TERBELENGGU RASA

19 5 0
                                    

Setiap hari aku selalu melihatnya. Dia yang selalu termenung di tengah taman dengan raut wajah yang selalu sama, datar. Ia tak pernah tersenyum.. aku bahkan ragu jika ia sempat mengedipkan matanya. Yah.. jangan salahkan aku jika komentarku terdengar kejam tapi jika kalian menjadi diriku kalian mungkin akan berkomentar yang sama. Bagaimana bisa seorang perempuan berani duduk sendirian di tengah taman saat matahari pun sudah beranjak pergi? Perempuan itu selalu datang di saat sebelum senja datang dan pergi setelah senja menghilang.

 Aku merasa ada yang aneh dengan perempuan ini... atau mungkin dia bukanlah manusia? Tapi hal itu sangat tidak mungkin jika ada seorang "tak kasat mata" meneteskan air mata bukan? Tunggu.. air mata? Wah, hal ini sangat tidak mungkin. Dia yang selalu menampilkan wajah datar kini menangis tersedu-sedu ditengah hujan yang sekarang telah ku sadari keberadaannya. Aku pun bergegas pulang, aneh juga rasanya memperhatikan seorang perempuan yang sama, memakai baju dengan warna yang sama, dan di waktu yang sama. Aku pun duduk di depan jendela melihat jatuhnya air mata langit dengan ditemani oleh secangkir susu cokelat yang masih mengepul. Aku tak peduli jika kebiasaan itu tidak baik untuk kesehataanku. Aku tak peduli, karena aku sangat menyukainya. 

Arrgh! Aku sudah tak tahan lagi. Segera ku ambil payung dan bergegas kembali ke taman dan segera memayungi perempuan itu yang sesuai perkiraanku masih betah menangis bersama hujan. Seketika itu juga perempuan itu menyadari bahwa dirinya sudah tidak terkena air hujan disaat semua yang berada disekitarnya masih basah terkena hujan. Ia pun segera menatap ke atas, ke arah ku, namun responnya sungguh sangat mengecewakan. Kalian tau? Dirinya hanya menatapku dan kembali menghayati hujan yang masih betah jatuh ke taman ini. Hah... benar juga, aku bukan lah siapa-siapa lantas mengapa harus merasa kecewa. Aku merasa bodoh karena berlari ke sini membawa payung, basah-basahan hanya untuk memayungi perempuan yang bahkan tak ku ketahu namanya. Tak terasa rintik hujan pun perlahan berkurang dan semakin menipis hingga akhirnya berakhir. 

Tepat setelah hujan selesai membasahi taman ini perempuan itu pun pingsan dan tiba-tiba cairan merah kental mulai terlihat membasahi wajah perempuan itu. spontan aku segera membopong ia dan membawanya ke klinik terdekat. "sus, tolong saya sus, saya menemukan perempuan ini tergeletak di tengah taman" ucapku kepada sang suster dengan sedikit berbohong. Mereka pun segera mengambil alih tubuh si perempuan itu. tak lama kemudian seorang suster menghampiri diriku. " permisi, pak apakah bapak keluarga perempuan tadi?" ah.. keluarga yah. "bukan, sus. Saya hanya sedang berada di tempat kejadian itu tadi" "oh, begitu. Yah sudah terima kasih karena membawa gadis itu kemari dan tidak membiarkannya membeku disana" "ya sus, sama-sama" "yah, sudah karena bapak yang telah menyelamatkannya maka bapak boleh menjenguk dia karena kemungkinan besar gadis itu sudah sadarkan diri" "ah, iya sus terima kasih" ucapku dan bergegas ke bilik gadis itu. 

setelah ku buka pintu putih itu, aku mendapati perempuan itu sudah kembali melakukan kebiasaannya, duduk dan melamun dengan wajah yang datar. "ekhm.. hai" karena mendengar suara ku perempuan itu pun menolehkan kepalanya kearah ku."kenapa?" hah..? maksud dia apa? "maksudnya?" perempuan itu terlihat menghela nafas dan kembali berujar "kenapa? Kenapa membawa saya ke tempat ini jika anda masih memiliki pilihan untuk meninggalkan saya di taman itu?" deg..! benar juga, kenapa aku peduli? Perempuan ini bukanlah siapa-siapa "saya membawa anda kemari karena saya masih manusia" ucapku setelah lama mendiamkan pertanyaan perempuan itu. 

gadis itu hanya menatapku dan kembali menatap dinding yang sebelumnya ditatapnya dengan penuh penghayatan. "ehm.. mohon maaf sebelumnya tapi apakah saya bisa mengetahui nama anda ?" "mengetahui nama saya? Buat apa? Bahkan anda sendiri tidak memperkenalkan diri terlebih dahulu" ucap gadis itu tanpa menoleh sedikitpun. Hah.. dia ada benarnya juga. "baiklah, maafkan ketidaksopanan saya nona. Kalau begitu perkenalkan nama saya zayn. Jadi nama nona?" seketika itu juga perempuan itu tertawa lepas. Perilaku yang sangat aneh, menururtku. "hahahaha... bicara informal aja. Geli tau ngomong kayak gitu. Yah sudah kalau gitu kenalin namaku Anna dan kurasa kita bisa berteman bukan?" "yah.. kamu benar, sebenarnya yang tadi itu sangat bukan diriku dan jujur itu terdengar menggelikan. hm, berteman? oke aku setuju" aku senang akhirnya bisa memiliki hubungan bersama Anna tapi entah kenapa aku merasa sesak mendengar kata teman yang diucapkan oleh Anna tadi.

JUST A STORYWhere stories live. Discover now