DUA

36 7 0
                                    

John F. Kennedy International Airport, US.

"Perjalan yg amat sangat melelahkan," Alvaro mengeluarkan bungkus Marlboro dari saku, Lalu menatap seseorang yg sedari tadi membuat nya pusing. "Kalo misalnya lo tadi ngk berkeliaran di bandara pasti kita nggak bakal ketinggalan pesawat!"

Vino membalas sengit tatapan kakak sepupu nya itu, "tapi gue bosen kalo nggak ada bacaan di pesawat!"

"Di pesawat itu harusnya tidur, gausah cari yg aneh-aneh!"

"Udah-udah. Baru juga sampe bandara, blm sejam aja udh berantem kaya gini." Seorang cowok dengan kacamata tipisnya menegahi kedua kakak-beradik ini.

"Gue selalu pusing kalo naik pesawat bareng Vino! Kebiasaan dia yg phobia ama ketinggian lama-lama bisa nular ke gue juga. Eh Vin, Lo kan Judo, masa cuman hal sepele gitu doang takut, Bego."

"Judo juga manusia!" Vino malu rahasianya terbongkar di depan cowok berkacamata tipis itu.

Deandra Aditya atau dikenal dengan Dean. Perwakilan akuntan Cooner Group yg di bawa ke NYC untuk membantu Alvaro. Dean yg berusia 10 tahun lebih tua ini sudah menjadi kepercayaan Cooner Group sejak 5 tahun yg lalu.

Dean sudah seperti kakak bagi Alvaro, terutama karna sifatnya yg mengayomi. Sejak Alvaro dipilih untuk menjadi wakil Cooner Group Tbk, tanpa terasa ia kehilangan Danu dan Chris, 2 sahabat yg menemaninya dari kecil. Dan Dean seperti menggantikan mereka.

"Manusia... pilihan. Ingat itu" Alvaro tersenyum lebar. Ada kesan sangat bangga dalam pernyataanya.

"Ya," Vino mengalihkan pandangannya.

"Jadi nggak ada alasan takut sama ketinggian." Alvaro yg memang usil dan suka mencari keributan, apalagi dengan Vino.

"Oh gitu ya kak Alvaro," eksperesi Vino kini berubah menjadi licik, "Mending takut sama ketinggian daripada takut ama cewek kan-?"

BLETAKK

Kotak sun-glasses ditangan Alvaro berhasil mendarat mulus di jidat Vino... Dan tektok ke jidat Dean.

"Aduuh." Dean refleks menjerit kesakitan.

Alvaro yang panik, langsung berlari ke arahnya. "Dean, sorry banget. Niat nya si gue mau ngenain.."

"GUE KAN?!!" Ucap Vino yg emosi sambil mengusap usap keningnya yg memerah. "Lo kenapa si ro?"

"Dean, sori ya? Lo gapapa kan?" Vino yg di cuekin karna Alvaro malah memberikan kotak P3 ke Dean.

"Lo gasuka ya dateng ke New York?" Tanya Dean yg membuat tubuh Alvaro sekaku baja.

Keheningan Alvaro sudah cukup menjadi jawaban, dan Dean tidak meneruskan nya lagi.

"Gausah masang tampang jelek lo gitu ro, minggu depan kan dia mau nyusulin lo ke nyc." Lalu Vino beralih ke Dean, "Jadi, kita akan berhadapan dengan perusahaan besar ya? Lo udah pelajarin profilnya?"

Dean mengangguk. "Udah. Namanya SmithsonCorp, multinasional bidang media dan telekomunikasi. Dan bahkan akan merambat ke bidang agrikultural. Tapi kalo liat kemampuan Alvaro, gue yakin Cooner Group bisa jadi saingan yg sulit dipatahkan."

"Wow." Vino yg kagum seraya menoleh ke sang sepupu. Dia jelas jelas kagum, dan hanya dilirik aneh oleh Alvaro.

"Apaansi lo! Udh ah gue capek." Alvaro berjalan pun duluan. Untuk satu alasan samar, Alvaro merasa New York membuat seluruh tubuhnya panas-dingin.

>>>>><<<<<

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang