07 : Dia, Annika-nya Arjuno

695 58 11
                                    

"Juno Juno Juno Juno."

Hening.

"Yang? Beb? Hensem?"

Tidak ada respon.

"Arjuno cayangg~"

Berhasil.

Raut serius yang sejak tadi terfokus pada benda persegi panjang di tangan sang pria, kini berubah menjadi tawa pelan. Pria itu menaruh ponselnya, meraup kedua pipi Annika dan menekannya hingga bibir Annika mengerucut ke depan-mirip seperti mulut ikan.

"Apa cih cayangku~ minta banget diperhatiin kayak batita."

"Hahar hempakh huda hamuh." (re : dasar sempak kuda kamu)

Arjuno kembali tertawa, kali ini mengayunkan kepala Annika ke kanan-kiri selama beberapa detik, sebelum melepaskan tangannya yang meraup pipi Annika. Ia memutar tubuhnya, kini berhadapan langsung dengan Annika yang mengusap-usap pipinya dengan menatap tajam dirinya.

Dari posisi ia duduk saat ini, Arjuno bisa melihat dengan jelas wajah Annika. Kulit wajahnya yang putih, mata yang lebar namun anehnya tidak memiliki double eyelids, hidung mungil, bibir yang merah merona tanpa diberi lapisan apapun, pipi chubby yang berbanding terbalik dengan tubuhnya yang kurus, semua itu adalah pesona yang dimiliki Annika.

Annika itu cantik. Arjuno tahu persis hal itu. Bahkan Arjuno tahu persis bahwa sejak dulu, banyak laki-laki yang menyimpan perasaan untuk wanita dihadapannya ini. Setidaknya sebelum mereka tahu kalau Annika sudah memiliki kekasih. Memang Annika tidak secantik model atau anak populer di sekolah mereka dulu, tapi wanita itu memiliki pesonanya sendiri. Wajah 'jutek' yang membuat orang sedikit takut, namun ternyata menyimpan pribadi yang lucu dan...unik.

Annika memang tidak se-populer teman-teman wanitanya saat mereka sekolah. Namun anehnya, banyak laki-laki yang tertarik dan menyimpan perasaan pada wanita itu. Termasuk Arjuno.

Awalnya, Arjuno menganggap Annika adalah tipe wanita yang sinis, sombong, dan sama dengan wanita-wanita lainnya-terima kasih kepada wajah Annika yang terlihat jutek. Namun, saat ia mulai mengenal Annika di tahun kedua mereka di SMA, Arjuno tidak bisa menahan dirinya untuk tidak jatuh pada wanita bernama lengkap Annika Dakka Nirta itu. Senyum ceria Annika setiap teman sebangkunya membawa komik baru, suara keras yang dikeluarkan wanita itu saat sedang bersemangat, bahkan ekspresi bingung saat menerima penjelasan materi terlihat menarik di mata Arjuno. Tanpa sadar, ia mulai sering memperhatikan Annika saat di kelas, saat pelajaran olahraga, atau kegiatan lainnya. Matanya seolah memiliki pikiran sendiri untuk mencari keberadaan Annika.

Ia masih ingat dengan jelas kejadian yang membuatnya bisa berinteraksi dengan Annika untuk pertama kalinya.

Ini terjadi saat mereka duduk di kelas II SMA.

Saat itu sedang jam kosong, dan seperti biasa, murid-murid melakukan hal-hal lain untuk mengisi waktu- yang tentunya bukan belajar. Hari itu, tidak seperti biasanya, Annika tengah menelungkup di atas meja. Biasanya, saat jam kosong Annika akan mengisi waktu dengan membaca komik atau novel. Tapi kali ini, gadis itu menelungkup dan tidak peduli dengan kelas yang ramainya sudah mengalahkan pasar.

Penasaran, Arjuno memanggil teman sebangku Annika dan menanyakan keanehan yang terjadi itu. Jawaban yang ia dapat membuat lelaki itu sedikit terkejut. Ia mengikuti teman sebangku Annika yang kembali ke bangku. Ia berdiri tepat di sebelah Annika, memegang lengan sang gadis yang terasa hangat.

Not a Fake Lover ✔Where stories live. Discover now