Orion menghela nafas sebentar kemudian menatap Jinan yang ada di sampingnya.

"Kita kan punya anaknya di sini. Suruh dia aja yang panggil. Gue denger dari Wendy kalau pencurian antar keluarga itu, bisa gak dilaporin polisi. Jadi lebih aman."

Jinan menatap senior di sampingnya tak habis pikir.

"Enak banget lo ngomong Bang. Gitu – gitu Bapak gue mantan Jaksa, Nyokap gue pernah jadi Hakim, bukan dipenjara di rutan, bisa – bisa gue langsung dieksekusi mati di tempat."

Bulu kuduk Jinan meremang sendiri membayangkannya. Sian dan Orion manyun, gagal deh rencana mereka.

"Lo sama Siddiq udah ngomong belum sama Wakil Rektor 3?" tanya Sian.

"Udah, kata Warek 3 sih, harus ada alasan kuat dulu kenapa sidang pertanggung jawaban Fikom gak bisa dilaksanakan dan LPJnya kenapa harus dipercepat. Kita 'kan gak lagi dalam keadaan darurat bencana."

Orion menjentikan jarinya, "tapi kan ada Corona virus tuh? Bahaya tahu!"

"Iya. Itu juga udah dijadiin alesan sama Bang Siddiq."

"Terus?" tanya Sian dan Orion berbarengan.

"Tapi tetep harus ada permintaan resmi dan DAMFikom, DAMU, dan BEMU atas ini. Kalau bukan mereka yang minta, pihak kampus gak bisa gitu aja ngelarang. Nantinya bisa dicurigai penyalahgunaan wewenang. Harus ada kesepakatan kedua belah pihak. Antara Ormawa dan pihak Kemahasiswaan," jelas Jinan.

"Rumit juga. Kalo lo ke DAM-Universitas sama BEM-Universitas gimana?"

Sian mengulum bibirnya, berusaha mencari kalimat yang tepat. "Gue udah ngomong sama DAM-U, BEM-U bahkan Ikatan Alumni Kampus. Bisa sih lengser tanpa sidang pertanggung jawaban dan LPJ dilaporkan dua bulan lebih cepat, cukup laporan pertanggung jawaban aja yang dikasih, tapi harus ada alasan konkrit atau permintaan resmi dari DAMFikomnya juga."

Orion mengangguk mengerti, "Kandungan Sindy, bakalan makin gede kalo lebih dari dua bulan. Kita harus cepet. Bisa keburu ketahuan. Kita juga tahu 'kan, informasi itu bisa nyerempet cepet banget."

Sian dan Jinan paham dengan apa yang dimaksud Orion.

"Kalau gitu, ayo kita buat alasan konkrit buat mereka."

Alis Jinan dan Sian berkerut bingung, "caranya?"


.....


Maka malam itu, Orion, Jinan dan Sian memutuskan memakai pakaian hitam-hitam bahkan masker yang menutupi setengah wajah mereka dan mengendap – ngendap di sekre DAM-U.

Pukul 11:17 WIB dan lorong ormawa sepi sekali.

Jarak sekre DAM-U dengan sekre Pers Kampus adalah 6 ruangan sekre.

Harus terus lurus 3 sekre dari Pers Kampus, belok ke kiri melewati 3 sekre dan sampai di sekre DAMU yang terletak di Per-empatan lorong. Seperti rumah tusuk sate.

Jinan, Orion dan Sian sudah berada di depan pintu masuk, siap melakukan aksi mereka.

"Kan maling itu gak boleh. Kalo kita diliat orang, terus dilaporin gimana?"

Orion dan Sian menatap Jinan jengah.

"Kita ini siapa? Pers Kampus, Jurnalis Mahasiswa. Kita dibolehin gak liat dokumentnya?"

Jinan mengangguk mendengar pertanyaan Sian," Boleh, lah. Itu udah hak kita, jadi badan pengawas. Ngambil aja boleh."

Sian menjentikan jarinya, "Itu dia. Kita cuman ngambil hak kita tanpa sepengetahuan pengurus DAMU aja. Minjem doang, ntar kita balikin. Maling bukan itu?"

Pers Kampus 2.0✔Where stories live. Discover now