1. Twins K

404 16 27
                                    

“Pokoknya Sa nggak mau ke rumah sakit kalau Hans belum datang. TITIK!”

“Sa, nggak usah manja gini dong. Kamu sudah harus bedrest, kasihan bayinya, “ Rowena, sang mertua mencoba membujuk.

“Iya Sa, jangan egois!” tegas sang Bunda.

“Terserah. Pokoknya Sashi nunggu Hans,”

Tok. Tok. Tok

Suara ketukan pintu kamar menghentikan perdebatan ketiga wanita itu.

“Hans!” pekik Sashi. Wajahnya terlihat sangat cerah tidak seperti tadi.

Sang Bunda dan mertuanya menghela nafas panjang.

“Urusi bayi besar kamu, Mami nyerah.”Rowena keluar diikuti oleh Arini yang mengomel tanpa henti. Hans terkekeh menyaksikan mertua dan Maminya seprustasi itu mengahadapi Sashi.

“Nggak usah semanja ini dong Sa, melahirkan bukan ajang main-main. Nyawa kamu taruhannya, kalau penangannya terlambat juga bahaya, bukannya perkiraan melahirkan besok,bisa jadi malam ini,kita nggak pernah tahu,lebih cepat ke rumah sakit itu lebih baik kan,“ terang Hans. Wajahnya terlihat serius tidak seperti biasanya.

Sashi diam, pandangannya jauh menatap langit senja yang sebentar lagi akan gelap, “Aku hanya ingin ditemani saat persalinan nanti, apa aku berlebihan? “ tanyanya kemudian.

“Nggak sih. Tapi paling nggak nurut apa kata Mami sama Bunda, mereka khawatirin kamu Sa, “

“Aku tahu, tapi aku pengen kamu  yang ada di sampingku saat persalinan, apa itu salah?“

“Nggak. Aku yang salah. Stop akting memelas gini ya, ayo ke rumah sakit, Dek ntar kalau keluar jangan ngerepotin Mami ya, keluar sendiri tanpa perlu mami ngeden, “ ujarnya. Hans mendekatkan wajahnya ke perut Sashi seolah sedang bermonolog dengan anaknya.

“Kamu gila Hans, Daddy macam apa bilang seperti itu ke anaknya, “ omel Sashi.

“Akhirnya istriku normal lagi, yuk berangkat, kan setannya udah keluar, “

Sashi memukuli lengan Hans. Suaminya tidak pernah serius bahkan di situasi seperti ini.

***

Hans tidak bisa tidur semalaman, Dokter bilang Sashi sudah mengalami kontraksi, dia bisa melahirkan kapan saja.

"Sudah pembukaan keberapa katanya Hans?"

"Sashi rewel nggak? Dia nggak papa kan?

Rentetan pertanyaan membuat Hans semakin gugup. Pasalnya tiba-tiba Sashi memintanya berdiri disampingnya saat proses melahirkan nanti. Padahal Hans paling benci bau obat, dia juga lemas jika melihat darah berceceran.

Hans tidak mengindahkan pertanyaan dari Rowena dan Arini. Dia berjalan mondar-mandir seperti seterikaan.

"Pak Hans, Ibu Sashi meminta anda masuk,"

Suara suster menghentikannya. Meski gugup, toh akhirnya dia mengiyakan permintaan Sashi.  Sebelum masuk, dia mencium tangan Rowena dan Arini.

"Minta doanya Mi, Nda. Semoga semuanya lancar."

"Amin." Ucap Rowena dan Arini bersamaan.

***

Hans menghembuskan napas dalam-dalam saat memasuki ruang persalian. Istrinya terkapar tak berdaya. Hans menggenggam erat jemari Sashi, dikecupnya kening wanita yang paling dia sayangi itu. Istrinya terlihat pucat, bibir yang biasa mengumpat hanya bisa tersenyum tipis menahan sakit.

Sashi menggengam tangan Hans erat saat mengejan, bukan hanya tangan, dia bahkan mencakar reflek lengan Hans.

"Hans," lirihnya

Hans mendekatkan telinganya. Diusapnya lembut tangan Sashi.

"Aaaaa!" Sashi menjambak rambut Hans tiba-tiba saat mengejan. Reflek Hans ikut berteriak.

Dokter dan suster yang ada disana sempat terperanjat kaget. Namun, setelah itu mereka menyinggungkan senyum simpul.

Hans mengumpat tidak jelas sambil memegangi kepalanya, ingin rasanya mengoceh seperti biasa. Namun, dia sadar Sashi melakukan itu secara reflek. Bukan disengaja.

Tak lama kemudian suara bayi memecah keheningan. Bukan hanya satu tapi dua. Bayi kembar lelaki dan perempuan. Tanpa disadari Hans meneteskan airmata, dia memeluk Sashi yang masih lemas di pembaringan.

"I love you so much Sa," Hans mengecup bibir istrinya.

"Love you more Hans,"  lirihnya.

***

Rowena dan Arini segera berlari ke pintu keluar ruang persalinan saat melihat Hans keluar. Keduanya tampak seperti menahan tawa melihat Hans berantakan.

"Kalau mau ketawa nggak usah ditahan deh, bahagia banget sih lihat CEO tampan ini menderita, " oceh Hans.

"Kamu kenapa? " tanya Rowena.

"Bayangin, tadi Sashi jambak rambut Hans, nih tangan Hans penuh sama cakaran Sashi, " keluhnya.

"Uluh-uluh kasian. " Ejek Arini.

"Oh ya, kenapa jadi bahas kamu. Gimana bayinya? " tanya Rowena.

"Nggak tahu, kan belum bisa ngomong mereka Mi, " jawabnya asal.

Rowena memukul lengan Hans.

"Sakit atuh Mami!"

"Maksudnya laki-laki apa perempuan Hans? " kali ini Arini yang bertanya. Arini juga gemas melihat Hans.

"Kembar. Cowok cewek. Nyusahin mereka, udah dibilang nyari lubang sendiri terus keluar, eh ini manja minta Maminya mengejan, dipikir nggak capek apa. Daddy nya ini yang jadi korban, " ujarnya panjang lebar.

Arini dan Rowena memukul lengannya secara bersamaan.

"Ya ampun, dosa apa aing hari ini dinistain," gumamnya.

Suster keluar meminta mereka masuk ke ruangan. Sashi sudah dipindahkan ke kamar pasien.

"Hans, sudah ada calon nama belum untuk si kembar?" tanya Rowena.

"Udah Mi, "

"Siapa nama mereka Hans?" tanya Arini.

"Kayla dan Kenan."

Sashi masih terlelap karena lelah. Suster membawa masuk bayi kembar itu. Rowena dan Arini masing-masing menggendong satu.

Hans merangkul keduanya.

"Terima kasih sudah menjadi perempuan hebat, Mami, Bunda, dan Sashi. Hans sayang kalian,"

Keduanya tersenyum menatap Hans.

"Kakak nggak hebat ceritanya, jadi cuma mereka bertiga, " suara cempreng khas Diana membuat mereka menoleh ke belakang secara bersamaan.

"Iya hebat, nyatanya manusia bisa ngelahirin boneka setan, " ledek Hans.

Diana sudah bersiap memukul Hans, namun urung dilakukan karena Sashi membuka matanya. Hans segera berlari memeluk Sashi.

*seorang laki-laki akan lebih menghargai seorang perempuan setelah melihat sendiri perjuangan istrinya saat melahirkan*




Bread Talk( season 2)Where stories live. Discover now