! Your bloods are qualified now, you can help her by this," Ucap perawat, memberitahukan hasilnya pada Sun Woo.

Dalam hati, Sun Woo teramat bersyukur. Setidaknya, darahnya kini dapat mengalir bersama darah Moon Ah. Mengisi tiap detaknya, memenuhi jantungnya. Hal ini menjadi kebahagiaan tersendiri untuk Sun Woo.

Sampai jarum yang ditusukkan perawat pada kulit lengannya tak ia rasakan. Yang ada hanya kebahagiaan ia dapat membantu Moon Ah meski sedikit.

Tak berapa lama, darah mengalir dari selang memenuhi kantong darah yang disiapkan. Selanjutnya perawat dengan cekatan melepas jarum dan selang yang menempel pada lengan Sun Woo.

"If you wish, you can take a rest for a while here, Mr. Sun Woo."

"Thank you," Jawab Sun Woo.

Sambil bangkit dari posisinya ia merapikan  baju yang terlipat. Lalu bersegera kembali ke ruang tunggu UGD.

Di sana ia hanya sendiri. So Hyun telah kembali ke kantor untuk mengurus pekerjaan yang tertunda sekaligus melengkapi tugas Moon Ah.

Berbagai bayangan berkelebatan dalam benaknya. Tak terdengar sedikitpun suara orang-orang berlalu lalang sibuk di area sekitarnya.

Tik tok tik tok.

Jam menunjuk pukul 12.00, Sun Woo masih setia menunggu Moon Ah di depan UGD. Ia berulang kali menilik jam di tangannya. Tiba-tiba ia berdecak sendiri.

'Ah.. Biasanya pada jam ini Moon Ah melakukan itu' pikir Sun Woo, teringat salah satu kebiasaan Moon Ah ketika tengah siang.

Dengan perasaan yang ia miliki terhadap Moon Ah, juga keinginan menemukan ketenangan sebagaimana yang pernah wanita itu ajarkan, Sun Woo melangkah keluar dari ruang tunggu.

Bagaimana jika aku membuat permohonan pada Tuhan Moon Ah.. Apakah ia akan mendengarku?

Tepat ketika hendak berbelok, ia mendapati seorang laki-laki dengan perawakan yang cukup menarik perhatian tak jauh dari pandangannya.

Tinggi laki-laki itu tak jauh berbeda dengan dirinya, wajahnya teduh, langkah jalannya tenang dan pasti. Ia berhenti di meja resepsionis, terdengar menanyakan sebuah ruangan.

Sun Woo bisa menduga siapa itu. Setelah kian dekat dengan posisi resepsionis, Sun Woo bisa mendengar nama Muna Rahmi Safitri disebutkan.

"Yes, I am her family (will be).. " Suara laki-laki itu kian jelas.

"Here's her husband.., " Tunjuk perawat itu ke arah Sun Woo tiba-tiba, membuat laki-laki yang ditunjuk salah tingkah.

Mata laki-laki berkulit sawo matang itu mengikuti arah yang ditunjuk perawat. Alisnya terangkat. Seakan berkata 'tidak mungkin!' atau 'siapa dia? '

"No, I am not her husband, I am Sun Woo, her partner. So sorry for this misunderstanding. It's caused for I should sign a form. She has just need some operation as soon as possible so i took an Innisiative."

"How is she going?" Laki-laki itu langsung menanyakan keadaan Moon Ah, setelah mendengar penjelasan Sun Woo.

Dada Sun Woo kian sesak. Ya, benar.. Laki-laki ini lebih berhak untuk berada di sisi Moon Ah. Bukan aku. Ia merasa dirinya bukan siapa-siapa, sehingga rasa kosong dalam dadanya makin menganga.

"Still waiting, I hope everything gonna be okay." Akhirnya ia menjawab.

"Thank you, to help her. I am Ardhan Hadi Kusuma, her...," Ardhan terdengar ragu mengucapkan kata terakhir tentang hubungannya dengan Moon Ah.

"I see, Moon Ah ever told about you once. If you will, I will buy a coffee and lunch, anything you need else? I will buy for you." Sun Woo menawarkan tulus. Meski sesungguhnya hatinya tak bisa menahan sakit, melihat orang itu telah menggantikan dirinya menunggu Moon Ah.

"Enough, I think. Thanks again for your kindness!" Ucap Ardhan.

Tangan Sun Woo bergetar. Matanya tak bisa fokus selama melangkah. Hatinya terus berkata..

Tidak adakah kesempatan untukku menyatakan rasa ini?

Perasaan demi perasaan dalam rongga dada Sun Woo beradu. Antara ingin memiliki dan ingin Moon Ah kembali sehat terus merongrong hatinya.

Sebelum membeli kopi dan menu makan siang, ia duduk di kursi tunggu di ruang yang lain. Ia sekali lagi membenamkan wajahnya ke dalam telapak tangannya sendiri dan berbisik dalam hati.

Jika memang benar Tuhanku dan Tuhan Moon Ah satu, aku ingin meminta satu permohonan.

Aku tidak akan egois terhadap keinginanku sendiri.

Wahai Tuhanku dan Moon Ah, jika Engkau memang bisa dan bersedia mendengarku.. Tolong sembuhkanlah dia!

Aku.. Aku mencintai dia. Bukankah Kau yang membuatku menyukainya? Aku.. Aku masih ingin mendengarkan suaranya,  Tuhan.

SUN & MOON, DISTANCE TO BE FIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang