🌱2. Manusia Iblis

61.9K 3.4K 144
                                    

-OPEN PO-
(Sudah bisa dipesan cek IG @ Queenfha Publisher)

Desshila, dia gadis yang sangat penurut dan lembut. Dia tidak pernah membantah ucapan orang tua dan kakaknya. Baginya semua perintah mereka benar dan pasti untuk kebaikannya juga. Gadis itu juga memiliki kembaran, yang memiliki sifat bertolak belakang dengannya. Baginya, dia dan kembarannya itu sama. Tidak ada yang berbeda. Namun, orang tuanya selalu memanding-bandingkan dirinya di depan Devana-- kembarannya. Seolah dirinya yang paling benar. Hal itu yang membuat Devana membenci dirinya.

Ini bukanlah kemauannya. Ia ingin kembali damai bersama Vana. Sudah berulang kali ia berusaha untuk mendapatkan maafnya tapi, Vana masih tetap acuh dan membencinya. Ia ingin bersikap adil, ia ingin ada di posisi Vana. Dia mendapatkan hukuman ketika salah tapi dirinya? Ia tidak tahu cara membuat kesalahan. Hidupnya bahkan sudah tertata dengan rapih tanpa ada kendala sedikit pun.

"Kurang ajar!" hardik seseorang membuatnya tubuhnya tercegang.

"Shamira! Sekarang jelaskan semuanya!" teriak Devano. Ya! Dia ayah kandungnya.

"Hiks ... Shami, nggak tau," lirih Shamira yang sudah berlinang air mata.

Plak

Desshila menutup mulutnya mengunakan kedua tangannya. Tangisan Shamira seakan menghipnotisnya agar ikut merasakan rasa sakit yang dialami Shamira. Di sana sudah ramai, ada Devano, Shifa-- ibu kandungnya, Raira, dan Kak Sagara-- kakak sepupunya. Satu persatu keluarganya berdatangan ke tempat ini, menyaksikan kemarahan Devano. Ya, hanya menyaksikan, tidak ada yang berani melerai.

"Daddy?" panggil Sagara seakan tak terima perlakuan Devano ke Shamira.

"Diam kau!" hardik Devano menunjuk ke arah Sagara.

"Maafin hiks... Shami. Airis sakit jadi Vana langsung ke rumah sakit," ungkap Shamira.

"Dan kau diam saja?"

"Maaf," lirih Shamira.

"Kakak! Aku mohon sudah, Vana hanya menjenguk temannya." bela Raira.

"Kau terus saja seperti itu Ara."

Devano mengambil handphonenya di saku jas. Kemudian mencari-cari nomor seseorang dan langsung menelponnya.

"Vier?"

"Ada apa Dad?"

"Pulang sekarang. Adikmu, Vana membutuhkanmu. Kau tidak usah mengurus perusahaan itu lagi. Dad akan menempatkan kamu di perusahaan pusat."

"Vier sedang menuju ke rumah Dad. Ada apa? Vana membuat ulah lagi?"

"Baguslah. Kau sebaiknya langsung jemput dia di rumah sakit medika cahaya."

"Baiklah, Dad."

Desshila terdiam mematung. Kak Vier? Mau ke sini? Tidak! Ini tidak baik bagi Vana. Kenapa tiba-tiba? Ia harus bagaimana sekarang.

                          OoO

"Nona Vana, sebaiknya Nona pulang. Tuan Deva marah besar."

Vana tidak peduli pada orang berbaju hitam yang terus saja menyuruhnya pulang. Sedari tadi ia menangis, menangis karena orang yang paling ia sayangi telah pergi meninggalkannya. Kemudian, siapa? Siapa yang akan menjadi tempat bersandar? Ia tak tahu harus bagaimana lagi.

"Nona. Saya mohon, pulang sekarang ya," ajak salah orang berbaju hitam memohon pada Vana.

"GAK! SEBAIKNYA KALIAN PERGI DARI SINI!" teriak Vana yang sudah kehabisan kesabarannya.

Vana & Shila [SUDAH TERBIT & KARYAKARSA]Where stories live. Discover now