Sepuluh

23.6K 1.2K 34
                                    

"Mas Andra nyebelin," gumam Karina bersembunyi di dekat kolam renang. Ia duduk dengan lesu, memangku seekor kucing putih yang baru saja di temukan. Mulut Karina terus menggerutu dengan tangan sibuk mengelus bulu kucing putih itu.

Ini memang kucing kampung, tapi kucingnya sehat dan terawat. Membuat Karina sangat menyukainya.

"Karin. Karina!" panggil Andra.

Karina cemberut sembari mengelus perut kucing dengan gemas. "Ihhh, nyebelin, ih." Karina jadi kesal sendiri mengingat sikapnya tadi. Kenapa pula sifat centilnya keluar di saat seperti itu. Tetapi bukan salahnya juga, Andra saja yang memancing dengan sesuatu impikannya sejak SMP.

"Meong Mas Andra nyebelin, kan? Dengar itu dia panggil-panggil aku terus." Karina terus mengelus kucing itu dengan lembut. Merapikan bulu-bulu halus kucing. "Meong. Kamu mau gak mencakar Mas Andra?" Karina bertanya dengan mengangkat kucing tersebut sampai di depan wajah.

Karina tersenyum puas saat kucing tersebut mengeong, yang ia artikan sebagai iya. "Bagus sayang. Kamu memang kesayangan." Karina menggoyang tubuh kucing tersebut gemas, hingga membuat kucing tersebut mengeong pelan. Namun, Semakin lama goyangan Karina semakin kuat dan kucing tersebut juga mengeong semakin kuat. Ia

"Akkhhh." Karina berteriak kaget dan langsung melepaskan kucing tersebut dari tangannya. Ia menyentuh pipinya yang perih. "Kucing sialan." Karina mengumpat saat melihat tangannya ada bercak darah. "Hueee... perih." Karina kembali berteriak dengan kuat.

"Ada apa?" Karina mendongak dengan mata berkaca-kaca saat melihat Andra menahan senyum. Jahat sekali lelaki itu sudah mengerjai dan sekarang mau menertawakan musibahnya. "Ayo bangun biar di obati."

Karina menurut saat Andra membantunya berdiri, dan menuntunnya memasuki rumah. Pipinya semakin lama semakin perih membuat Karina meringis. "Duduk dulu."

"Mas mau ke mana?" tanya Karina saat dilihatnya Andra hendak pergi.

"Ambil kotak obat," ucap Andra dan berbalik pergi. Ia harus cepat, jika tak ingin Karina kesakitan lebih lama lagi.

"Aww.... Perih Mas," ucap Karina saat Andra membersihkan luka di wajahnya. Ia hanya bisa merengek dan mencoba menghindar dari sapuan kapas di tangan Andra.

"Kamu mau ini jadi codet?"

"Apa?" ucap Karina shock. "Enggak mungkin cuman di cakar kucing bisa jadi codet."

"Makanya kamu diam." Karina mengangguk pasrah. Kali ini ia tak banyak protes ataupun menghindar, membuat proses pengobatannya berjalan cepat.

"Sudah. Aman ini," ucap Andra memberi kecupan di pipi Karina.

Karina mengaga sebelum senyum malu-malu keluar dari bibirnya. Ia sesekali melirik Andra dan saat lelaki itu meliat ke arahnya ia langsung melihat ke arah lain. Namun ia kembali lagi melirik Andra, begitu seterusnya sampai Andra selesai membereskan kotak obat.

"Kenapa?" Karina gelagapan mendengar pertanyaan Andra. Ia semakin salah tingkah saat lelaki itu menatap matanya. "Masih sakit?" tanya Andra lagi saat Karina meringis.

Karina menggeleng pelan dan menundukkan kepala. Kenapa ia jadi malu-malu begini sih? Bukankah ini yang diinginkannya sejak tadi? Ini juga bukan kali pertama Andra mencium pipinya. Akan tetapi ini memang pertama kalinya Andra mencium dirinya setelah mereka mencoba menjalin hubungan serius. Mengingat itu Karina langsung mengangkat kepala.

Andra yang melihat perubahan di wajah Karina menaikkan alis heran. Apa pula itu yang di lakukan karina dengan membuka dan menutup mulutnya minta di cium. "Mas kita benaran pacaran, kan?" Pertanyaan Karina membuat Andra semakin mengerutkan kening.

Bukanya sudah jelas ia mengatakan pada Karina, jika ia menginginkan hubungan serius. Meski dulu Karina hanya dianggap adik yang harus dilindunginya. Namun, sekarang dan seterusnya ia ingin melindungi Karina dengan cara yang berbeda.

"Kenapa?"

Andra bertanya membuat Karina mengeram kesal. "Jawab aja sih. Mas udah janji loh kalau kita memang udah pacaran." Karina menatap Andra tajam. Uh jika bisa ingin sekali ia menutup wajah menyebalkan namun tampan yang di miliki Andra. Agar ia tak lagi galau berkepanjangannya. "Ingat Mas laki-laki yang di pengang omongannya." Karina kembali bersuara. Namun, Andra tetap diam dengan menatap Karina intens.

Karina yang jengah di tatap sedemikian rupa langsung membuang muka ke samping. Jangan bilang Andra lupa dengan apa yang di katakanya tempo hari.

Andra menarik napas panjang, membuat Karina memejamkan mata, takut. Ia sadar di sini yang mengharapkan dan mencintai Andra seorang hanya dirinya. Sedangkan Andra masih tahap mencoba membalas perasaannya. Syukur-syukur kalau berhasil kalau tidak mau di perbaharui pakai mesin apa hatinya yang remuk redam.

"Kamu udah pernah tanya itu sama Mas." Karina mengangguk samar. Kemarin dan dua hari lalu ia sudah menanyakan hal itu pada Andra. Tetapi Andra selalu sibuk, tak pernah memberi jawaban yang memuaskan, membuatnya selalu di liputi kegelisahan. "Dan jawaban Mas pun masih sama."

'Mas menyangyangimu dan akan selalu begitu. Bantu Mas menambah perasaan sayang menjadi cinta.'

"Apa pernah Mas bohong sama kamu?" ucap Andra tersenyum sembari mengelus rambut Karina.

Karina menggeleng, lambat laun senyum manis terbit di bibir. Uhhh ia merasa seperti kucing di elus-elus begini.

"Jadi, hubungan kalian benaran serius?"

Kepala Karina menoleh ke asal suara, mulutnya terbuka sebelum memekik dan berlari memeluk wanita dewasa yang berjarak tiga meter darinya.

"Tante Poppy, Karin kangen," ucap Karina memeluk semakin erat Tante Poppy.

Tante Poppy balas memeluk Karina sembari terkekeh. Ia juga merindukan gadis ini, gadis yang mengantungkan hidup pada keponakannya. "Apa kabar, Sayang?"

"Karin baik Tante. Tante kapan kemari?"

Tante Poppy tersenyum lembut, ia mengiring Karina kembali ke tempat duduk. "Dua hari lalu. Pipi kamu kenapa?" jawab dan tanya Tante Poppy kala melihat goresan di pipi Karina.

"Di cakar kucing, Tan," ucap Karina malu-malu. Tante Poppy tersenyum sembari menggelengkan kepala.

"Udah di obati, kan?" Karina mengangguk. "Kenapa bisa sampai di cakar kucing?" tanyanya kemudian.

Karina menyengir untuk sesaat sebelum cemberut kala mendengar Andra terkekeh. "Gara-gara Mas Andra, Tante," tuduh Karina membuat kekehan Andra berubah menjadi tawa.

"Kenapa Mas yang di salahi?"

"Ya karna memang salah Mas Andra."

"Salah kamu yang mengganggu kucing sembarangan."

"Enggak. Pokoknya ini salah Mas Andra, titik."

Kepala Tante Poppy menggeleng mendengar perdebatan Karina dan Andra. Lalu ia tersenyum mengamati sang keponakan yang tengah menjaili Karina dengan cara menggoda telinga gadis itu.

"Mas Andra, ih. Jail banget," gerutu Karina menggigit tangan Andra.

Andra mengaduh kesakitan, membuat Karina tertawa bahagia karena berhasil membalas lelaki itu. Namun, Karina kembali berteriak saat Andra menjepit lehernya di ketiak.

"Hubungan kalian tidak main-mainkan?"




Udah sedekat ini gak perlu di tanya lagi Tante, langsung bawa ke KUA aja 😂😂😂

Lebih cepat halal lebih baik 😂😂

Apalagi bisa di bilang mereka nyaris tinggal bersama. Bahaya itu, banyak setan yang mengoda 😂

Betul gak betul gak?

Best Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang