Awal 7 - Not Him

2.8K 290 9
                                    

Minggu ke dua dibulan desember, cuaca di bulan ini akan sedikit mendung dan hawa dingin akan menyeruak. Dan Sooyoung akan segera menikah satu bulan lagi. Namun ia belum bertemu dengan Yunho sejak 3 minggu lalu bahkan sekarang memasuki minggu ke 4 ia belum bertemu dengan pria itu. Yunho mengatakan ada keperluan di luar kota. Namun, Hana, teman ARMYnya dulu melihat Yunho tengah berada di Seoul dan sering pergi dengan seorang wanita yang tengah hamil tua.

"Kau yakin akan tetap menikah dengan Yunho?" Tanya Hana setelah meletakkan gelas kopi hangat ke atas meja.

"Entahlah, aku tidak tahu. Aku belum melihatnya langsung jadi tidak bisa memutuskan dalam waktu cepat." Sooyoung menatap malas gelas yang berada dihadapannya.

"Baiklah, terserah kau saja. Ayo, aku harus menemui Suga." Sooyoung menatap. "Untuk apa? Kau masih bekerja sebagai Fansitenya?" Tanya Sooyoung.

"Tidak, aku hanya ingin memberikan barang ini untuk hadiah ulang tahunya. Suamiku yang memberikannya."

Sooyoung menganggukkan kepala.

Tepat saat kepala kedunya menoleh, mata Sooyoung menangkap seseorang orang tengah masuk kedalam cafe bersama seorang wanita. Dan wanita itu terlihat cukup buncit dan berisi. Dia Yunho calon suami Sooyoung.

Sooyoung beranjak bersama dengan salah seorang karyawan mengantarkan minuman kemeja Yunho dan wanita itu. Tepat saat pelayan itu meletakkan gelas diatas meja. Ia meraih gelas itu dan menyiramkannya keatas kepala Yunho.

"Aku tidak menyangka selama ini kau membohongi keluargaku." Ujar Sooyoung sarkas. "Aku bisa jelaskan." Yunho berusaha meraih tangan gadis itu.

"Cukup!" Sooyoung mengangkat kedua tangan. "Aku akan batalkan perjodohan ini, cukup atas semua sandiwara bodohmu, Yunho Oppa. Dan selamat atas kehamilan istrimu." Sooyoung benar-benar hancur. Walaupun pernikahannya yang akan terjadi karena perjodohan, tetap saja itu akan sangat bermakna baginya. Namun nyatanya ia salah. Semuanya tidak sesuai ekspetasi. Bahkan sampai detik ini, ia masih saja memikirkan betapa brengseknya Yunho.

Sekarang sudah pukul 8 malam, langit sudah gelap bahkan terdapat mendung yang menyelimuti. Perlahan rintik hujan membasahi jalan, pepohoan dan gedung. Ia tengah berjalan di trotoar dan entah kemana arah yang di tujuh oleh kaki itu. Sejak ia memutuskan keluar dari cafe, ia tidak membawa apapaun. Tidak membawa ponsel ataupun dompet. Rintik hujan semakin deras, bahkan perlahan pakaian yang dikenakan gadis itu basah. Ia terduduk lemas di pinggiran trotoar. Duduk dengan memeluk kakinya.

Tepat saat ia menunduk, matanya menatap dua pasang sepatu hitam didepannya. Dan tidak lagi ia rasakan air yang jatuh membasahi pakaian dan rambutnya. Di angkatnya wajah, dan melihat Jimin tengah berdiri dihadapannya.

Jimin berjongkok dihadapannya, mengusap bekas airmata yang membekas di mata dan pipi gadis itu.

"Jangan menangis aku tidak suka." Bukannya berhenti, Sooyoung semakin menangis. Dan kini bahkan Jimin sudah dipeluknya. Pria itu hanya diam dan masih setia memegang payung hitam itu.

Disinilah kedunya, di sebuah apartemen yang terletak di daerah Gangnam. Apartemen mewah ini milik Jimin, yang baru dibeli oleh pria itu sekitar 14 bulan yang lalu. Sooyoung sudah mengenakan pakaian Jimin sekarang, karena pakaian gadis itu basah akibat hujan. Sooyoung mengenakan kaos oblong putih kebesaran dan celana trening panjang milik Jimin. Terlihat Jimin yang susah payah menelan ludahnya sendiri akibat penampilan Sooyoung. Bagaimana tidak, gadis itu tengah mengeringkan surai yang basah dengan handuk kesanyangan Jimin. Dan memakai pakaian Jimin. Terlihat seksi menurut Jimin. *maklumi, dia normal, guys :'-)

Tanpa Sooyoung sadari, Jimin tengah berjalan kearahnya. Memeluk tubuhnya dari belakang dan meletakkan dagunya tepat pada kulit bahunya yang bagian lehernya sudah sedikit turun ke lengan. Wajah baju Jimin besar ditubuh Sooyoung.

"Kau memang berniat menggodaku, hem?"

Sial!

Kenapa harus husky voice?



















































YUHU.......................

Stalker || Park Jimin Version || LENGKAP Where stories live. Discover now